Chapter 8

1.2K 150 5
                                    

Happy Reading

🌼🌼🌼

Saat mataku baru terbuka, aku sudah mendapatkan kabar yang membuat wajahku berseri-seri sepanjang hari.

"Dear," panggil Bang Liam pelan.

"Hm," gumamku. Aku menerima panggilan video darinya dengan tubuh yang masih berbaring miring di bawah selimut tebal berwarna putih ini.

"Coba matanya dibuka dulu!" pintanya.

Aku pun mencoba untuk membuka mataku lebih lebar lagi. "Apa?"

"Kok—apa? Kamu enggak senang aku hubungi pagi-pagi gini?"

"Senang, tapi aku masih ngantuk," jawabku dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Coba baca ini!" titahnya. Bang Liam merubah kameranya menjadi kamera belakang dengan menyorot sebuah kertas yang bertuliskan sebuah jadwal penerbangan yang dikhususkan untuk para staf yang bertugas.

"Incheon, Christian William Andelion," bacaku. Apa sih maksudnya? Enggak jelas! Ah, aku mengantuk!

Saat, mataku baru terpejam sejenak, tiba-tiba aku mengingat sesuatu, dan mataku terbelalak seketika. Aku langsung bangkit dari posisi baringku menjadi duduk di atas ranjang. "Hah?!" Jujur, aku terkejut.

Bang Liam sudah merubah kameranya menjadi kamera depan kembali. Di layar, tampak dia yang tertawa ringan karena melihat reaksi keterkejutanku.

"Abang?"

"Iya."

"Itu beneran?" Suaraku masih pelan karena takut kecewa.

"Pernah aku bohong?"

Aku langsung menjerit saking senangnya karena Bang Liam menuruti permintaanku yang telah ku utarakan pada tiga minggu yang lalu. Ku tengelamkan wajahku di atas bantal, sudah tidak ku pedulikan lagi tentang Bang Liam yang mungkin saja bingung melihatku karena ponselku bergerak tak karuan atas kehebohanku sendiri.

"Ci!" panggil Ahjumma, "Cici kenapa?" Dari suaranya, sepertinya Ahjumma sedang mengkhawatirkanku.

"I'm okay," cicitku karena wajahku masih ku tenggelamkan di atas bantal.

"Mika," panggil Bang Liam.

Aku kembali memposisikan ponsel di depan wajahku. "Iya," sahutku.

"Udah lihat tanggalnya juga kan tadi?"

"Oh, iya, tadi enggak aku baca semua," sesalku.

"Aku ke sana minggu depan."

"Tapi, Abang langsung pulang, ya?" Kenapa aku jadi sedih seperti ini?

"Aku ke sana Sabtu siang, mungkin sampainya malam. Hari Minggu alasannya ke gereja, jadi aku boleh balik ke Indonesia hari Senin pagi. Hari Minggu, setelah dari gereja, kita jalan, ya?"

"Siap!" jawabku dengan semangat.

"Ya udah, aku ada penerbangan pagi, udah dulu, ya? Kamu jangan lupa mandi, terus sarapan!"

"Iya, Abang. Abang hati-hati, ya!"

"Siap! Bye, Dear!"

"Bye!"

Kemudian, aku segera membersihkan diriku dengan semangat karena mood-ku sedang bagus sekali—pagi ini.

***

Aku keluar dari kamar dengan aura yang sangat terpancar. Aku langsung menuju ke arah dapur dan menemukan Juju di sana. Ku kalungkan kedua tanganku ke leher Juju dari belakang. "Good morning, Adikku!" sapaku dengan ceria.

"Apaan sih, Ka!" Juju merasa risih dengan tingkahku, lalu ia berusaha melepaskan diri dari rengkuhanku.

Aku menarik kursi di samping Juju, tidak seperti biasanya di mana aku duduk berhadapan dengannya. Aku terus bergelayut di lengan kokoh ini.

"Mau apa?" tanya Juju.

"Ah, peka banget sih, Adikku sayang," pujiku.

"Geli gue, Ka." Juju pura-pura bergidik.

"Gue mau—"

"Lepas dulu tangan lo!" titahnya.

Demi komisi, aku pun berhenti menggelayutinya, lalu duduk dengan sempurna. "Shopping time!" seruku.

Namun, Juno terlihat biasa saja. Ia tetap menikmati sarapannya tanpa merasa terganggu oleh segala yang aku minta.

"Gue juga mau spa," lanjutku.

"Yang penting jaga aurat ya, Ka!"

"Itu aja?"

"Apa? Duit? Nanti gue transfer, gue makan dulu, ponsel gue masih di kamar."

"Terima kasih, anak saleh!" ucapku dengan senyum yang mengembang.

🌼🌼🌼

Juno's POV

Tit, tit, tit, tit, tit, tit, tit, tit.

Ceklek

"Juju! Yuhuuu!" Gadis itu menghampiri gue. "Gimana penampilan gue? Lebih cantik gitu, iya nggak sih?" Terlampau percaya diri.

"Hm," sahut gue agar tidak membuatnya kecewa. Padahal penampilannya tetaplah sama, tidak ada bedanya dengan yang kemarin-kemarin.

"Tapi beneran deh, gue cantik kan, Ju?" Mika tampak khawatir akan penampilannya sendiri.

"Iya, Ka," jawab gue dengan jengah sambil berjalan menuju ke kamar gue sendiri.

Gue dengar lagi suara Mika yang sedang heboh itu berasal dari belakang sana. "Ahjumma, aku beneran udah cantik, kan?"

"Cantik, Ci, udah top pokoknya, mah."

"Ahjumma bisa aja," balas Mika malu-malu.

"Memangnya mau ketemu siapa sih, Ci? Kok kayaknya hectic banget buat siapin penampilan," tanya Ahjumma. Oh iya, kenapa Mika hari ini berubah sesemangat inu? Ada apa dengan gadis itu? Apa yang akan ia rencanakan?

"Rahasia!" jawab Mika. Dasar aneh!

🌼🌼🌼

Jangan lupa untuk vote, terima kasih ❤️

Unofficial LoveWhere stories live. Discover now