"Wa'alaikumsalam" jawab Pak Taeha datar.
Pak Taeha melanjutkan pekerjaannya kembali. Dia tidak ada niat sedikitpun untuk menyapa perempuan itu. Sedangkan perempuan itu, dia berjalan ke arah Pak Taeha dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Tapi baru satu langkah, suara Mama Karin sudah menghentikannya.
"Loh, Rena. Ngapain ke sini malam-malam?" Tanya Mama Karin yang baru keluar dengan membawa segelas susu hangat untuk Pak Taeha.
"Eh, tante. Ini tadi Rena dari rumah temen. Kebetulan lewat sini, jadi ya sekalian mampir"
"Ayo duduk dulu"
Rena mengangguk kemudian berjalan menuju sebelah Pak Taeha dan akan mendudukkan tubuhnya di sana. Tapi tiba-tiba Pak Taeha meletakkan tangannya di atas sofa, seakan tidak mau Rena duduk di sebelahnya.
"Duduk sebelah mama. Jangan di sini" ujar Pak Taeha dingin.
Rena mengerutkan keningnya "Kenapa?" Tanya Rena.
"Bukan muhrim"
Sebenarnya Rena merasa tersinggung dengan ucapan Pak Taeha. Selain itu, dia juga merasa di permalukan di depan Mama Karin. Tapi dia juga tidak enak jika harus memarahi Pak Taeha di depan calon mertuanya. Fikir Rena seperti itu.
"Sini, Ren. Taeha emang gitu. Kalo sibuk nggak bisa di ganggu" kata Mama Bida.
Pak Taeha hanya diam. Dia tidak tertarik dengan perbincangan yang terjadi antara Rena dan Mama Karin. Andai saja di depannya saat ini tidak ada mamanya, pasti Pak Taeha sudah mengusir Rena seperti tadi pagi.
Rena terlihat menyeringai sembari menatap Pak Taeha yang sedang fokus dengan laptopnya. Dia tiba-tiba teringat dengan kejadian di kampus tadi, dan memutuskan untuk mengatakannya kepada Mama Karin sekarang. Rena yakin Mama Karin pasti akan membelanya.
"Tante. Rena mau cerita sesuatu"
"Cerita apa?" Tanya Mama Karin penasaran.
"Tadi waktu Rena nganter bekalnya Dirga ke kampus, Rena lihat Dirga lagi berduaan sama cewe" ucap Rena sambil melirik Pak Taeha.
Tapi Pak Taeha terlihat tidak tertarik untuk menjawab ucapan Rena. Dia lebih fokus kepada pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.
"Bekal yang dari tante tadi?"
"Iya, tante. Udah gitu Rena di usir lagi sama Dirga. Rena yakin, Dirga ngusir Rena karena dia pengen berduaan sama cewe itu" jawab Rena dengan menunjukkan wajah imut yang di buat-buat.
Mama Karin menatap Pak Taeha seakan-akan meminta penjelasan dari anaknya itu "Beneran, tae?" Tanyanya.
Pak Taeha hanya menggelengkan kepala sembari mengetikkan sesuatu pada keyboard laptopnya.
"Benaran, tante. Rena nggak bohong"
"Iya. Tante percaya sama kamu. Ya lagian apa salahnya kalo Taeha deket sama cewe. Kan bagus"
Pak Taeha melirik Mama Karin sebentar. Kemudian dia menaikkan sebelah bibirnya, seolah-olah sedang mengejek Rena. Sedangkan Rena, perempuan itu menatap Mama Karin tidak percaya. Dia tidak menyangka bahwa Mama Karin akan mengatakan hal itu. Apakah Mama Karin tidak tau kalau Rena menyukai anaknya? Meskipun Rena memang tidak pernah mengatakan hal itu, setidaknya Mama Karin peka dengan perhatian yang Rena berikan kepada Pak Taeha. Begitulah harapan Rena.
"Tante malah mau Taeha cepet nikah supaya tante juga cepet gendong cucu. Temen-temen tante udah pada punya cucu. Cuma tante aja yang belum" kata Mama Karin.
Rena hanya tersenyum menanggapi ucapan Mama Karin. Dia berharap Mama Karin akan menjodohkan Pak Taeha dengannya.
"Tante nggak ada niat mau jodohin Dirga, gitu?" Tanya Rena.
YOU ARE READING
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...
Part 4
Start from the beginning
![Mr.Taeha Dirgantara [on going]](https://img.wattpad.com/cover/309031932-64-k131758.jpg)