🏐 Bagian 1 : Drama pagiku bersama Bunda

166 24 4
                                    

Saat aku kecil, aku sama sekali belum mengerti apa yang sedang orang-orang dewasa itu lakukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat aku kecil, aku sama sekali belum mengerti apa yang sedang orang-orang dewasa itu lakukan. Saling membentak satu sama lain-tak sekali dua kali mereka menyebut namaku.

"Aku nggak mau ngurus anak itu lagi, Dana!"

"Terus sekarang mau kamu gimana?!"

"Ya suruh aja istri kamu yang ngurus Ghastan!"

"Prisa, kamu gila?! Dia anak kamu!"

"Ghastan juga anak kamu, Gardana!"

Sebelumnya aku tidak kenal dan tidak tahu siapa laki-laki itu. Dia datang ke rumah dan langsung bertengkar dengan Mama. Akan tetapi, setelah mendengar apa yang baru saja Mama katakan, diusia 5 tahun aku akhirnya tahu siapa laki-laki itu. Dia adalah Gardana Arsendra-Papaku.

Dibalik pintu kamarku yang terbuka sedikit, aku mengintip dengan perasaan senang. Aku yakin setelah ini teman temanku atau bahkan orang orang-tidak akan mengejekku lagi. Orang orang diluar sana yang selalu mengatakan aku tidak memiliki seorang ayah. Nyatanya sekarang aku tahu siapa ayah kandungku.

"Nggak, Aku nggak sudi ngurus anak dari perempuan gila seperti kamu!"

"Kamu pikir aku sudi? Darah kamu ngalir ke dia, kalo kamu lupa! Tanggung jawab, Dan! Dia lahir juga karena ada kamu!"

Papa menjambak rambutnya dan langsung pergi begitu saja. Dengan wajah sedih, aku membuka pintu kamarku lebar lebar-menghampiri Mama yang kini sudah duduk diatas soffa dengan memijat pelipisnya. Papa pergi tanpa bertemu denganku. Padahal, aku selalu ingin bermain bersama Papa seperti teman-temanku yang lain.

"Mama. Itu Papa Atan?"

"Iya, itu Papa kamu!" balas Mama dengan nada membentak. "Udah sana keluar! Main sama temen temen kamu. Mama pusing ngadepin Papa kamu yang nggak mau tanggung jawab itu!" lanjutnya. Tubuhku sedikit terhuyung saat Mama mendorongku.

Keesokan harinya, aku kembali senang karena Papa kembali datang. Beliau tidak datang seorang diri- seperti kemarin. Di belakangnya ada seorang anak laki-laki, terlihat jauh lebih tua dariku. Jelas hal itu membuat senyumku seketika luntur. Anak itu menghampiriku dan mengatakan bahwa dia adalah Kakakku. Untuk waktu yang cukup lama, kami berdua menghabiskan waktu bermain di depan rumah. Sampai dimana mataku teralihkan, saat Mama dan Papa keluar membawa sebuah koper dan tas yang biasa ku pakai. Lalu mereka memanggil kami.

"Ghastan. Kamu ikut Papa ke rumah baru, tinggal bareng Kak Shaka. Disana rumahnya jauh lebih besar dari rumah ini dan kamu bisa main sepuasnya." Mendengar hal itu, aku berjingkrak senang. Rumah yang ku tinggali bersama Mama hanyalah sebuah kontrakan kecil. Maka karena itu, aku sangat senang sekali mendengar rumah yang akan ku tempati sekarang jauh besar.

Mama menggendongkan tas ke punggungku. Lalu setelahnya, Papa menggandengku menuju mobilnya terparkir-di halaman rumah. Aku merasa kebingungan saat mengetahui dibelakangku Mama hanya diam menatap datar ke arah kami. Saat Papa melepaskan lenganku untuk menaruh koper di bagasi mobil, aku berlari menghampiri Mama kembali. Aku meraih telapak tangan Mama dan menarik pelan sebelum dia melepaskan paksa genggaman tangan mungilku. Tubuhku terhuyung ke lantai-cepat-cepat aku bangkit.

Me and volley smash Where stories live. Discover now