V

116 19 15
                                    

Dino memeluk lutut dan menatap ke seberang danau. "Tahun berapa sekarang?"

"Pertanyaan yang bagus," Mingyu menjawab dengan semangat. "Sekarang? Atau tempat kau datang?"

"Keduanya," Jawab Dino cepat.

"Sekarang musim panas 1789, tanggalnya kau pasti tahu,"

"Ulang tahunku...,"Dino tampak mengingat. "Sebelas Februari? Lalu tempat ku datang?"

"Di sana tahun 1890, lebih dari seratus tahun telah berlalu" Dino diam, tidak percaya. Dia teringat surat-surat itu, tanggal yang aneh dari zaman dulu sekali. 

"Bagaimana mungkin? Aku sudah lebih dari seratus tahun...berarti kau juga...itu tidak mungkin! Mustahil,"

Mingyu menghela nafas mendengar bantahan Dino. "Seungcheol tidak pernah memberitahumu tentang keluarga kita,"

"Keluarga kita?" Dino bertanya, tertarik. "Kenapa memangnya? Kita dari Italia, aku tahu, Negara lama,"

"Keluarga Choi tidak seperti yang lain, Dino," Mingyu menjelaskan dengan sabar. "Kita hidup ratusan tahun. Sejauh yang aku tahu, kita bisa hidup selamanya. Menjadi dewasa, kemudian tetap seperti itu. Jika mengalami kecelakaan pasti akan mati, atau mungkin dibunuh, atau jika kau menerjunkan diri dari puncak menara. Selain itu tidak akan ada kematian. Kematian tidak alami untuk kita,"

Ah masa? Dino menyuarakannya untuk dirinya sendiri. "Tapi...Appa tampak tua...dan aku masih anak-anak selama seratus tahun? Kata-katamu tidak masuk akal,"

"Sebagai orang dewasa, penampilan kita merefleksikan kondisi perasaan kita," Jelas Mingyu perlahan. "Appa-mu tampak tua karena tidak punya keinginan untuk hidup. Jika perasaanya berubah, dia bisa saja tampak muda kembali. Kesedihan membuat kita terlihat tua, kebahagiaan menjadikan kita muda kembali. Dalam kasusmu, kau tidak tumbuh dewasa karena seperti yang telah kau mengerti sendiri, Seungcheol mengurungmu dalam mantra, sehingga menyembunyikanmu dan menjebakku dalam penggalan waktu, berulang dan terus berulang,"

Mingyu memperhatikan Dino. "Kau tampak kurus dan lelah...cuaca musim dingin tak cocok untukmu,"

"Kenapa kau bisa melihatku sementara yang lain tidak?" Dino mencoba mengalihkan, tidak suka topik yang diangkat Mingyu.

"Mereka hanya boneka pertunjukan, berlatih peran dan benar bahwa mereka tidak menyadari kehadiranmu. Mereka masa lalu dan kau bukan bagian dari waktu mereka, kau bukan bagian dari bab mereka dalam kisah ini,"

"Lalu kau?"

"Aku sudah melepaskan diri dari kisah ini, membawaku ke sini dan tidak memainkan peranku lagi,"

"Appa bilang kau menghancurkan rumah," Mingyu tak menjawab beberapa saat, kemudian menghela berat.

"Ceritakan padaku harimu, Dino. Sebelum kau melihat hantu di kolam, segalanya mulai terburai,"

"Malam," Dino menjawab. "Musim dingin yang beku, es di halaman dan jalan. Minghao di dapur, pelajaran bersama Jihoon, membaca cerita bersama Dongin,"

"Kau tahu sudah berapa lama keadaan itu berlangsung?"

"Kau menyuruhku percaya malam itu sudah berlangsung selama seratus tahun?" Ada tanya dalam suara Dino.

"Kau dikubur hidup-hidup," Perkataan Mingyu yang ini membuatnya tertarik sekaligus terkejut.

"Kau tak ingat umurmu ataupun renggang waktumu di rumah itu. Mereka tak mengizinkanmu melihat cahaya matahari dan kehidupan itu sendiri. Kau hampir tidak ada. Kau sama sekali tak ingat kisah masa lalu ataupun punya bayangan tentang masa depan. Aku ingin kau memilikinya, Dino. Apakah itu kedengaran seperti menghancurkanmu?"

Abuse [Dino of Seventeen]Where stories live. Discover now