12-NIGHTMARE

Mulai dari awal
                                    

Dean menatap datar Dafin. Ia baru keluar dari kamar mandi dan menemukan Dafin yang berdiri sambil berkacak pinggang menatapnya. Dean mendengus. Ia menghampiri Dafin dan menangkup wajah Dafin dengan kedua tangannya. Memandang lurus memastikan Dafin sudah baik-baik saja.

"Is! Apa sih lo?!" Dafin melepaskan tangan Dean kasar. Ia berjalan melewati Dean begitu saja untuk kembali ke kamarnya.

Dean menggelengkan kepalanya. Kelakuan Dafin memang ajaib. Ia jadi menyesal tidak merekam kejadian tadi.

Selesai sholat subuh, Dean menatap Dafin yang terus menatap mukena Bundanya. Ingin bertanya, namun ia ragu.

"Lo kenapa sih Dean?" tanya Dafin bingung. Ia risih daritadi diperhatikan intens oleh Dean tentu saja.

"Lo mimpi apa semalem?"

"Hah?" Kini Dafin semakin bingung. "Emang gue kenapa?"

Dean mengangkat bahu. "Coba duduk sini," ujarnya seraya menepuk lantai di depannya. Dafin pun menurut dan duduk berhadapan dengan Dean.

"Lo tengah malem ke kamar gue. Abis itu langsung meluk."

"Dih? Boongan lo mah," jawab Dafin tak percaya.

"Serius." Dean berujar dingin.

Dafin bergidik merasakan aura Dean. Ia pun segera mengingat kembali mimpinya semalam. Tampaknya tak ada yang aneh. Ahh, Dafin sedikit ingat, ia bermimpi sesuatu. Tapi ia tak akan bilang Dean. Alasannya? Ya tentu ia malu karena yang ia mimpikan adalah orang yang sedang bertanya ini.

"Gue lupa deh Dean."

"Terserah."

Dean bangkit berdiri dengan perasaan kesal. Ia meninggalkan Dafin yang menatap langkahnya dengan pandangan yang kembali sendu.

Gue mimpi lo ninggalin gue Dean

Tak ingin kembali mengingat kisah sedih di mimpinya, Dafin memilih merapikan ruangan ibadah ini. Hanya merapikan beberapa benda yang perlu di tata letaknya. Tak lagi perlu disapu atau dibersihkan secara berlebihan karena Dean sudah melakukannya setiap pagi dan sore hingga ruangan ini bahkan sampai sudut ruangan selalu bersih plus wangi.

Drttt drttt

Ponsel Dafin yang di meja menarik atensi. Dafin menaikkan kedua alisnya. Heran ketika nama penelpon ada di layar hpnya.

"Halo Passwordnya?"

Terdengar kekehan diseberang sana. "Hai Daf."

"Halo Lila."

"Maaf gue cuma read chat lo kemaren-kemaren."

"Ohh itu santai. Lo sendiri? Sekarang udah gak papa?"

"Iya, gue udah berusaha move on."

"Bagus lah. Gue juga minta maaf atas semua yang gue lakuin sampe harus berakhir kek gini."

"Nggak, ini murni salah gue."

"Iya, nggak papa. Gue juga salah kok. Gue minta maaf ya?"

"Iya."

Dafin menunggu. Cukup lama hingga suara Lila kembali menyapa.

"Ya udah, gue tutup ya. Ketemu kembali di sekolah"

"Iya."

"Siapa?" Suara Dean membuat Dafin terlonjak. Merasa curiga, Dean merebut ponsel Dafin secara paksa. Membuka panggilan terakhir lalu rahangnya mengeras.

"Kenapa lo telponan sama Lila hah?!"

"Dia cuma minta maaf Dean. Gue juga harusnya minta maaf kan sama dia?"

𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang