BAB 44. SANG REMBULAN

Start from the beginning
                                    

Zahwa memang berencana ke puncak setelah ia selesai bekerja. Namun tugas yang menumpuk membuat rencana yang sudah ia atur sejak lama itu harus terpaksa ia batalkan.

Maura menghampiri Zahwa dan melihat apa saja yang harus ia kerjakan.

"Ooh, kalau ini aku bisa kok, Mbak. Mbak Zahwa kalau mau pulang, pulang aja," usul Maura. Seketika mata Zahwa yang berkantung itu berbinar. Zahwa meraih tangan Maura.
"Makasih banyak, Maura. Kamu datang di saat yang tepat, bagaikan dewa. Kalau gitu selamat bekerja, fighting!" Zahwa bergegas membereskan barangnya dan pulang dengan perasaan senang. Rencananya tidak jadi batal.

Tersisa Maura sendiri di ruangan, sedangkan April tengah berada di ruangan Account Manager yang terlihat dari tempatnya dengan kaca transparan.

💨💨💨

Tidak Maura sangka butuh waktu hingga selarut ini untuk menyelesaikan pekerjaan yang ia kira hanya sebentar. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Maura berjalan dengan langkah lelah keluar dari ruangannya.

Seperti biasa, Maura turun dengan tangga. Tiba di lantai dasar, ia tak sengaja melihat Rey di dalam lift yang sudah terbuka pintunya.

"Haduh, gimana ini." Maura menghentikan langkahnya dan berbalik. Tak lama setelah itu pintu lift tertutup lagi.
"Kenapa mas Rey gak jadi keluar? Ah bagus deh, gue harus cepet-cepet pulang biar gak papasan."

Maura mempercepat langkahnya. Tepat setelah ia melewati lift, pintunya terbuka lagi. Maura menghentikan langkahnya. Dengan takut ia mengarahkan kepalanya ke lift.

Maura mematung. Ia berharap dirinya sedang bermimpi buruk.

Rey terkesiap melihat Maura ada di depannya. Sedangkan wanita di sebelahnya malah memasang wajah senang.

"M-maura? Kok kamu bisa di sini?" tanya Rey berusaha santai. Tetapi raut paniknya tidak bisa disembunyikan.

Maura sudah ingin menangis sekarang. Keterkejutannya sudah melebihi batas sehingga ia rasa jantungnya akan meledak sekarang.

"Mau ... mau kasih kejutan, tadinya. Tapi ternyata aku yang terkejut, he-he ..." jawab Maura dengan nada bergetar. Wajahnya sudah hampir menangis saking tidak percayanya akan apa yang baru saja ia lihat.

Rey keluar dari lift.
"Maura, ini nggak seperti -"

"Nggak apa-apa, aku harus pulang. Maaf mengganggu kalian. Permisi."

Maura bergegas pergi keluar dari gedung.

Sedangkan Rey merasa sulit bernapas sekarang. Leona yang berada di sebelahnya malah semakin mempererat rangkulannya di lengan Rey.

"Leona lepasin!" Rey melepas kasar lengan.

"Kok mendadak kasar gitu sih?"

"Leona kali ini lo udah keterlaluan!"

"Apa yang keterlaluan? Ciuman kita tadi?" Leona tertawa singkat.

"Ciuman tadi bisa jadi alasan lo buat lepas dari Maura. Lo sendiri yang bilang, Rey, kalau Samuel juga suka sama Maura dan lo harus menjauh dari dia demi menjaga perasaan Samuel. Iya, kan?"

Rey tak bisa menjawab. Ia menjadi menyesal telah bercerita pada Leona tadi. Ia memang ingin melepaskan Maura, tapi tidak dengan cara seperti tadi. Leona menciumnya di depan mata Maura. Pasti Maura merasa sakit sekali sekarang.

"Udah, kalau ciuman gue tadi membebani lo, nggak usah dipikirin. Mending selesaikan urusan kalian dan siap-siap, lo harus ke Singapura besok, kan?" Leona tersenyum lagi.

Rey menghela napas gusar. Ia bergegas keluar dan mengejar Maura.

💨💨💨

DATING APP (END) ✔Where stories live. Discover now