Kiara hanya diam sembari menatap perempuan tidak jelas itu. Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi entah kenapa perempuan tadi malah tiba-tiba menyalahkannya.
"Kiara"
Kiara langsung tersadar kembali setelah Pak Taeha memanggilnya. Kemudian dia menatap Pak Taeha bingung, otaknya seperti sedang blank sekarang.
"Eh. Iya, pak?"
"Malah ngelamun. Ayo lanjutin. Katanya mau makan"
"I-iya, pak"
Kiara segera melanjutkan tugasnya yang tinggal sedikit lagi. Tapi otaknya seperti tidak bisa berkonsentrasi dengan benar setelah kedatangan perempuan tadi. Dia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua.
15 menit kemudian, Kiara baru saja menyebutkan angka terakhir yang tertulis pada kertas putih di depannya. Kemudian dia menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi dan menghela nafas lega. Akhirnya dia bisa membereskan urusannya dengan Pak Taeha.
Tapi masih ada sedikit hal yang mengganjal di fikirannya. Dia ingin bertanya kepada Pak Taeha, namun dia takut jika Pak Taeha akan marah dan membuat nilainya menjadi jelek.
Setelah menutup laptop dan memasukkannya ke dalam tas, perhatian Pak Taeha mengarah kepada gadis yang berada di depannya sekarang. Gadis itu hanya diam sembari menatap lurus ke depan. Sepertinya Pak Taeha tau apa yang sedang dia fikirkan.
"Kamu jangan ngelamun. Kalo kerasukan saya nggak bisa bantu nyembuhin" kata Pak Taeha.
Kiara menegakkan tubuhnya kembali, kemudian menatap Pak Taeha seakan-akan meminta penjelasan dari dosennya itu.
"Itu tadi siapa, pak?" Tanya Kiara.
"Nggak usah kepo"
"Ya gimana saya nggak kepo. Dia dateng-dateng langsung nyalahin saya. Sedangkan saya nggak kenal sama dia. Jangankan kenal, ketemu aja nggak pernah" ujar Kiara emosi.
"Kamu marahin saya?" Tanya Pak Taeha datar.
"S-saya nggak marahin bapak. Saya cuma mengutarakan isi hati saya" jawab Kiara gugup.
"Kalo kamu ketemu sama dia, jangan di ladenin. Anggap aja kamu nggak kenal"
"Ya saya emang nggak kenal" ketus Kiara.
Pak Taeha mengambil kantong yang di bawa oleh perempuan tadi. Kemudian dia mulai membuka, dan ternyata ada kotak makan serta minuman di dalamnya. Pak Taeha membuka kotak makannya lalu menyodorkan ke depan Kiara.
"Ini, makan dulu" kata Pak Taeha.
Kiara menggelengkan kepalanya "Nggak mau. Itu kan punya bapak. Lagian saya nggak mau ada urusan lagi sama perempuan tadi" jawab Kiara.
"Maksud kamu?"
"Kan itu makanan dari dia. Terus kalo dia tau yang habisin makanannya itu saya, apa nggak makin dendam dia sama saya"
"Ini makanan dari mama saya" ucap Pak Taeha sembari mengambil sendok dari kotaknya.
"Pak Taeha tau dari mana?"
Pak Taeha menatap Kiara datar "Ini kotak bekal punya mama saya. Udah, nggak usah banyak tanya. Makan dulu" suruhnya.
"Bapak nggak makan?"
"Saya masih kenyang"
"Kenyang dari mana. Orang bapak dari tadi nggak makan"
"Cepet makan. Apa nunggu saya suapin dulu?" Tanya Pak Taeha sembari menatap Kiara tajam.
"Saya mau makan kalo bagi du-"
Ucapan Kiara terpotong karena lagi-lagi ada yang mengetuk pintu ruangan Pak Taeha. Ternyata dia adalah Stella. Awalnya Stella tersenyum, tapi setelah mengetahui siapa yang duduk di depan Pak Taeha sekarang, wajahnya seketika berubah menjadi sinis.
YOU ARE READING
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...
Part 2
Start from the beginning
![Mr.Taeha Dirgantara [on going]](https://img.wattpad.com/cover/309031932-64-k131758.jpg)