Terbawa Perasaan

1K 46 7
                                    

Jangan lupa vote yaa zheyeenk 😚

Happy reading ♥️

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore, sudah waktunya bagi Melisa pulang. Biasanya ia akan dengan senang hati untuk tinggal dan pulang terlambat tapi tidak hari ini. Apa yang terjadi tadi cukup mempengaruhi hatinya. Ia pun terkejut mendapatkan dirinya kecewa seperti itu, tak menyangka jika perasaannya pada Riland begitu nyata adanya.

Malas-malas Melisa naik ke lantai 2 untuk menyimpan laptop dan yang lainnya, setelah itu ia akan segera bersiap untuk pulang karena memang jam kerjanya telah usai. Berbeda dengan Leah yang akan pulang sekitar pukul 7 malam, menunggu jemputan sang kekasih dan Riland akan pulang paling akhir dari toko ini.

Pandangan mata Melisa langsung beradu dengan Riland ketika ia sampai di akhir titian tangga. Saling terkunci untuk sesaat dan segera Melisa lebih dulu mengakhiri. Tanpa berbasa-basi, ia pun langsung berjalan menuju meja kerjanya. Meletakkan segala yang ia bawa dan merapikannya. Setelah itu ia mengambil tasnya, bersiap untuk pulang.

"Mau pulang sekarang ?" Tanya Riland. Tanpa sepengetahuan Melisa, ternyata lelaki itu memperhatikan apa yang dikerjakannya.

"Hu'um, aku mau pulang. Sekarang udah pukul 5 dan semua pekerjaan aku di hari ini sudah selesai,' jawabnya tanpa menolehkan kepala seolah sibuk dengan apa yang dilakukannya saat ini.

"Oh, kalau begitu hati-hati," sahut Riland lagi. Lalu lelaki itu berdiri dan berjalan menuju tangga. Ia pergi ke lantai 1.

Melisa baru berani melihat ke arah bossnya itu ketika ia pergi. Melisa pandangi tubuh tinggi tegap Riland yang kini hilang seolah tertelan tangga. Ia pun menyandarkan bokongnya di meja sembari berpikir. Sedikit menyesal telah mengusulkan tentang iklan ini, karena pada akhirnya dirinya sendiri lah yang terbawa perasaan.

"Huuffttt," Melisa menarik nafas dalam lalu meraih tasnya untuk pergi.

Melisa masih menuruni tangga saat lamat-lamat terdengar suara gaduh dari lantai 1. Suara-suara itu berasal dari arah toko dan melisa yakin itu adalah suara para perempuan. Ingin tahu, Melisa pun mempercepat langkahnya dan tercengang ketika ia dapati toko itu cukup dipadati oleh para pengunjung. Bahkan Riland harus berdiri di sebelah Leah dan membantunya membenahi barang-barang yang dibeli.

"Dan ini pasti kak Amel ya ?" Tanya salah satunya saat ia melihat Melisa datang dari arah dalam toko.

"Iya, dia Melisa yang naksir bossnya sendiri karena hot," kata Leah. Bukannya Melisa, tapi ia lah yang menjawab pertanyaan gadis itu.

Melisa hanya berdiri bagai orang linglung, cukup terkejut dengan banyaknya pengunjung. Tak hanya di kasir saja tapi di bagian toko yang lain pun cukup banyak yang sedang melihat-lihat.

"Gimana gak naksir, bossnya emang hot," timpal yang lainnya.

"Kamu gak mau bantuin ?" Tanya Riland yang masih saja sibuk memasukan beberapa potong baju kedalam paper bag .

"tuh kan, apa aku bilang ! Sepertinya kak Amel ini emang suka beneran soalnya di video itu acting-nya  natural banget," para gadis itu saling berbicara satu sama lain, membicarakan Melisa dan Riland secara langsung di depan orangnya membuat Riland tersenyum geli, sedangkan Melisa diam-diam mengamati, mereka ada 7 atau 8 orang dan sepertinya satu geng pertemanan.

"Hei, kamu mau bantu nggak ?" Tanya Riland lagi dan kali ini Melisa menanggapinya dengan menyimpan kembali tasnya lalu berjalan mendekati Riland. Padahal sepanjang hari ini ia berusaha untuk menghindari bossnya itu tapi sekarang harus berdiri bersama dalam jarak yang sangat dekat.

"Cocok banget deh kalian," ucap seorang gadis yang sedang menunggu pembayarannya selesai.

Ya... Berkat iklan yang berakhir di gudang tadi, sore ini penjualan meningkat tajam.

"Request baju couple dong, Kak," ucap gadis itu lagi dan disahuti antusias oleh Leah. "Boleh banget !! Besok pantengin ya Instagram The RH store, kita mau spill baju pasangan yang cocok untuk kencan dan pastinya akan diperagakan oleh Melisa and the hot boss,"

"Kita udah follow kakak berdua juga akun toko ini. Jangan lupa untuk update terus ya! Kita tungguin,"

Satu-persatu telah menyelesaikan pembayarannya, dan mereka pun berangsur pergi keluar meninggalkan toko. Baru saja Melisa hendak mengambil tasnya namun beberapa rombongan anak remaja kembali memasuki toko. "Kayanya kamu gak bisa pulang sekarang deh, Mel. Bantuin dulu ya, nanti pulangnya aku anterin deh," bujuk Riland.

Padahal Melisa sedang tak ingin berdekatan dengan bossnya itu. Bukan apa-apa, hati dan pikirannya akan diforsir kerja keras bila dirinya dekat-dekat Riland, tapi menolak pun tak mungkin bukan?

"Gampang, aku bisa pulang sendiri kok. Santai aja," jawab Melisa berusaha ceria dan sehalus mungkin menolak tawaran bossnya itu.

Riland mengernyitkan dahi, sedikit terkejut dengan penolakan yang Melisa lakukan dan ia oun sadar jika gadis itu tengah menghindarinya.

***

Seperti yang Riland tawarkan atau lebih cocok lagi disebut paksaan, akhirnya lelaki itu benar-benar mengantarkan Melisa pulang. Bukan karena ingin berduaan tentu saja, tapi karena Melisa pulang larut malam. Tepat pukul setengah 10 toko milik Riland baru bisa memberikan tanda 'closed' pada pintunya. Penjualan hari ini jauh lebih banyak dari sebelumnya. Ide yang Melisa berikan berbuah manis.

"Jadi kamu kos di sini ?" Tanya Riland ketika mereka baru saja sampai tepat di depan kostan Melisa. Bangunan bertingkat 3 itu sudah terlihat sepi hanya penjaga pintu saja yang berada di sana.

"Hu'um, sejak kuliah aku kost di sini dan berbagi kamar dengan sahabatku, Agni," jawab Melisa sembari bersiap untuk keluar dari mobil bossnya itu.

"Makasih banget loh udah nganterin, maaf jadi bikin kamu repot," ucap Melisa sungkan dan ia pun membuka pintu untuk keluar

Gerakan Melisa tertahan ketika sebuah tangan kekar menahan lengannya. "Mel," ucapnya pelan.

Melisa menolehkan kepala menatap lelaki yang menahan kepergiannya, padahal sebelah kakinya sudah menapak ke tanah. "Ya ?" Tanya nya dengan dada berdebar hebat.

"Mmm... aku yang seharusnya berterima kasih," jawab Riland,

"Hah ?" Melisa berkerut alis tak paham.

"Thanks ya, kamu hebat," lanjutnya lagi. Matanya menatap teduh ketika mengatakan itu.

Debaran jantung Melisa semakin menggila, ia menelan ludahnya paksa sebelum menjawab. Tatapan mata Riland membuatnya tenggelam dalam perasaan cinta yang kian dalam.

"Sa- sama-sama... Senang bisa bantu kamu," jawabnya terbata dan Riland menanggapinya dengan sebuah senyuman.

"Aku pergi ya, sampai ketemu besok," kali ini Melisa benar-benar bergerak keluar meninggalkan mobil Riland.

"Selamat beristirahat, Mel. Ayo cepet masuk," sahut Riland. Ia tetap tinggal disana sampai Melisa benar-benar masuk ke dalam bangunan kostnya, lalu ia pun pergi.

***

Melisa melemparkan dirinya ke atas ranjang miliknya sendiri sembari memijat pelipisnya yang terasa pening membuat Agni sang sahabat melihatnya terheran.

"Kamu pusing ?" Tanya Agni.

Melisa tak menjawab, ia hanya mengangguk pelan membenarkan.

"Sakit ? Mau aku ambilkan obat ?"

Melisa bangkit, dan duduk bersila di atas ranjangnya. "Aku pusing, tapi bukan karena sakit atau pun pekerjaan,"

"Hah ? Terus kenapa ?" Tanya Agni seraya mendudukkan dirinya tepat di hadapan Melisa.

"Aku pusing karena gara-gara projek iklan ini membuat aku harus terus berdekatan dengan Riland dan itu semakin membuatku terbawa perasaan," jelas Melisa seraya menghela nafasnya.

"Tapi hasilnya bagus kan ? Aku lihat banyak banget yang tertarik,"

"Iyq memang bagus untuk penjualan, tapi tidak untuk hatiku," jawab Melisa sendu.

Agni menatap Melisa penuh perasaan, ikut merasakan resah hati yang sahabatnya itu tengah rasakan saat ini. "Ssssttt... Sudahlah semua akan baik-baik saja," ia pun menarik Melisa dalam pelukannya dan menepuk-nepuk halus pundak Melisa untuk menenangkan.

To be continued ♥️
Thanks for reading ♥️












The Hot Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang