8. Mood

939 179 28
                                    

Pada akhirnya, Atsumu lah yang membayar semuanya. Dirinya sama sekali tidak keberatan, dia memang sudah berniat membelikan gaun untuk (Name)

Sayangnya, (Name) tidak terima dengan keputusan tersebut. Ia cemberut sepanjang perjalanan pulang.

Atsumu bingung, pemuda itu baru pertama kali berhadapan dengan (Name) yang sedang badmood terhadap dirinya.

Seketika Atsumu teringat dengan perkataan Osamu yang memberitahu dirinya kalau mood (Name) sama seperti Bokuto. Inilah mengapa ia tidak ingin (Name) bertemu dengan Bokuto.

Atsumu menghela nafas panjang, "(Name)-chan."

(Name) yang merasa dipanggil hanya melirik sekilas saja, "Apa?"

Atsumu menggenggam tangan (Name), membuat gadis itu berhenti dan menatapnya, "Aku minta maaf."

(Name) terdiam, kemudian ia membuang muka, "Huh! Kau bahkan tidak tau apa kesalahanmu sendiri."

'ASTAGA, KENAPA MOODNYA MIRIP BANGET SAMA BOKKUN!' batin Atsumu agak greget.

"Ingatlah Tsumu, kalau (Name) ngambek tinggal sogok pakai makanan."

Kata-kata Osamu terbayang dalam pikiran Atsumu. Namun, dirinya penasaran. Mengapa (Name) sampai badmood hanya karena dirinya membayar gaun gadis itu?

Atsumu bisa saja langsung mengikuti saran kembarannya, tetapi pemuda itu penasaran dengan isi pikiran gadis yang selama ini ia cintai.

"Aku memang tidak tau apa kesalahanku, setidaknya kau bisa memberitahuku kenapa kau kesal denganku." Atsumu menatap dengan serius.

Atsumu baru sadar bahwa mereka berdua menjadi pusat perhatian, ia segera menarik (Name) pergi, "Kita bicara di tempat lain saja."

(Name) hanya diam mengikuti Atsumu.

.

Mereka berdua duduk bersama di sebuah taman yang bisa dibilang tidak terlalu ramai.

Atsumu masih menunggu jawaban dari (Name), gadis itu masih terdiam menundukkan kepalanya.

"(Name)-chan, apa kau bisa memberitahu kesalahanku? Aku tidak akan marah apapun itu." kata Atsumu untuk kesekian kalinya meyakinkan (Name).

(Name) sedikit bimbang, mau bagaimana pun mereka berdua belum lama ini akrab. Berbeda dengan Osamu dan Suna, kedua orang itu sudah hafal dengan sifatnya.

"Ah! Begini saja!" suara Atsumu membuat (Name) mengangkat kepala untuk menatapnya, "Aku tau kita berdua masih belum terlalu akrab, tapi kau bisa menganggapku sebagai Osamu!"

"Lho, kenapa?" (Name) menjadi bingung.

"Karena aku ingin mengerti semua tentang dirimu, seperti Osamu yang menerima sifatmu apa adanya."

Entah Atsumu dapat keberanian darimana sehingga ia bisa berkata seperti itu. Yang jelas, ia merasa bangga akan perkembangan dirinya sendiri.

(Name) sedikit tersenyum, gadis itu merasa bersalah karena tadi sudah membuat suasana menjadi tidak enak, "Maaf ya, kau tidak perlu seperti itu. Sebenarnya aku hanya tidak ingin dianggap sebagai perempuan yang matre."

"Hah? Matre? Kau sama sekali tidak matre, (Name)-chan!" Atsumu mengelak pemikiran (Name).

Gadis itu melihat ke arah air mancur yang berada di taman, "Iya, aku tau. Ini semua karena masa laluku. Aku tidak terlalu suka diberi barang oleh seseorang."

"Memangnya kenapa?" Atsumu penasaran.

"Saat aku di Amerika, ada seseorang yang selalu memberikan aku banyak barang. Dia memberikan aku tas, boneka, baju, dan lain-lain. Waktu itu, aku hanya menerima begitu saja untuk menghargai pemberiannya." jelas (Name). Atsumu masih setia menyimak.

My Neighbour [Miya Atsumu x Reader] ✓Where stories live. Discover now