"Sorry, ganggu waktu kalian. Gue cuman mau balikin pisau ini," lanjutnya sambil mengangkat pisau di tangannya.
Mereka saling lempar pandang. Bertanya siapa pemilik pisau tersebut. Sementara, salah satu laki-laki tengah menatapnya datar dengan napas memburu. Bukan karena kesal, tapi karena stok napasnya menipis.
Lesya membalas tatapan laki-laki itu dengan alis terangkat satu.
"Well, kayaknya ini punya lo, deh," ucapnya pada salah satu laki-laki berkaos putih. "Tangkep!" Lesya melempar pisau tersebut, lalu melompat dan berputar. Menendang pisau tersebut sampai akhirnya ....
"Akh!"
Pisau tersebut tertancap di perut bagian kiri laki-laki berkaos putih.
Lesya menghela napasnya seakan kesal. "Kan, udah gue bilang tangkep. Stupid!"
"BANGSAT! SERANG DIA JUGAAA!"
Lesya menatap laki-laki yang sejak tadi menatapnya. "Fokus!" perintahnya dengan suara yang entah siapa pun dapat mendengarnya akan menuruti perintahnya.
Lesya ikut bertarung bersama laki-laki itu. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena sudah membawanya ke UKS saat kepalanya terkena lemparan bola.
Tidak pernah Lesya ikut campur urusan orang lain. Namun, entah mengapa malam ini dia mau membuang waktunya bertarung dengan banyaknya lawan sebagai ucapan terima kasih karena laki-laki itu sudah menolongnya.
Lesya menghela napasnya.
It's okay. Hitung-hitung melatih bela dirinya.
Lesya menoleh santai. Bertepatan dengan itu sebuah pukulan di layangkan ke arah wajahnya. Dengan cepat Lesya memiringkan kepalanya. Mengambil lengan laki-laki itu, lalu menendang perutnya berkali-kali.
Lesya melompat dan berputar melayangkan tendangan keras ke wajah laki-laki yang hendak membuatnya jatuh.
Kembali menghindar, saat sebuah balok kayu akan memukul punggungnya. Ketika usaha musuhnya itu tidak berhasil. Lesya memukul leher si pelaku dengan sangat keras sampai dia pingsan.
Setengah jam. Lesya berhasil melumpuhkan 50 lawannya. Tak bersisa.
Lesya menepuk tangannya seakan sedang membersihkan debu. Melihat hasil karyanya yang kini sudah tiduran di aspal tak sadarkan diri.
Tak sia-sia dia belajar bela diri sejak umurnya 4 tahun.
"AWAS!"
Lesya membalikan tubuhnya. Bertepatan dengan itu, seorang laki-laki memeluk tubuhnya dan membawanya berputar. Sehingga sesuatu yang terlempar, menancap di pinggang bagian kanan.
"Akh!"
Sial!
Tubuh laki-laki itu ambruk. Lesya berusaha menahannya agar tidak langsung jatuh ke aspal. Dia membawanya tiduran pelan-pelan. Tatapan mereka bertemu, Lesya melihat guratan menahan sakit dari laki-laki itu.
"I'm sorry," ucapnya berbisik.
Lesya melepaskan pelukan laki-laki itu. Dia kembali berdiri. Menatap tajam seorang lelaki yang melempar pisau ke arahnya. Lesya berjalan cepat, lelaki itu balik badan berusaha kabur. Mereka kejar-kejaran. Langkah Lesya berubah jadi lari. Lesya berlari dengan sangat cepat.
Gadis itu melompat. Menendang punggung lelaki tersebut sampai terjatuh.
"A-ampun," ucap lelaki itu saat Lesya menjambak rambutnya dengan sangat keras.
"Gue sengaja susah payah turun tangan bantuin dia sebagai ucapan terima kasih. Tapi, lo dengan gampangnya malah bikin dia luka? Ga adil!"
Duk!
Lesya membenturkan kepala lelaki itu ke aspal. Membuat lelaki itu tak sadarkan diri. Darah segar mengalir membasahi sebagian wajah.
Xavier. Laki-laki yang dua kali ini menyelamatkan Lesya terbaring tak berdaya. Lesya jongkok di samping tubuhnya.
"Bertahan," bisik Lesya yang dapat di dengar oleh Xavier.
Xavier membuka sedikit matanya. Dia masih tersadar. Menatap seorang gadis di depannya. Terpana dengan warna netra milik gadis itu yang bercahaya di bawah sinar rembulan.
Cantik.
Lesya mengeluarkan ponselnya. Mencari nama seseorang, lalu menempelkan ponselnya ke telinga.
"Where are you?" tanya Lesya begitu sambungan telepon tersambung.
" ... "
"I need your hand."
Sambungan telepon terputus. Lesya memasukan kembali ponselnya pada saku jaket.
Tak membutuhkan waktu lama. Sebuah civic berwarna hitam berhenti di dekat mereka. Seseorang yang membawanya keluar dari sana.
Billy—asisten pribadi Lesya menundukan kepala sebentar ketika sudah berada di hadapannya.
"Who?" tanya Billy dengan kening mengernyit. Melihat seorang laki-laki tak sadarkan diri dengan kepala di atas paha majikannya.
"Just friend. Bawa dia ke rumah sakit. Dan beresin semuanya."
YOU ARE READING
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
•| Chapter 3 |•
Start from the beginning
