Part 11

10.5K 727 45
                                    

Gracia menggigiti bibirnya melihat layar ponselnya. Sudah jam 1 dini hari tetapi dirinya tetap tidak bisa tidur. Ingin rasanya menanyakan kabar Shani tapi sama siapa? tak satu pun nomor orang yang dekat dengan Shani ada dengannya.

"Gue gak bisa tidur, a*jing!! gimana nih? mau nanyain kabar tapi sama siapa?" Gracia sendiri karena tak bisa berbuat apa-apa bahkan memukuli kasurnya yang tak memiliki salah sedikit pun

Cklek..

Mata Gracia sontak berbinar kala Vero masuk ke dalam kamarnya. "Kamu napa dek?" Gracia hanya diam menatap Vero, ragu untuk mengutarakan hal yang membuatnya mencak-mencak sendiri

"Shani?" Vero tersenyum tipis saat tebakannya sepertinya benar melihat respon adiknya yang begitu cepat

"Udah sadar dia tadi jam 10, sekarang udah boleh ditemenin sama Jinan dan Dinda. Gak usak panik gitu lah, orangnya aja udah tidur balik" Gracia menatap heboh Vero yang tersenyum

"Serius bang? ahh.. syukurlah"

"Jangan bersikap annoying gini dek, nanti banyak yang salah paham" Gracia terdiam mendengar ucapan Vero yang mulai melangkah meninggalkan kamarnya

Jangan kan Vero, Gracia aja bingung dengan jalan pikirannya sendiri. Dia sebenarnya beneran ada rasa atau cuman kagum sih sama Shani? kata-kata Harlan waktu itu masih membekas di hatinya sejak kematian sang kakak, Shania Anggraina Putri Harlan.

Flashback..

Kabar meninggalnya putri pertama Harlan Family menjadi sorotan publik bahkan media terus-terusan datang untuk mewawancarai mereka membuat Harlan sebagai kepala keluarga menyuruh orang yang ada di rumahnya untuk mendekam sementara di rumah.

Saat ini Harlan sedang duduk di ruang kerjanya dan membanting koran yang dibacanya saat melihat putrinya yang telah meninggal menjadi bulan-bulanan di berbagai koran dan media.

"Kurang ajar!!"

Cklek..

Mata Harlan menatap datar seorang gadis kecil yang sedang berjalan ke arahnya sembari memeluk boneka teddy bear miliknya.

"Papa.." panggil anak itu

Harlan hanya menatap sekilas anak itu dan kembali pada pekerjaannya. "Papa Gege mau nanya, kak Aina mana? kok gak balik-balik? katanya cuman ke mall beli mainan Gege"

Napas Harlan seketika tercekat manakala si bungsu keluarga Harlan menanyakan anak sulungnya yang sudah berada di pelukan tuhan. "Jangan ganggu papa, Gracia. Papa lagi sibuk.."

"Papa mah.." Harlan menoleh kala terdengar suara rajukan sang anak

Harlan menggendong Gracia kecil dan menaruhnya di paha. Memandangi anak perempuan satu-satunya yang benar-benar akan dia jaga kali ini dan takkan pernah dia izinkan untuk bernasib sama seperti kakaknya.

"Gracia.."

"Iya pah?" Gracia yang sedang bermain bonekanya menoleh kala Harlan memanggilnya

"Kak Aina udah pergi sayang, pergi yang sangat jauh"

"Kemana pah?"

"Ke pelukan tuhan" mata Gracia menyipit tak mengerti mendengar ucapan Harlan

"Maksud papa, kak Aina meninggal?" dengan wajah penuh kesedihan Harlan mengangguk membuat tangis Gracia pecah

"Kenapa, pah? kok kak Aina gak ngajak Gege.. hiks.. kenapa Gege ditinggal sendiri?"

Peluk Aku, Shani!! [End]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum