"Mr Maxwell sudah menungguku" aku berujar pada sekertaris Liam yang lebih terlihat seperti seorang pelacur dengan baju kekurangan bahan yang dia kenakan saat ini.

"Dia sedang bersama ibunya saat ini, kembalilah nanti"

"Aku bilang dia sudah menungguku!" aku berkata lagi, dan dengan ragu dia menghubungi Liam, aku menjaga perasaanku agar aku tidak terbawa dalam semua ini. Aku tidak ingin semuanya kacau, aku juga tidak ingin begitu saja masuk kedalam ruangan Liam, aku harus menunjukkan padanya bahwa aku dihomati disini aku ingin terlihat elegan sekaligus berbahaya didepan wanita itu. Dulu aku seperti malaikat polos yang memohon padanya, sekarang akan kupastikan dia tidak akan melihat yang sama dariku.

"Kau boleh masuk" sekertaris pelacur itu kembali berkata padaku, aku menoleh padanya dengan tatapan tajam.

"Apa aku harus mengatakan padamu bahwa kau seharusnya membukakan pintu untukku nona?, aku tidak menyangka jika Liam Maxwell mempekerjakan pegawai yang tidak berotak sebagai sekertarisnya" aku kembali berkata padanya dan dia terlihat sangat terkejut dengan apa yang kukatakan padanya.

"Jaga kata-katamu!" dia memekik kepadaku, aku langsung berjalan mendekatinya lalu meraih kerah bajunya dan menarikkannya semakin dekat kearahku, aku tidak perduli dengan tatapan pegawai lainnya, akan kutunjukkan pada meeka bahwa mereka tidak bisa bermain-main lagi padaku.

"Kuperingatkan kau, jika kau ingin tetap bekerja disini, lebih baik kau menyadari posisimu dan mulai melakukan pekerjaanmu dengan selayaknya, tapi jika kau ingin menjadi  pelacur maka dengan segala hormat kukatakan padamu bahwa kau berada ditempat yang salah nona, jangan pernah main-main denganku, karena aku sama sekali bukan gadis bodoh dan polos seperti yang kau dan para pegawai lainnya pikirkan tentangku, apa itu cukup jelas untuk kau mengerti?" aku menekan kata-kata tajamku padanya, dan itu berhasil membungkam mulutnya, setelah aku melihat dia mengangguk mengerti aku melepaskan cengkramanku di kerah bajunya dengan sedikit menghempaskannya, alhasil dia terdorong kebelakang. Dia berusaha merapikan pakaiannya lalu segera berjalan untuk membukakan pintu untukku, aku tersenyum padanya seolah tidak terjadi apapun lalu melangkah memasuki ruangan Liam, aku melihat dia sedang berdebat dengan wanita itu, aku sengaja mengetukkan hak sepatuku dilantai saat aku berjalan agar mereka menyadari kehadiranku, dan itu berhasil karena mereka berdua menoleh kepadaku, aku melihat wanita itu terkejut karena kehadiranku, matanya membulat sempurnya, muluutnya sedikit terbuka dan aku juga melihat warna pucat di wajahnya, ya dia sudah menyadari bahwa yang berdiri dihadapannya adalah aku.

"Ow, maafkan jika saya mengganggu anda Mr Maxwell, saya akan kembali lagi nanti" aku berujar dengan wajah sayang menyesal dan hampir saja membalikkan badanku untuk berjalan pergi dari ruangannya.

"Tidak apa-apa Ashley, kemarilah, aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang" Aku mendengar Liam berkata padaku sambil berjalan kearahku, menahanku untuk tetap disini, dia menyentuh lenganku lembut mengajakku untuk mendekat kearah wanita itu.

"Aku benar-benar tidak ingin mengganggu Mr Maxwell" aku berujar sambil menampakkan raut penyesalan diwajahku.

"Kau tidak mengganggu Ashley" Liam berujar dengan nada sedikit menekan, matanya menyiratkan bahwa dia sedang tidak bermain-main dengan permintaannya. Aku segera saja menyesuaikan diri dengan suasana disekitar kami, aku melihat wanita didepanku ini sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, ekspresinya itu bisa membuatku tersenyum senang dalam hati, ya... aku selangkah lebih maju sekarang.

Liam merangkul pinggangku lalu membawaku kearah wanita itu, kini kami telah berada didepannya.

"Ashley perkenalkan, ini adalah ibuku, Gabriella Maxwell" Liam berujar padaku, seketika senyumku mengembang sambil mengulurkan tanganku lebih dulu padanya.

"Namaku Ashley Warren, senang akhirnya bisa bertemu dengan anda Mrs Maxwell" aku berujar dengan senyuman secerah matahari, tapi dia masih terlihat sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini, mungkin dia pikir ini adalah mimpi.

Dengan gerakan kaku akhirnya dia menjabat tanganku, aku bisa merasakan tangan dinginnya menyentuh telapak tanganku.

"Kurasa ini sudah saatnya kau pergi ibu" suara Liam tiba-tiba terdengar, aku menoleh kearahnya lalu kembali kearah Mrs Maxwell.

"Kurasa sebaiknya aku yang segera pergi dari sini Mr Maxwell" aku segera berbalik untuk keluar dari ruangan terkutuk ini, tapi dengan cepat Liam menarik pinggangku agar kembali padanya, aku mati-matian berusaha menjaga ekspresiku agar tetap terlihat tenang dan terkendali didepan wanita itu, aku tidak boleh sampai kehilangan didepannya.

"Kau tetap disini!, ibuku yang akan segera pergi!" Liam kembali menekan kata-katanya sambil menatap kearah ibunya dengan tatapan tajam dan mengancam.

"Liam, jaga kata-katamu!"

"Kau sudah mengganggu jam makan siangku ibu!"

"Baiklah, aku memang sudah ada janji dengan temanku" wanita itu terlihat salah tingkah, diamenatapku dengan tatapan mengancam, dan aku juga membalasnya dengan tatapan licik, bahkan aku masih sempat melemparkan senyuman sinis kepadanya, hingga akhirnya dia berjalan keluar dari ruangan Liam dengan gerakan angkuhnya.

Setelah dia benar-benar pergi dari ruangan itu aku segera melepaskan pegangan tangan Liam dipinggangku, aku menghadap kearahnya dan segera meminta penjelasan terhadap apa yang baru saja terjadi.

"Aku tidak ingin membicarakannya" Liam berkata sambil kembali duduk di sofa, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, lalu meremas rambutnya dengan frustasi. Aku tersenyum sinis saat aku melihatnya begitu kacau, ternyata bukan aku satu-satunya darah dagingnya sendiri yang dibuatnya menderita.

"Aku lapar" aku berujar padanya sambil menarik lengannya agar berdiri, dia melihatku dengan tatapan yang sulit kuartikan tapi dia tetap dudk di atas sofanya dan hanya melihatku saja.

"Aku bilang aku lapar, ayo kita makan siang sebelum jam makan siangku habis" aku menarik tangannya sedikit lebih keras dari sebelumnya dan ini berhasil karena dia telah beranjak dari sofanya dan mengikutiku yang masih menarik tangannya, aku tersenyum manis kepadanya dan dia membalas senyumanku dengan senyuman menawannya, kini seluruh pegawainya telah melihat kami, dan hampir semua pegawai wanita disini menatapku dengan tatapan membunuh. Aku membuat posisiku sedikit lebih sulit hari ini, tapi biarlah semuanya terjadi, karena aku baru saja mengumumkan ke semua pegawai yang ada disini bahwa aku  telah memiliki Liam Maxwell disisiku.

***

yaaa, memang sedikit bgt buat chapter ini, tapi gue udah ada buat chapter berikutnya, kalo komentar dan vote buat chapter ini mencapai 250, langsung gue update hari ini juga, oke????.

Forever MineWhere stories live. Discover now