•| Chapter 7 |•

Start from the beginning
                                        

"Ngapa sih, emang?" tanya Hera dengan kening mengernyit bingung. "Lo suka sama pak Rama?"

"Ya kali," Daniel langsung membalas sewot. "Gue bosen tau yang ngajar bu Kiswa dari kelas sepuluh."

Hera tertawa melihat wajah kesal Daniel. "Sama sih, gue juga. Apa lagi kalo lo sampe telat ganti baju. Gue yang kena omel."

"Sabar, ya," ucap Garry sambil menepuk-nepuk bahu Hera.

"Nggak bisa!" balas Hera ketus.

Pintu ruang guru terbuka, muncul Pak Rama dengan baju olahraga bebasnya dengan peluit di leher dan topi untuk menutupinya dari teriknya sinar matahari.

Sontak hal itu membuat siswa siswi yang tadinya duduk, jadi beranjak berdiri. Mengerubungi Pak Rama yang terlihat sangat tampan.

Di Aregas memang memiliki dua guru tampan yang umurnya juga masih muda dan jadi idaman anak-anak cewek. Pak Rama guru Olahraga dan Pak Faris guru Sejarah.

Sejak kelas sepuluh kelas XI IPA 4 ingin sekali mendapat Pak Rama mengajar olahraga di kelas mereka. Namun, sayang sampai saat ini selalu mendapat Bu Kiswa. Guru Olahraga wanita yang kalau mengajar di lapangan selalu memakai topi payung.

"Udah kumpul semua?" tanya Pak Rama.

"Udah, Pak!" Hera menjawab paling keras. Berusaha untuk maju menghadap Pak Rama sambil membawa buku absen. "Ini bukunya, Pak."

Pak Rama menerima. "Okey. Langsung ke lapangan voli."

Semua murid IPA 4 segera berjalan menuju lapangan voli mengikuti Pak Rama yang berjalan paling depan.

"Pak! Pak Rama, kok ganteng banget? Makan apa sih, Pak?" tanya Livy.

Pak Rama menoleh sambil tersenyum membuat para cewek menjerit heboh. "Makan pisang."

"Serius, Pak?"

"Bo'ong."

"Bapak, suka becanda, ya?" ucap Hera sambil tertawa kecil. Pak Rama menoleh ke arahnya, ikut tertawa. Bastian yang melihat itu memutar bola matanya malas.

"Kenapa Bapak nggak ngajar di kelas kita juga?" tanya Yura.

"Ya, kan nggak semua kelas Bapak yang ngajar. Bapak kebagiannya beberapa kelas, doang," jawab Pak Rama kalem.

"Tapi, kita pengennya sama, Pak Rama," ucap Hera.

Pak Rama terkekeh. "Kenapa sih, emang kalo sama bu Kiswa?"

"Diomelin terus saya," jawab Hera dengan wajah bersungut kesal.

"Kamu ketua kelas?"

Hera menganggukan kepalanya. "Iya, Pak."

"Sabar, ya."

"Bapak, mah cuman bilang sabar, doang. Semangatin, dong!" pinta Hera agak memaksa.

"Semangat," ucap Pak Rama sambil tersenyum.

"Aaa!!!" Sontak hal itu membuat para cewek IPA 4 menjerit heboh. Damagenya bukan main saat Pak Rama bilang semangat disertai senyuman manis. Mereka yang dibuat baper, padahal Hera yang mendapat semangat dari guru tampan itu.

Pak Rama bersama anak-anak IPA 4 berjalan memasuki lapangan. Seketika anak-anak IPA 1 yang sedang menunggu kedatangan Pak Rama langsung berdiri dan berbaris rapi.

"Eh, anjir. Kita gabungan, dong!" seru Naura histeris.

"O em ji, sama anak IPA 4," sahut Riana.

Lesya menatap satu persatu wajah anak IPA 4 yang mulai baris di samping teman sekelasnya. Empat cowok tampan dengan tubuh jangkung di antara yang lain terlihat sangat mencolok. Terlebih salah satunya yang kini sedang merenggangkan otot leher dengan menggerakannya ke kiri dan ke kanan.

Dangerous NerdWhere stories live. Discover now