15

1.1K 83 2
                                    


.

.

.

"Gua gak nyangka lo bisa besarin Jiendra sendiri di negri orang Na" Harry menatap bangga kepada Jaenar.

Tadi saat dirinya mendapat kabar bahwa Jaenar sudah sampai di kediaman orang tuanya, Harry langsung datang untuk menemui Jaenar yang sudah sangat lama ia rindukan. Dan sekarang mereka berada di kamar Jaenar sambil bercerita tentang tahun demi tahun yang dilewati keduanya. Dari pernikahan Harry dan Marvel dan bagaimana repotnya Harry mengurus charle yang sering marah kepadanya. Walaupun mereka sering bercerita lewat telepon tetap saja rasanya berbeda saat mereka menceritanya langsung.

"Gua juga gak nyangka" ucap Jaenar menatap lurus sambil tersenyum.

"Lo tau, dia selalu tanya dimana Mamanya, kenapa dia enggak punya Mama. Gua cuman bisa diem aja waktu itu, tapi sekarang gua udah cerita semuanya dan dia malah gak pernah ngomong panjang ke gua"  Jaenar tersenyum miris di akhir kalimatnya.

"Gua juga gitu. Lele selalu nyalahin gua, kenapa gua harus adopsi dia. Dulu dia bahkan gak mau gua jemput sekolah Na, bahkan dia sempet kabur dari rumah. Waktu itu gua bener bener takut, takut kalau selamanya dia gak terima kalau gua sama Marvel adopsi dia sebagai anak kami. Tapi di luar dugaan gua, dia bahkan manggil gua momy sekarang" Harry terkekeh mengingat bagaimana perjuangannya meluluhkan hati putranya, "gua kaget, gak tau harus bereaksi apa waktu dia panggil gua momy di waktu dia kelas 3 SD. Semua mata natap ke gua di setiap gua jemput dia dan dia lari manggil gua dengan sebutan momy. Namun akhirnya gua terbiasa"

Harry menatap Jaenar yang duduk bersila di atas ranjangnya dan juga menatapnya. "Gua yakin Jiendra bakal manggil lo dengan sebutan momy juga"

"Ck, gua gak mau di panggil momy. Gua masi lakik" Jaenar berdecak menatap Harry yang terkekeh di hadapannya.

"Lo yakin Masi lakik?"

"Gua masi punya burung ya anjir, walaupun gua bisa hamil bukan berarti gua gak lakik"

Harry semakin tertawa mendengar ucapan Jaenar yang meninggikan nada suaranya. Ia rindu akan hal itu, dimana saat Jaenar dengan tegas mengumpat dan selalu berkata kasar di setiap omonganya, ia juga merindukan arena balap liar yang selalu dia datangin saat Masi remaja dulu. Sudah tidak terhitung lagi seberapa rindunya dengan sahabatnya dari jaman SMP ini.

"Gua udah ngasih kabar ke Yasa sama Rendra. Rendra gak bisa dateng sekarang karena anak sama suaminya di China gak bisa dia tinggalin gitu aja, mungkin Minggu depan katanya. Kalau Yasa dia lagi banyak kerjaan"

Jaenar mengangguk menanggapi ucapan Harry, dia sudah tau kedua sahabatnya itu sudah tidak lagi menjalani hidup di panasnya kota Jakarta. Ia tentu merindukan kedua sahabatnya itu, namun apa boleh buat, dunia juga berputar tidak hanya fokus kepada dirinya saja, tidak masalah jika kedua sahabatnya itu tidak disini biar dirinya saja yang menunggu kepulangan sahabat sahabatnya kesini.

"Momy, lele mau pulang" kedua makhluk tuhan yang berada di dalam kamar terkejut mendengar rengekan charle yang meminta pulang, padahal dia tadi yang antusias ingin bertemu dengan Jaenar dan juga putranya. Charle selalu mendengar obrolan Vidio Harry dan Jaenar itu sebabnya dia antusias ingin bertemu dengan Jaenar, pria manis yang memiliki seorang putra tampan bak dewa Yunani.

"Ada apa? Kenapa minta pulang?"

Charle menghembuskan nafasnya mendengar pertanyaan Jaenar. "Om, Jiendra gak bisa ngomong ya"

Jaenar mengeryitkan keningnya, kenapa charle bertanya seperti itu, bukanya tadi Jiendra berbicara mengenalkan dirinya kepada Harry dan dirinya sendiri.

"Dia cuman menggeleng dan mengangguk doang"

Bagaimana tidak kesal, saat charle menanyakan suatu hal pasti Jiendra hanya mengangguk dan menggeleng sebagi jawabnya. Awalnya dia memaklumi, mungkin Jiendra masi kaku dengan dirinya. Namun tetap sama saat charle mencoba mencairkan suasana dengan bertanya beberapa hal yang harusnya dijawab panjang lebar oleh pemuda jangkung tersebut tapi hanya di balas dengan gelengan dan anggukkan kepala saja.

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now