Prolog

184K 4.1K 52
                                    

PROLOG


Aku duduk tegak di kursi empuk dalam sebuah ruangan luas yang tertata rapi. Di balik meja di depanku, duduk seorang pria berwajah tampan dengan mata yang memandangku seolah ingin melucuti seluruh pakaianku. Andai aku sedang tidak butuh dia saja, sudah pasti telapak tanganku menempel di wajah tampannya. Sebuah tamparan pantas untuk pemilik mata yang kurang ajar itu.

Sebisa mungkin aku menutupi rasa tidak nyaman saat sepasang mata beriris gelap itu menyusuri setiap lekuk tubuhku yang berbalut blus lengan panjang berwarna putih berbahan sifon. Matanya lama menatap dadaku. Aku tahu pasti, dia dengan jelas bisa melihat bra putih seksi yang sedang kukenakan karena blus sifon ini cukup tipis untuk memperjelas apa yang ada di baliknya.

"Ehm!" aku berdeham untuk membuyarkan pandangannya.

Dia tersenyum.

Aku mengumpat dalam hati. Pria tampan dengan setelan jas lengkap ini, sama sekali tidak merasa sungkan saat ketahuan sedang menatapku seperti akan menerkamku.

"Kamu ingin mengisi lowongan sebagai Ka. Bag, benar begitu?" tanyanya formal.

Aku mengangguk tanpa menjawab. Berkas CV-ku terlihat terbuka di atas meja kerjanya. Dua minggu yang lalu aku mengantar CV pada perusahaan yang bergerak dibidang impor snack, cokelat dan segala macam makanan produksi luar negeri, yang berdiri di kota Batam ini.

"Kamu baru berumur dua puluh tiga tahun, usiamu terlalu muda untuk posisi yang kamu inginkan," katanya sambil kembali menilik wajahku.

Aku hanya diam mendengar kalimatnya. Tidak berusaha memberi jawaban apa pun untuk meyakinkannya.

"Tapi mengingat pengalaman kerjamu sebelumnya, aku akan mencoba untuk menerimamu," katanya masih dengan nada datar tapi dengan pandangan mata yang terasa sangat nakal.

Aku berusaha tersenyum tipis.

"Ada syaratnya..." katanya pelan dan penuh percaya diri.

Aku tidak bersuara. Aku hanya mengangkat wajah dan menatap wajah berhidung mancung dengan mata hitam pekat itu.

Mata kami beradu.

Seketika debar halus menyentuh dadaku. Pria di hadapanku ini sangat tampan dan memesona. Wajar saja bila semua wanita jatuh bertekuk lutut di bawah kakinya. Takut terbuai, secepat kilat aku mengusir debar itu.

"Bila ingin menjadi karyawanku, kamu harus siap kapan saja untukku," katanya dengan nada nakal.

Seketika jantungku berdetak kencang, "maksudnya?"

"Kamu siap kuajak menginap kapan saja, kan?"

Duarrrrr!!

Kalimatnya seperti petir di siang bolong menyambarku. Aku bergidik jijik tanpa berusaha menutupi ekspresi itu dari pandangannya.

Aku tahu maksud kalimatnya. Dia ingin aku menjadi teman tidurnya kapan saja saat dia mau. Rumor yang beredar jika dia pria kaki wanita ternyata bukan hanya sekadar rumor.

"Maaf! Saya bukan wanita seperti itu!" kataku sambil meraih tas. Aku bangkit, berbalik dan melangkah meninggalkannya tanpa berpamitan.

"Bukankah kamu butuh pekerjaan ini?"

Aku terpaku di tengah ruangan. Aku merasa jijik. Dia benar-benar pria, bukan hanya dengan otak bisnis yang sangat terkenal itu, tapi dia juga pria dengan otak mesum yang tak kalah terkenal. Menyesal aku membiarkan dadaku berdebar saat mata kami bersitatap tadi.

"Saya butuh pekerjaan, tapi bukan berarti saya jual diri!" kataku pedas. Tanpa menoleh ke arahnya lagi, aku berjalan menuju pintu keluar, meraih gagang pintu dan dengan langkah pasti meninggalkan kantornya.

Dadaku berdebar penuh amarah. Wajahku terasa panas. Lelaki buaya darat seperti dia memang tidak pernah punya rasa malu. Dia pikir, dengan tampang dan hartanya, dia bisa mendapatkan semua wanita yang dia mau.

Aku melangkah keluar dari gedung kantornya yang megah. Berjalan menuju jalan raya, dan menyetop taksi. Rasanya, ingin kutonjok-tonjok wajah tampannya. Tapi walau kesal, wajah tampan yang menyebalkan itu masih saja menggoda benakku. Bayangannya tak mau pergi walau aku sudah berusaha mengusirnya bahkan dengan menggeleng-gelengkan kepala.

***

Bersambung...

vote dan komen ya, kawan2. makasi.

Evathink

IG : evathink

Loving You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang