Bab 2

473 34 7
                                    

🌹🌹

"Ba-barusan kok." Dewi cepat memasukan uang yang masih digenggamnya tadi ke dalam tasnya.

Hana melihat semua membuat Radit menahan napas. Waduh, bakal ribut ini, pikir Radit. Tapi Hana kemudian malah terlihat tersenyum.

"Apa mau skalian makan, Mbak? Tadi Hana sudah masak," katanya ramah membuat Radit makin tercengang.

"Nggak usah, Hana. Kami mau makan di restoran sekalian jalan-jalan. Makanan rumah membosankan. Apalagi kalau yang masaknya nggak enak!" Rani mengajak Dewi beranjak.

"Oya, Mbak Hana kalo mau datang ke acara Dewi gak usah pake seragam gak apa, ya? Kain seragam keluarga kami udah habis. Itu pun kalo Mbak mau. Dan, kalo maksa datang, tapi gak nyaman gabung sama keluarga di depan yang pake seragam, Mbak boleh banget kok bantu bagian konsumsi di belakang."

"Dewi, mbakmu akan di depan sama Mas." Radit tersinggung atas nama istrinya, ia juga takut Hana makin tersinggung. Dewi memang terbiasa ceplas-ceplos. Sebelas duabelas sama iparnya si Rani ini.

Hana lagi-lagi menanggapi dengan senyum. "Makasih lho undangannya, Dewi. Tenang aja. Mbak pasti akan nyaman di depan kok. Mbak pastikan akan datang dan gabung sama keluarga lain nerima tamu, ya kan, Mas?"

"Iya, dong, Sayang. Mas akan di sampingmu," sahut Radit tersenyum manis untuk istrinya.

"Yahh, asal gak saltum alias salah kostum aja, Han, biar nggak malu-maluin keluarga Raynaldi."

"Insyaallah, enggak, Mbak Rani."

Radit lega melihat senyum istrinya terlihat benar-benar ikhlas. Tidak tersinggung sama sekali dengar sindiran Dewi dan Rani. Mungkin dia sudah paham keluargaku memang begini, harap hati Radit.

Dewi dan Rani pun pulang. Radit mengucapkan terima kasih pada Hana yang tetap akan datang ke acara Dewi.

🌾🌾

Hari pernikahan Dewi tiba.

"Mas berangkat saja duluan. Hana nanti langsung ke gedung saja."

"Kenapa gak bareng aja, Sayang?"

Radit sudah siap, hanya Hana yang terlihat masih memandangi kebaya ungu yang sepasang dengan kemeja suami. Radit putuskan tidak pakai seragam keluarga agar tetap kompak dengan istrinya.

"Mas kan ikut menyaksikan ijabnya. Duluan aja, Hana gak lama, kok."

"Baik. Mas duluan. Jangan sampai nggak datang, ya." Radit mengecup kening polos yang tak pernah terlihat berdandan itu. "Berdandanlah sedikit biar tidak kelihatan pucat, Sayang," bisik lelaki itu tanpa melepaskan bibir dari kening istrinya.

Hana mendongak, menatap lelaki bermata hangat itu.

"Emang boleh Hana dandan? Bukannya kata Mas suka Hana yang alami gini?"

Radit tergagap, lupa dengan perkataannya dulu waktu merayu Hana sebelum melamar. "Iya mas memang suka Hana yang polos begini, tapi gak ada salahnya kan di acara ini sayangku dandan sedikit? Ke salon gih." Dicubitnya pelan dagu lancip Hana. Ia tidak mau cintanya itu dipandang tidak sepadan dengan keluarganya yang lain, pasti seperti biasa mereka tampil all out kalau acara besar begini.

"Iya deh, Mas. Nanti Hana coba."

"Gitu dong. Mas sayang kamu." Ujung hidung Radit gesekkan ke hidungnya.

"Hana juga sayang Mas Radit."

Bermesraan sesaat, pasangan ini memang masih hangat-hangatnya di tahun pertama pernikahan mereka. Kemudian Hana melepaskan bibirnya dari suami. "Sudah, nanti Mas lambat."

Radit tersenyum nakal. "Kamu nggak pernah bikin mas bosan. Tetaplah di sisi mas, Sayang," ujar Radit kembali mengecup dua kali bibir istrinya gemas.

Hana menjawab dengan senyum malu. Keluar kamar mengantar suaminya sampai di depan.

Saat duduk di belakang setir, Radit masih melihat wajah manis itu tersenyum sambil melambai tangan.

Hana cinta pertama Radit. Selain punya mata indah dan dagu lancip menarik, Hana juga bersikap keibuan dan lemah lembut. Radit sejak menikah sudah berkali-kali jatuh hati pada istrinya itu. Hanya saja ia dilema antara keluarga yang tak menyukai Hana juga cintanya.

🌾🌾

Setelah ijab, resepsi pun dimulai. Hingga dua jam lewat Hana belum terlihat.

Kenapa lama sekali? Masa dia berubah pikiran tidak datang?

Radit gelisah, ia celingukan sambil menyambut salaman undangan yang datang.

"Nyari istrimu?" Lengannya disenggol lelaki yang tak lain adalah kakak sepupu.

"Iya, Mas tadi katanya mau datang kok sampe sekarang belum kelihatan."

"Itu tuh, dari tadi dikerumunin pada dimintain foto," kata lelaki berkemeja seragam ungu itu sambil tersenyum.

"Masa? Yang itu?" Tunjuk Radit pada lima orang yang berfoto, mengapit seseorang bergaun ungu.

"Iya. Nggak kenal kamu, Dit?"

"Beneran itu Hana?" tanya Radit lagi dengan mata menyipit tak percaya.

"Lha iya, tadi ketemu mas di depan, semua orang pangling lihat dia kayak artis korea. Bening."

Benarlah kata lelaki itu. Langkah Radit yang bagai dihipnotis menuju tempat Hana makin dekat, ia bisa makin jelas melihat perempuan muda cantik yang dikerumuni ibu-ibu untuk berfoto.

Duh, Biyuung, istriku bisa secantik ini juga. Hati Radit berbunga-bunga.

Benar-benar bening. Gaun Hana bahan kain mengkilap bagai kaca, terlihat mahal.

Bajunya pinjam punya siapa? Bukan cuma Radit yang bertanya dalam hati dan terpana, tapi dua orang di dekatnya juga sama.

Wajah cantik berdandan tipis, kulit sama berkilau dengan anting panjang di telinganya, rambut lurus mengkilap tergerai indah. Makin dekat tampak bulu mata panjang lentik, dengan alis melengkung indah seperti anak lintah.

"Hanaku ... mas makin cinta padamu."

Gedebuk! Kalimat Radit disambut suara orang jatuh, seketika mengagetkannya yang tengah terpana melihat istri. Ternyata itu Rani, dan Miranda--mamanya jatuh pingsan bersamaan.

🌾🌾

MEMBUNGKAM HINAAN KELUARGA SUAMI DENGAN KESUKSESANWhere stories live. Discover now