"Lesya, sini."
Lesya mengalihkan pandangannya dari Xavier saat tangannya ditarik Naura untuk berbaris rapi di samping gadis itu. Secara bersamaan Xavier menoleh, menatap Lesya dari kejauhan. Satu alisnya terangkat. Namun, dia memilih acuh.
Olahraga dimulai dengan doa bersama, lanjut ke pemanasan yang dipimpin oleh Naura. Setelah itu berlari mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali.
"Padahal, dibanding lapangan upacara, lebih luas lapangan upacara. Tapi, tetep aja gue capek," keluh Naura yang berlari di samping Lesya.
Lesya terkekeh geli melihat Naura yang tampak sangat kelelahan. "Baru satu putaran, lho."
"Makanya!" Naura berseru kesal. "Baru satu puteran, tapi gue udah capek. Selemah itukah badan gue?"
"Lo jarang olahraga ya, selain pelajaran olahraga kayak hari ini?" tanya Lesya.
Naura menganggukan kepalanya. "He'em. Males banget sumpah. Gue tuh, udah ada niat mau bangun pagi malemnya. Eh, giliran alarm udah bunyi malah gue matiin. Ketiduran lagi deh, sampe siang."
Lesya tertawa kecil. "Jangan males. Olahraga seru tau. Apa lagi lari pagi-pagi."
"Kapan-kapan yuk, kita jogging bareng!" ajak Naura yang dibalas anggukan kepala dan senyuman oleh Lesya.
Lari keliling lapangan sudah mereka lakukan. Pak Rama membagi dua kelompok tim untuk bermain voli. Satu tim diisi enam orang. Kelas IPA 1 melawan IPA 4.
Pemain kelas IPA 1 ada Naura, Riana, Sheva, Hujan dan Rena. Sayangnya tim mereka kurang karena yang bisa main voli hanya lima orang.
"Siapa lagi nih, satu lagi yang mau?" tanya Naura pada teman sekelasnya. "Kurang satu, anjrit."
"Siapa nih, yang bisa?" Riana ikutan bertanya.
Lesya mengangkat tangannya. "Gue."
"Haish, dari tadi dong, Ndoro," kata Naura sambil menarik tangan Lesya. "Lo beneran bisa, kan?"
Lesya menganggukan kepalanya.
"Lo yang servis duluan mau enggak?" tanya Riana.
"Oke," jawab Lesya.
Keenam siswi itu mulai berdiri di posisinya masing-masing. Para penonton duduk di pinggir lapangan. Beberapa ada yang berdiri di belakang penonton yang duduk. Bersorak ramai meneriaki jagoan masing-masing.
"Itu siapa yang jadi server?" tanya Tommy saat melihat ada siswi yang wajahnya asing alias belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Livy, kan?" jawaban Aldi terdengar seperti orang yang bertanya. Habisnya dia bingung Tommy tidak mengenali teman sekelasnya sendiri.
"Bukan ege," balas Tommy. "Itu yang anak IPA 1."
"Ouh," Aldi manggut-manggut. "Nggak tau gue."
"Anak baru kali, ya?"
"Bisa jadi, bisa jadi."
"Ada anak baru di IPA 1? Kok, gue nggak dikasih tau," gerutu Daniel kesal.
"Ya, emang lo siapa anjir pake segala dikasih tau," balas Garry sewot.
"Tapi, tuh cewek cantik, anjir," ucap Daniel.
"Buaya banget sih, lo," cibir Garry. "Tapi, emang iya, sih. Mukanya kayak bule gitu. Coba aja rambutnya cokelat. Beuh, keliatan banget bulenya."
"Bakalan banyak yang demen."
"Sekarang aja gue udah demen."
Permainan dimulai. Lesya sebagai server mulai menservis bola dari atas ke arah tim lawan. Yang diterima sempurna oleh Yuna dengan mempassing bola dari bawah, lalu dismash oleh Mela.
Permainan berlangsung seru. Para penonton seolah melihat pertandingan asli padahal ini hanya main-main. Mereka bersorak heboh saat salah satu tim mendapat point.
Sementara ini skor mereka sama. Pak Rama bilang permainan dilakukan sekali lagi membuat dua kubu tim bermain semakin semangat untuk mendapat skor yang lebih tinggi. Memenangkan permainan.
Bola melambung memasuki daerah IPA 1. Riana dengan cepat mempassing bola ke atas sampai bola melambung tinggi. Lesya langsung melompat tinggi dan melakukan smash ke arah tim lawan.
Cewek-cewek IPA 4 tidak ada yang berani menerima serangan dari Lesya. Mereka semua menyingkir dan bertepatan dengan itu bola jatuh ke tanah sampai berbunyi 'gedebum!' dengan sangat keras.
"Anjir, keren banget sumpah," ucap Hera dengan wajah cengo.
"Gila suaranya, woi," decak Daniel sambil geleng-geleng.
"Gila tuh, cewek. Pake tenaga dalem kali, ya," timpal Garry.
"Khodamnya coba apa, tebak?!" seru Daniel.
"Kuda poni," celetuk Bastian asal dengan mata menyipit nyaris terlihat seperti merem. Dia lagi kesilauan. Sinar mentari yang begitu terik membuatnya sulit melihat kegiatan yang sedang berjalan.
"Goblok!" umpat Daniel disertai tawa oleh mereka semua.
Semua yang ada di lapangan menatap Lesya ngeri saat gadis itu kembali menginjakan kaki di tanah. Semua terdiam selama beberapa detik. Sebelum akhirnya berteriak heboh saat permainan dimenangkan oleh IPA 1.
Xavier tersenyum miring saat melihat gadis itu tersenyum lebar saat teman-teman satu timnya bersorak senang melihat kehebatan Lesya dalam bermain.
YOU ARE READING
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
•| Chapter 7 |•
Start from the beginning
