Chapter 38 - Make An Offer

Start bij het begin
                                    

"Sampai kedua orang tuaku sudah kebingungan bagaimana menangani aku dan Dante. Mereka akhirnya memutuskan mengirim aku dan Dante ke sekolah asrama yang private. Sekolah itu terkenal begitu ketat dan sangat disiplin, bahkan murid yang dikirim ke sekolah itu tidak boleh pulang sampai mereka lulus. Walaupun Dante lebih muda satu tahun dari aku, dia berada di angkatan yang sama denganku. Karena Dante itu sudah genius sejak kecil, dia lompat kelas."

Starley tidak begitu mengenal Dante, tapi Damien sering berkata Dante adalah seorang genius. Walaupun Starley belum melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Yang Starley lihat sekarang adalah Dante seorang lelaki yang kerjaannya hanya bersantai-santai. Mengingat lelaki itu hanya menjelajahi dunia beberapa tahun belakang ini.

"Dia memang genius, tapi sikap Dante, yang tidak pernah serius membuat orang tuaku khawatir. Karena genius tanpa ambisi akan sia-sia pada akhirnya."

"Sedangkan aku, aku hanya sering membuat masalah sejak kecil," seru Damien.

Starley mengangkat alisnya, "Hanya?" Damien melirik Starley dari sudut matanya, lalu tersenyum miring begitu tampan.

"Tidak seburuk yang kau bayangkan. Aku hanya suka mencuri pistol sejak umurku enam tahun, lalu mulai belajar menembak sendiri ketika memasuki sekolah dasar. Aku hampir membakar rumahku tanpa sengaja. Kalau aku marah dengan temanku, aku memilih menyelesaikannya dengan adu tinju. Aku sering dapat peringatan dikeluarkan dari sekolahku," jelas Damien santai.

Starley tercengang. Damien benar-benar liar sejak kecil, bahkan melebihi Starley. Dan menjadi CEO sebuah badan inteligen swasta, kurang cocok untuk kepribadian Damien yang sebenarnya. Karena menjadi mata-mata butuh kehati-hatian. Damien kecil lebih cocok menjadi seorang mafia atau gangster dari pada seorang mata-mata.

Tapi Semua ini membuktikan bahwa kejadian di masa lalu, membawa perubahan pada diri Damien yang sekarang. Orang sering menyebut itu pendewasaan, tapi Starley lebih menyebut itu sebagai efek samping dari hal yang sudah dialami Damien.

Damien pun kembali bercerita.

"Aku dan Dante dikirim ke sekolah itu ketika akan memasuki sekolah menegah pertama. Aku dan Dante diantar oleh sopir keluarga. Dan pada malam hari, saat perjalanan menuju sekolahku. Tiba-tiba sopirku ditembak oleh seorang sniper. Sopirku langsung meninggal saat itu juga sehingga mobil yang kami tumpangi menabrak sebuah pohon sangat besar."

Starley terkesiap mendengar itu.

"Aku sempat mengira aku akan mati saat itu. Tapi ternyata aku tidak separah itu, aku tidak pingsan, hanya Dante yang pingsan karena dia syok. Aku dan Dante hanya terluka ringan. Tidak lama kemudian, aku mendengar ada bunyi mobil lain, awalnya aku mengira itu adalah orang baik yang mencoba menolong kami. Tapi ketika mereka melihat aku dan Dante, aku ingat mereka berkata, 'tidak ada Dominic!' Tepat saat itu, pilihanku satu-satunya adalah untuk pura-pura ikut pingsan. Lalu mereka membawa aku dan Dante ke sebuah kediaman. Dan di sana, aku dan Dante dikurung beberapa hari."

Seketika hati Starley terasa nyeri membayangkannya.

"Dan di sana aku bertemu dengan Yusef Dawoud untuk pertama kalinya. Ternyata dia hanya ingin menculik Dominic. Tapi tidak ada Dominic. Akhirnya aku dan Dante lah yang dibawa olehnya."

"Tapi, aku masih belum mengerti bagaimana orang tuamu tidak tahu kau diculik? Seorang dari sekolahanmu pasti langsung menghubungi orang tuamu kalau kau dan Dante tidak datang," jawab Starley.

"Yusef sudah mepersiapkan rencananya dengan sangat rapi. Dia mengirim dua anak kecil palsu yang berpura-pura menjadi aku dan Dante, diantar dengan seorang sopir. Bahkan mobil dan platnya sama," jelas Damien.

"Apa maksudmu? Pasti langsung ketahuan. Muka anak kecil yang palsu itu tidak mungkin persis seperti kau dan Dante," jawab Starley.

"Iya, makanya Yusef membuat sebuah topeng kulit yang realistik menyerupai wajahku dan Dante untuk digunakan sebagai penyamaran mereka," seru Damien.

Damien's PossessionWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu