"Daddy bakal selalu ada di belakang kamu," ucap Vernon.
"I know," balas Lesya. "Dimana Mommy?"
"Masih tidur. Semalaman nggak tidur," jawab Vernon. Kemudian, meminum kopi panasnya.
"Aku mau ke Mommy dulu," pamit Lesya. Beranjak dari tempat duduknya berjalan menuju kamar Maurel—Mommynya yang terletak di lantai dua.
Tok. Tok. Tok.
Ceklek.
Lesya membuka pintu kamar Maurel secara pelan. Masuk ke dalam kamar Maurel tanpa menimbulkan kebisingan. Tidak ingin mengganggu Maurel yang tertidur sambil memeluk foto Zios.
Bibirnya melipat, membuang pandangannya ke arah lain, menahan diri agar tidak terbawa suasana. Tidak hanya Maurel yang tertidur sambil memeluk foto Zios, dirinya pun juga. Keluarganya, orang-orang terdekatnya, yang menyayanginya belum rela ditinggalkan laki-laki itu.
"Quinnsha."
Lesya menoleh, tersenyum tipis menatap wajah Maurel yang tampak sangat lelah. Gadis itu duduk di pinggir ranjang, memegang tangan lembut sang Mommy.
"Mommy, kenapa belum tidur?" tanya Lesya.
Maurel mengulas senyuman tipis. "Mommy udah tidur. Ini kebangun."
Lesya mengerutkan keningnya merasa bersalah. "Gara-gara Quinn, ya?"
"Nggak, Sayang."
"Hari ini Quinn pindah ke sekolah Zios," ucap Lesya memberi tau.
"Iya, Sayang. Kenapa penampilan kamu kayak gini? Nggak kayak biasanya?" tanya Maurel bingung.
"Kenapa, Mom? Jelek, yah?"
Maurel terkekeh. "Nggak, Sayang. Anak-anak Mommy mana ada yang jelek? Gimana pun penampilan kamu. Kamu selalu cantik."
"Thank you, Mom."
•••
Quinnsha Qiana Qalesya. Mulai hari ini, gadis cantik blasteran Indonesia Australia itu menyembunyikan nama marganya agar tidak ada yang tau kalau dirinya adalah saudara kembar dari seorang Zios. Gen Daddynya—Vernon yang asli dari Australia menurun banyak pada Lesya. Tak hanya dari wajah, tapi juga sifat dan sikap.
Selama ini Lesya tinggal di Australia, bersama dengan Grandpa dan Grandma. Namun, belum lama ini Grandpanya meninggal karena penyakit yang di deritanya.
Sesekali Lesya pergi ke Indonesia hanya saat liburan sekolah. Enam bulan sekali, tapi waktu itu. Liburan yang ditunggunya menjadi liburan yang paling dibenci Lesya. Karena dia harus menerima kepergian orang tersayangnya.
Mackenzie Zioshaka Abishanza.
Gadis itu menghela napas, melirik sopir yang telah mengantarnya ke sekolah. "Nanti pulang sekolah Bapak nggak usah jemput saya."
Sopir tersebut menganggukan kepalanya patuh. "Baik, Non."
Setelah menyampirkan tali ranselnya di bahu, gadis itu keluar dari dalam mobil. Lalu, melangkahkan kakinya masuk ke dalam halaman sekolah barunya.
SMA AREGAS.
Tertulis jelas dengan cat warna hitam di papan melengkung atas gerbang. Gadis itu membacanya sekilas sebelum kakinya benar-benar masuk ke dalam.
Pandangannya mengedar, memerhatikan siswa siswi yang sibuk berbincang dengan temannya masing-masing. Tidak ada yang menyadari kehadirannya. Mungkin jika penampilannya tidak berubah, hampir seluruh pasang mata menatapnya.
Kakinya terus melangkah, mencari ruang TU. Lalu, melewati lapangan basket yang saat ini ramai. Banyak cewek-cewek menonton permainan basket yang dimainkan oleh cowok-cowok ganteng. Sorak sorai terdengar sangat nyaring membuat telinga sakit mendengarnya.
YOU ARE READING
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...
•| Chapter 2 |•
Start from the beginning
