IV

88 20 19
                                    

Dino mengintip melalui celah pintu lalu menguncinya. Fajar musim dingin yang kelabu telah tiba. Dino menutup tirai lalu menyalakan lilin, sehingga mereka bisa membaca surat-surat itu.

"Jin, menurutmu kita bisa tetap terjaga? Tidak lama lagi pagi datang. Bisa gak yah, memaksa untuk tidak tidur?"

Tapi Dongjin sudah menguap. "Bisa kita coba," suaranya terdengar ragu. "Tapi aku capek," Dongjin duduk di tempat tidur kakaknya, menumpahkan isi syalnya, matanya sudah berat.

"Bahasa Italia," Dino berkomentar.

"Yang ini latin," Dongjin ikut menanggapi. Dia mengangkat kertasnya, berusaha membaca tintanya yang sudah pudar. "Sulit,"

"Tulisannya aneh," komentar lain datang dari Dino. Kertas itu terasa lembut di jemarinya. Warnanya kekuningan dengan pinggiran cokelat.

"Lihat!" Di antara tumpukan surat itu, ada bundelan yang terpisah. Mungkin isinya selusin, diikat dengan kain satin berwarna dusty pink

"Surat cinta," Dongjin menyeringai. "Untuk siapa, dari siapa?"

Dino melepaskan pitanya dan membaca surat pertama. "Sulit melihat tulisannya, mana bahasa Italia, lagi" Keluhnya.

Dino berusaha keras membaca tulisan yang meliuk-liuk. Mengangkat lilin, mendekat.

"Hati-hati terbakar!" Dongjin memperingatkan.

"Sepertinya aku mengerti," Dongjin berbicara sembari menjauhkan lilin. "Ini surat yang ditunjukkan kepada Jeonghan dan ditulis oleh Seungcheol. Berarti ini surat dari appa kepada eomma. Tertulis pada tahun 1689,"

Jadi yang kulihat benar eomma...karena ini surat untuknya.

"Tadi itu pasti kamarnya!" Dino menyuarakan isi kepalanya.

"Tahun berapa sekarang?"

"Aku tidak tahu...Aneh, aku rasa tahun 1689 itu sudah lama sekali,"

"Mungkin nama saja yang sama. Siapa yang tahu kalau ternyata Jeonghan dan Seunghceol di dalam surat ini nenek moyang kita yang kebetulan namanya sama," Dongjin menebak-nebak.

"Mungkin?"

Akhirnya mereka memisahkan surat-surat itu menjadi beberapa tumpuk. Bundelan surat-surat cinta di satu tumpukan, surat berbahasa Italia dan lain berbahasa Latin. Dilihat sekilas, surat-surat yang berbahasa Italia ditulis dari negara lama, kepada Jeonghan dan Seungcheol di Inggris. Sebagian besar di tahun 1780-an. Anehnya surat-surat berbahasa Latin, ditulis di saat yang sama. Dintunjukkan kepada Jeonghan juga, tapi nama pengirimnya asing.

Ketika menengadah, ia melihat Dongjin sudah tidur. Dino berjuang sendiri melawan kantuk. Dino menguncang adiknya. "Kau harus menahannya! Coba untuk tidak tidur,"

"Gak bisa!" Dongjin menguap lagi dan mendorong kakaknya. Dongjin berdiri, melangkah ke kamarnya sendiri yang terletak di sebelah kamar Dino.

Menolak rasa letihnya sendiri, Dino menumpuk surat-surat itu kembali ke ruang di bawah papan lantai, di kolong tempat tidurnya. Dino duduk di meja belajarnya, bertekad melawan kantuk. Namun gagal, ia tertelan kantuk.

📕📕📕

Minghao membangunkannya dalam kegelapan. Pagi terbalik di Abuse. Minghao membuka tirai, sehingga cahaya bulan menerpa Dino yang tertidur dengan posisi duduk di meja tulisnya.

Minghao membawa baki dan meletakkan cangkir serta piring di meja. "Kenapa tidak di ranjang? Jihoon membuat kalian bekerja keras? Dongjin juga sama,"

"Aku memang sedang capek," Dino mengaku.

Abuse [Dino of Seventeen]Where stories live. Discover now