"A-aneh ..."gumam Naira lirih, ia menatap Visya dalam. "Ini bener-bener aneh Sya,"

"Maksud Lo?"tanya Visya penasaran.

Naira terlihat menghela nafas. "Lo inget cerita gue kemaren, tentang Asgara yang jarang masuk sekolah, temen sekelas bahkan satu sekolah pun tau Asgara paling banyak dua kali masuk dalam satu Minggu,"jelas Naira membuat Visya mengerutkan alis dalam.

"Terus?"tanya Visya yang masih belum paham.

"Dalam minggu ini Asgara udah masuk dua kali, dan hari ini yang ketiga. Itu artinya ..."

"Dia dapet hidayah."potong Visya seraya tertawa sumbang. Ia menggigit jari jari mungil nya.

"Tapi menurut gue ada yang beda sama As--"

"Sttttt, bel udah bunyi. Masuk ih buruan!"seru Visya seraya menyeret pelan lengan sahabat nya untuk cepat masuk kelas.

📍

Visya menatap bangku milik Naira yang sudah kosong, beberapa menit yang lalu gadis cantik itu izin untuk kegiatan osis nya.

Di depan, guru bahasa Indonesia tengah menerangkan materi.

Visya berdecak, kantuk nya kembali lagi. Tak tahan dengan situasi, ia menjatuhkan kepala nya di lipatan tangan.

Ia menguap lebar sesekali melirik Asgara yang seperti biasa menunduk dengan tudung kupluk besar Hoodie guna menutupi wajah nya.

Dari awal masuk laki-laki itu belum mengeluarkan suara sekalipun, kecuali berdecak saat Visya tak sengaja merobek buku nya kemarin.

Visya tetap waspada, bila perlu dirinya harus menjaga jarak dengan Asgara. Entah mengapa ia merasa laki-laki itu berbahaya.

Kalian tahu, aura Asgara benar-benar kuat. Visya baru kali ini merasakan aura yang begitu kuat bahkan mengalah kan Papa nya yang tengah mengamuk serta pria paruh baya yang sempat ia tolong waktu itu.

Visya menggeleng berusaha tak perduli, lagi pula Asgara tidak melakukan apa pun. Siapa tahu dia benar-benar dapat hidayah.

"Ngantuk banget astaga ..."lirih Visya pelan. Mata nya kini berkaca-kaca dan merah. Tak membutuhkan waktu lama, mata bulat itu mulai meredup.

Visya benar-benar tenggelam dalam rasa kantuknya, bahkan ia tak perduli dengan suasana kelas. Dengkuran halus terdengar, benar-benar halus hingga hanya Asgara yang dapat mendengar nya.

Tanpa di sadari kepala Asgara mendongak, wajah mungil Visya yang tepat menghadap dirinya membuat remaja itu menatap nya datar.

Mata tajam nya kini menyusuri setiap jengkal wajah Visya. Semua bagian wajah gadis itu benar-benar kecil, mungkin hanya mata nya saja yang bulat terlihat besar dan juga pipi. Alisnya rapi, bulu mata lentik, hidung nya mancung tapi kecil, pipi nya berisi, dan juga bibir mungil.

Asgara menajamkan pandangan nya, di sudut bibir gadis itu terlihat berwarna ungu. Jari besar nya hampir saja memegang bagian tersebut, namun urung ketika Visya tiba-tiba melenguh.

"Eughh ..."

Asgara kembali menunduk, ia sedikit melihat pergerakan Visya. Gadis itu tanpa di sangka menjatuhkan kepala nya ke lengan kokoh Asgara. Laki-laki tampan itu sedikit menegang sebelum kembali mengepalkan tangan nya.

AVHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin