Part 37

5.8K 552 74
                                    

Seorang gadis yang tubuhnya diselimuti selimut dengan satu tangan yang terlihat diinfus perlahan membuka mata. Mengerjabkan beberapa kali untuk menyesuaikan matanya yang tampak menggelap lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Menghela napas panjang kala melihat tangannya diinfus menandakan bahwa dia berada di rumah sakit.

Ingatannya kembali kala dirinya tertancap pisau, sebelum dirinya jatuh pingsan sang pelaku penusukan membisikkan sesuatu yang membuatnya terkejut.

"Maaf menyakitimu tapi harus ku lakukan sebab tuan Kevan sudah curiga sejak kedatangan kalian"

Gadis dengan lesung pipi yang membuatnya terlihat kian manis itu pun mencoba mengolah otaknya untuk mendapatkan jawaban dari rasa bingungnya. Hendak membangunkan tubuhnya tetapi yang dia dapatkan malah rasa yang begitu nyeri di perut membuatnya mau tak mau berteriak kesakitan.

"Awwww!!" pekikannya sontak saja membangunkan tidur para sahabatnya, dia tatap sendu para sahabatnya. Merasa bersalah karena mengganggu tidur sahabatnya yang kelihatan begitulelah

"Shan, lo udah sadar? syukurlah deh kalau lo udah siuman" tampak seorang laki-laki berparas tampan menampilkan raut wajah yang terlihat begitu khawatir membuat Shani terkekeh "Gue cuman ngilu dikit waktu mau duduk, capek anjir tiduran terus"

"Asal lo tau lo gak sadar dua hari loh" Shani melebarkan matanya dan segera mencari ponselnya, Vero yang peka dengan apa yang Shani cari segera memberikan ponsel Shani yang dua hari ini dia pegang membuat sang empu meraihnya dan mencari kontak kekasihnya

"Gracia gak tau ini, kan?" Vero menggeleng membuat Shani menghela napas lega, terdengar nada sambung menandakan gadisnya telah mengangkat panggilan darinya

"Hai sayang, good morning"

"Hiks.. hiks.. hiks.. kenapa baru ngabarin? aku khawatir banget tau sama kamu, waktu aku nyampe perasaanku udah gak enak, kamu bilang bakal ngabarin tapi malah ngilang dan baru sempet nelepon aku sekarang"

Shani menampilkan raut wajah sedih mendengar tangisan gadisnya, perasaan bersalah menguasai pikirannya membuat Vero terkekeh.

"Iya baru sempet nelepon, maaf yah buat kamu khawatir. Kesayangan Shani hari ini rencananya mau ngapain aja?"

"Aku mau ngecek kesehatan warga sekitar hari ini, siangnya mau keliling desa buat eksplor hal yang perlu aku catet. Kamu bener gak kenapa-napa, kan? lain kali please calling me, minimal message aku kalau gak bisa nelepon. Biar aku gak panik nyariin kamu"

"Iya sayang, ke depannya gak gitu lagi deh aku. Kamu jangan lupa sarapan yah, nanti pap makanan sama mukanya"

"Iya, aku kangen banget tau sama kamu, sumpah deh"

"Aku juga kangen, yaudah gih sarapan dulu. Nanti kabarin aku lagi yah, sekali lagi maaf buat kamu khawatir"

"Iya gak masalah asal jangan diulang lagi, yaudah dadah sayang"

"Dah.."

Tut..

Shani menghela napas begitu panjang membuat Vero tertawa, mendengar tawa sahabatnya membuat Shani menatap Vero sengit. "Jantung gue udah mau keluar denger pertanyaan adek lo dan lo malah enak-enakan ketawa, nyet. Emang sahabat sialan lo"

"Lah kok li malah nyalahin gue, ketimbang gue jujur kalau lo masuk rumah sakit mending gue matiin aja HP lo"

Shani tak lagi menjawab ucapan Vero karena Gracia mengirimkan sebuah pesan. Vero yang tahu sebentar lagi akan jadi nyamuk memilih kembali ke sofa dan memejamkan mata, rasa kantuknya masih tersisa membuatnya langsung tenggelam dalam alam mimpi.

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang