Bersalah

29 6 3
                                    

"Akh! S-sakit."

Bagaimana tidak sakit? Pergelangan tangannya digenggam erat, lalu ditarik paksa. Bi sangat bersyukur kalau tangannya tidak patah, atau tidak putus karena tindakan Junior.

Mereka berdua sampai di kamar mandi belakang. Bi menghela napas banyak, karena ditarik Junior paksa, membuatnya lari menyamakan langkah Junior yang cepat itu.

"Lo liat ini semua, kan?" Sontak, Bi melihat sekelilingnya.

Kamar mandi itu kurang bersih. Bi tahu jika akhirnya ia akan membersihkan semuanya ini. Bi pun mengangguk kecil.

"Lo tau, kan, hukuman apa ini?" tanya Junior seraya memasukkan tangannya ke saku celananya.

"Em, bersihin kamar mandi," jawab Bi dengan suara kecil. Kepala Bi pun menunduk setelah bertemu dengan wajah Junior.

Junior berdecih. "Tapi, gak hanya itu, doang."

Junior kembali menarik tangan Bi paksa, lalu mengajak Bi ke suatu tempat. Bi hanya bisa pasrah dan mengikuti kemana Junior menariknya.

Namun, Bi tetaplah Bi. Perasaan itu tetaplah ada, dan kini tengah kembali mekar dan terasa indah bagi Bi. Matanya menatap pergelangan tangannya yang dipegang erat oleh Junior. Kini, Bi bersyukur pada Tuhan, kalau ia masih diizinkan memiliki perasaan yang selalu tumbuh setiap saat dengan sendirinya.

Mereka sekarang berada di dalam gudang sekolah. Gudang ini merupakan tempat menyimpan bangku yang tak terpakai, juga peralatan mengajar yang sudah tak layak pakai. Tempat ini berdebu, karena jarang sekali dibersihkan. Lagipula tidak ada penerangan, selain cahaya matahari yang masuk ke ruangan itu dari luar.

"Lo bisa liat, kan, ruangan ini kotor banget," tanya Junior dan Bi mengangguk sembari menelisik lebih jauh lagi ruangan itu.

"Lo bersihin ini, juga." Bi membulatkan mata.

"T-tapi, ini kotor banget, Jun. Em-mana sempat buat-"

"Ini hadiah buat pencuri polos macem lo," bisik Junior bersuara berat, membuat Bi merinding.

Tenggorokan Bi tercekat. Nafasnya mulai tak teratur. Mata Bi pun menatap wajah Junior yang menyunggingkan smirk yang terkesan menyeramkan.

Wajah yang Bi pandang itu semakin mendekat pada wajahnya. Membuat Bi mundur beberapa langkah. Namun, bangku yang bertumpuk itu menghentikan gerakan mundur Bi, hingga ia tak bisa menghindar lagi. Dan saking dekatnya, nafas hangat Junior terasa di wajahnya.

"Lo kira gua lupa sama pencuri makanan gua tadi malam, gitu?" tanya Junior menatap tajam mata Bi.

Bi hanya diam dan memandang wajah Junior sedekat ini. Namun dalam dirinya, hati Bi bergejolak tak berhenti, jantungnya yang berdetak cepat, dan darah yang berdesir kuat. Wajah Bi pun sedikit memerah malu, karena apa yang sudah Junior lakukan.

Junior mundur beberapa langkah. Bi bernapas lega, setelah mendapat beberapa jarak dengan Junior. Jantungnya benar-benar tak kuat jika sedekat itu dengan kapten basket itu.

Junior menatap jam tangannya. "Empat puluh lima menit lagi, gua bakal balik ke sini."

Selangkah lebar Junior memajukan wajah, bahkan tubuhnya pada Bi. "Kalau semua ini belum selesai, lo liat aja."

Junior pergi begitu saja. Dan tentunya meninggalkan Bi yang terkejut lagi.

"H-hah?" Bi linglung.

45 menit bukanlah waktu yang lama. Bi langsung menyadarkan diri, dan sesegera menghela napasnya untuk menormalkan jantungnya yang berdegup kencang lagi.

"Ngapain bengong, sih, Bi? Ayo kerja!"



COULD YOU?



Could You? (on Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang