𖧷 10 𖧷

496 34 0
                                    





"Jimin, aku ingin minta maaf."

"Huh?"

Jimin menoleh pada Kai yang saat ini menunduk. Jimin bingung ia....harus percaya atau tidak, mengingat semua kelakuan buruk pemuda itu, memungkinkan Jimin untuk sulit mempercayainya. Namun, satu hal harus Jimin lakukan yakni, memaafkan. Tidak ada salahnya bukan? Karena setiap manusia pasti mempunyai sisi buruknya.

"Um ne, aku memaafkan mu." Ucap Jimin yang kini tersenyum dengan menatap pada Kai yang juga tersenyum padanya.

Kai pun merasa senang dan juga lega. Seolah menjadi hal terbaik saat bersama pemuda mungil itu. Hingga, tangannya pun terulur mengusap wajah manis di depannya.

"Terima kasih."

Jimin pun mengangguk, mengiyakan.

Cklek

Pintu ruangannya pun terbuka di sana terlihat sang kakek masuk dengan seseorang yang ia rindukan.

"Kakek Lee!!"

Lee Haechul pun tersenyum dan segera melangkah mendekat ke arah cucu manisnya.

"Hai jagoan! Bagaimana keadaanmu?" Tanya Haechul pada Jimin yang kini tersenyum lebar.

"Jimin lebih baik kek, bagaimana kabar kakek?"

"Kakek juga baik nak."

"Haechul-ah setelah ini bisa kita bicara sebentar?" Tanya Donghae pada sang sahabat.

Haechul pun menoleh, "Tentu."

"Eoh... Jimin seperti nya aku harus kembali." Ucap Kai tiba-tiba. Jimin pun menoleh kearah Kai yang kini meraih tasnya yang berada di atas kursi di samping ranjang Jimin.

"Kenapa terburu-buru?" Tanya Jimin.

"Sudah sore dan seharusnya ini waktu pulang sekolah bukan." Ucap Kai sambil mengusap leher belakangnya dengan kikuk.

"Astaga! Kau membolos?"

Kai pun mengangguk dengan cengiran konyolnya membuat Jimin menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah pulanglah dan hati-hati di perjalanan."

"Ne.. ne.."

Setelah kepergian Kai kini ia tengah berada di ruangan itu sendiri karena kedua kakeknya pergi sebentar untuk berbicara. Jimin kini mencoba memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Namun, saat ia akan benar-benar terlelap pintu ruangannya pun terbuka.

Cklek

Blam

Suara langkah mendekat pun terdengar. Saat Jimin ingin membuka mata, ia merasakan sebuah tarikan di rambutnya.

"Akh!" Jimin pun membuka matanya, meringis saat merasakan nyeri di kepalanya dan ia kini di buat terkejut saat melihat wajah sang ayah berada tepat di depan wajahnya dengan tatapan tajam.

"A-ayah.."

"Kenapa kau tak mati saja, anak sialan!"

Deg

"A-Apa?" Jimin begitu terkejut dengan yang di katakan sang ayah. Bagaimana bisa sang ayah mengatakan itu padanya? Ah.. tentu saja, bukankah ayahnya begitu membencinya selama ini.

"Ya, atau aku yang akan membuatmu mati sekarang." Ucap pria paruh baya itu yang kini tengah menunjukkan sebuah seringai di bibir tipisnya.

"Ayah-aaarghh!" Jimin pun meringis kesakitan dengan nafasnya yang tersengal saat ia merasakan cekikan pada lehernya. Ia pun mencoba melepaskan tangan besar yang berada di lehernya. Mendorong dada ayahnya dengan sekuat tenaga namun, ia begitu kesulitan saat merasakan cekikan itu semakin mengerat.

[D.I.S] Daddy, I'm Sorry  ✔Where stories live. Discover now