"Jovan, kamu harus menyelesaikan skripsi kamu dengan bagus, papa tidak mau dengar jika skripsi kamu di tolak mentah-mentah oleh dosen" Jovan yang mendengar menghembuskan nafasnya sebelum menjawab omongan papanya ."Jovan usahain pa"

"Jangan usahain doang,lihat kakak kamu sekarang udah bisa pegang perusahaan papa. Waktu lulus juga dia dapet nilai terbaik di kampusnya, kamu harus contoh" Jovan terbiasa dengan ini, mamanya selalu membanggakan kakaknya.

"Udahlah ma, setiap orang kemampuan beda gak bisa di samain. Jovan ya Jovan aku ya aku beda" Dirta tau pasti adiknya sangat tertekan dia selalu di bandingkan dengan dirinya.

"Ya kan, kak Jovan juga bisa kayak kak Dirta, masa gak bisa" Yumna adik Jovan satu satunya itu mengucapkan hal tersebut sambil memberi lipstik di bibirnya dengan kaca di tanganya.

"Kamu juga Masi SMA dandan terus mau jadi apa?" Yumna yang mendengar ucapan papanya langsung menyimpan lipstik dan juga kacanya kedalam tas miliknya.

"Ya wajar dong mas, kan Yumna cewek harus dandan biar cantik" Yura tidak suka anak gadis satu satunya di larang seperti itu.

Jovan mulai jengah dengan keluarganya dia memutuskan untuk pergi tanpa pamitan kepada ayahnya ataupun mamanya. "Anak itu selalu seperti itu pergi tanpa pamit, mau jadi apa kedepannya. Capek saya besarkan dia tapi tidak tau menghargai orang tua" Yura tidak sadar bahwa suaranya Masi bisa di dengar oleh Jovan.

"Gua juga gak pengen di lahirin di keluarga yang covernya doang bahagia tapi dalamnya gak seindah itu" Jovan terkekeh dan Memasang helm di kepalanya melajukan motornya.

"Lo apaansih Na!, kok gue di usir" Harry menatap Jaenar dengan emosi di wajahnya. Jaenar selalu mengusir Harry. Saat ini Jaenar,Yasa,Harry dan juga Rendra berada di kantin kampus tapi sedari tadi Jaenar tidak menyukai Harry di sampingnya.

"Lo tuh bauk, bauk banget dah gitu jelek lagi cih" Jaenar menjauhi Harry dan duduk di sudut meja. Harry rasanya ingin membuang Jaenar saat ini juga, bagaimana bisa dirinya di bilang bauk dan jelek.

"Sabar ry, sabar di sayang Tuhan" Harry mendengus mendengar ucapan Rendra barusan.

"Lagian lo kenapa sih Na? Aneh tau gak, biasanya lo juga sama gue terus" Jaenar hanya mengangkat bahunya dan melanjutkan makan makanannya.

"Lagian lo sih ry, makek parfum baunya kayak bau busuk anjir eneng gue nyiumnya" Yasa juga mencium parfum Harry yang baunya tidak terlalu enak. "Ya tapikan Jaenar juga biasanya duduk deket gue, ini tuh parfum yang biasa gue pakek"

"Tau ah gak suka gue sama wanginya." Harry ingin membalas ucapan Jaenar namun di urungkan saat suara detingan dari ponselnya pertanda ada yang mengirimkan pesan.

Sesaat Harry tersenyum melihat chat ya g ada di ponselnya sebelum memberi informasi kepada temennya. "Ntar malem Jovan ada balapan sama anak teknik gue kurang tau siapa" ucap Harry setelah membaca pesan tadi.

"Kok lo tau?" Harry sedikit gugup ingin menjawab pertanyaan dari Rendra. "Tau lah gue gitu lo" ucapnya sambil meminum minumannya pertanda dirinya gugup.

"Gue sih gak heran kalo dia di sana, padahal skripsi harus bener bener bagus eh tuh anak malah balapan" Jaenar berada di samping Yasa sedikit melihat ke Yasa setelah mendengar ucapan Yasa barusan.

"Ntar malam gue juga mau liat balap" semuanya melihat ke arah Jaenar yang membuka suara tadi.

"Lah Na, bukanya ntar malam kita mau lanjutin bahas materi?"

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now