9. The Lockdown

855 131 34
                                    

Sacha pov
Gue memasuki ruang rapat dengan perasaan penasaran. Gue yakin bukan gue satu-satunya yang penasaran dengan isu dibatalinnya lomba-lomba perayaan ulang tahun sekolah ini. Bahkan Elena yang kepeduliannya sangat kurang aja keliatan bingung dan penasaran.

"Mungkin sudah banyak dari Bapak dan Ibu yang sudah tau soal pembatalan lomba-lomba yang akan diadakan sekolah kita" Ujar Pak Reis menatap kami semua yang berada di ruang rapat.

"Terlebih karena Nona Iska sudah memberitahu ke banyak orang ketika saya minta memberi informasi soal rapat yang kita adakan ini" Lanjut Pak Reis sambil melirik ke Iska yang malah tersenyum bangga.

"Tentu kalian bisa melihat kekecewaan besar yang tergambar di wajah saya ketika kita harus memberikan infomasi tentang pembatalan lomba-lomba ini" Ujar Pak Reis tanpa ekspresi.

"Lo bisa liat kekecewaannya?" Bisik gue ke Elena.

"Nope, gue kalo tebak ekspresion dia salah mulu" Jawab Elena dengan Bahasa Indonesia yang sudah sangat baik.

"Maaf Pak, kalo boleh tau kenapa harus dibatalkan?" Tanya seorang guru.

"Saya mendapatkan informasi dari sumber yang sangat terpercaya bahwa sedang ada kejadian luar biasa terjadi di negara tetangga yang mungkin akan terjadi juga di negara kita" Jelas Pak Reis.

"Kejadian luar biasa gimana, Pak?" Tanya Pabe.

"Semacam virus, tapi belum banyak yang bisa kita ketahui dari virus ini, kabarnya virus ini mematikan dan dapat menyebar dengan sangat cepat. Tapi saya mohon Bapak dan Ibu, sebagai cendikiawan tidak menyebarluaskan berita yang belum dirilis oleh publik ini dan menyebarkan ketakutan kepada masyarakat. Namun saya menghimbau agar Bapak dan Ibu ketika kembali ke kelas, agar meminta anak-anak kita menjaga kesehatan dan memakai masker mulai besok. Ada kemungkinan kegiatan belajar tatap muka bisa dihentikan sementara jika kejadian itu benar-benar terjadi" Penjelasan Pak Reis membuat kami semua kaget.

Setelah rapat, kami semua kembali ke kelas. Gue berusaha terlihat tenang biar murid gue gak mengalami panik atau kecewa soal pembatalan lomba ini. Mereka menatap gue dengan tatapan penuh keingintahuan.

"Soooooo, saya punya 2 berita, berita baik dan berita buruk, kalian mau yang mana dulu?" Tanya gue.

"Baik aja dulu Miss" Jawab Andi.

"Oke, berita baiknyaaa adalaaah kita gak perlu repot-repot menyiapkan lomba karena acaranya dibatalin, yeeeeaaayy" Gue berusaha mengumumkan dengan nada ceria.

"HAH DIBATALIN???!!!" Seru mereka bersamaan.

"Terus berita buruknya apa?" Tanya Grandis.

"Acaranya dibatalin, udah terlanjur kesebut pas ngasih berita baik" Jawab gue.

"Ini sih berita buruk aja namanya" Gerutu Nia.

"Kenapa dibatalin Miss?" Tanya Anna yang digadang-gadang jadi pemeran utama Rumah Hantu kelas kami.

"Untuk saat ini saya belum bisa bilang ke kalian, tapi sebaiknya mulai besok kita ke sekolah memakai masker medis ya dan jangan lupa beli vitamin untuk dikonsumsi setiap hari" Ujar gue berhati-hati.

"Masker medis.. Vitamin... Mau ada zombie apocalypse?" Tanya Ricky.

"Hush, gak lah.." Sahut gue ragu. Tiba-tiba gue pengen nyiapin senjata buat survival.

***

Dijalan pulang gue mampir ke minimarket lokal buat membeli beberapa kotak masker medis dan vitamin. Saat membayar di kasir gue melihat berita yang ditayangan di TV di belakang meja kasir. Sebuah virus baru menyerang suatu negara di Asia. Dalam tayangan itu, seseorang terlihat kejang-kejang dipinggir jalan.

Swagger Teacher Season 2Where stories live. Discover now