02

1.8K 102 3
                                    

HAI GAYS, HAPPY READING ☺️
SEMOGA KALIAN SUKA KARYA AKU KALAU GAK SUKA BISA SKIP🙏
JANGAN LUPA PENCET BINTANG, MAKASIH😍


Suara kendaraan milik Jenar sampai di depan perkarangan rumah miliknya. Rumah dengan dua lantai tapi terkesan mewah untuk di tempati oleh 3 orang, dia ayahnya dan juga kembarannya, ibunya sudah meninggal sejak mereka berdua lahir.

"Baru pulang na?" Ayahny berada di hadapannya saat Jaenar membuka pintu membuat dirinya terkejut. "enggak yah, ini dah tidur" Yuda Pratama adalah Ayah dari Jaenar, mendengus mendengar jawaban putranya yang satu ini.

"Kamutuh pulang malam terus, kalau ada apa apa di jalan gimana" Yuda duduk di sofa ruang keluar dan memandangi Jaenar dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Bukan anak perawan yah, kok posesif amat. Lagian juga Masi jam setengah dua ini mah belum malam" Jaenar mendudukkan bokongnya di hadapan ayahnya balik memandang ayahnya yang kelihat kesal. "Lagian ayah kenapa gak tidur?" Yuda menyeruput kopi di hadapannya sebelum menjawab pertanyaan anaknya tersebut."nunggu kamu" Jaenar hanya menganggukkan kepalanya,sudah tau kebiasaan ayahnya yang seperti ini, Kalau dirinya atau kembarannya belum pulang maka ayahnya akan menunggu sampai mereka pulang. berdiri dan berjalan ke lantai dua di mana kamarnya berada.

Di ruang keluarga yuda menatap punggung putranya yang kian menjauh dan hilang saat masuk kedalam kamarnya. "Aku gak tau bisa jaga mereka berdua dengan baik tanpa kamu" gumamnya sambil menundukkan kepalanya "aku takut mereka mengikuti jejak kita, dan salah satu dari mereka seperti kamu, aku takut Wil.." Yuda kembali mendongakkan kepalanya melihat langit langit rumah mereka dan mengingat semuanya yang telah lalu. Ntah apa yang ada di masalah lalu.

Di sisi lain, Jovan memasuki pintu rumahnya. Hanya kegelapan yang menyambutnya. "Masi kerja" tawa kecil terdengar dari sudut bibir pria manis tersebut sambil bejalan dengan santai.

"Begini kerjaan kamu setiap malam Jovan!" Suara yang begitu lantang menyapa Indra pendengaran Jovan saat dirinya ingin menaiki lift menuju kamarnya "bagus kamu, selalu seperti ini buat malu keluarga saja" Januar Renandra adalah Papa dari Jovan, berjalan menghampiri putranya yang masi dia di depan lift rumahnya. "Kamu kalau tidak pandai seharusnya memiliki rasa disiplin sebagian anak, jangan seenaknya" Jovan memejamkan matanya dan menghirup kasar udara di sekitarnya sebelum berbalik dan menghadap papanya.

"Papa dari mana aja, sampai gak inget pulang selama satu bulan hah papa kemana?"Januar mengepalkan tangannya ingin rasanya memukul putranya ini. "Papa gak pulang karena bekerja untuk kamu, untuk semua yang kamu makan dan kamu pakai itu semua dari papa, jadi kaga bicara kamu Jovan" Jovan tertawa kecil dan menatap papanya yang sudah menahan emosi di hadapannya. "Sekarang kamu masuk kamar, sampai besok papa liat kamu pulang malam lagi papa gak akan segan ngambil semua barang yang papa kasih ke kamu" Januar meninggalkan putranya dan memasuki lift terlebih dahulu, Jovan Masi diam di tempat rasanya rumahnya bukan lah rumah sesungguhnya. Ayahnya yang gila kerja dan ibunya yang selalu membanggakan anak pertamanya atau kakak Jovan membuat dirinya muak berada di sini.

"Gua gak minta di lahirin tuhan, kenapa harus di lahirin di keluarga yang seperti ini" Jovan menghela nafas panjang dan memandang setiap sudut lantai bawah rumahnya ini, rumahnya sangat besar tidak jarang orang menyebut rumahnya ini sebagai mansion namun Masi terbilang kecil jika rumah ini di sebut mansion. "Gua punya segalanya tapi gak dengan kasih sayang, miris" ucapnya berdecak dan mamasuki lift yang menuju kamarnya.

........

"Na, lo yakin mau neraktir geng Jovan?" Harry bertanya kepada Jaenar tentang mereka tadi malam. "Lo gak tau nah mereka tuh licik, gimana kalo ntar mereka pesta narkoba di sana? Bisa kita juga yang kena" Jaenar yang di ajak berbicara hanya terus mengaduk mie soap di hadapannya. "Ais Lo na, gua ngajak Lo ngomong anjir jangan di cuekin lah" Harry berniat meninggalkan Jaenar sendiri namun tanganya di cekal oleh Jaenar yang menampakan senyum yang sampai gigi kelincinya terlihat." Gua udah booking barnya, dan kita yang datang pertama di sana harus pastikan mereka gak bawa apa apa" Harry hanya menghela nafasnya, prasaannya tidak enak, namun saat hendak berkata lagi dua temen mereka datang dengan tidak santainya.

"Kalian kalo makan tuh bagi bagi doang elah, celit banget" Rendra menggebrak meja yang ada di hadapan Jaenar dan Harry. "Tau tuh, makan kok sendiri sendiri. Tidak setia kawan namanya" saut Yasa yang datang bersama Rendra.

Rendra, Yasa dan Harry adalah teman sekaligus sahabat Jaenar, Harry adalah sahabat Jaenar dari SMP sampai sekarang kalau Rendra dana Yasa bertemu dengan Jaenar saat mereka duduk di bangku SMA dan mereka bertiga membuat tongrongan dan menjadi rame tidak terhitung hingga akhirnya di saat ksl 11 mereka membuat membuat geng motor dengan nama 'JARGON' hingga saat ini, walaupun beberapa dari mereka banyak yang keluar kota untuk menempuh pendidikan masing masing.

Kalau Jovan adalah musuh Jaenar dari jaman SMP saat dirinya tidak memiliki teman, saat dirinya dan Harry belum berteman. Saat itu dia di bully oleh teman Jovan dan Jovan hanya menertawakan dirinya yang habis habisan di bully. Namun saat Harry datang sebagai murid baru di sana, dan dirinya membantu Jaenar untuk melawan Jovan dan temannya. Sejak saat itu Jaenar melatih dirinya bela diri dan membentuk ototnya dengan fitness, kekuatan dan kebencian. Masa putih biru berlalu begitu cepat,kebencian dirinya terhadap Jovan mulai meredah namun, saat ia duduk di bangku kls 11 Jovan kembali di pertemukan di sebuah arena balap liar di kota mereka. Ntah takdir apa yang membuat keduanya bertemu dan bermusuhan sampai sekarang.

"Na, ntar malam perginya bareng gua ya, gua jemput" Yasa duduk di sebelah Jaenar sambil memakan mie ayam yang sudah ia pesan tadi. "Elah Yas Nana Masi suka semangka kembar gak usah lu deketin lah" Harry menoyor kepala Yasa yang ada di hadapannya.

Mereka tau bahwa Yasa menyukai Jaenar, keluarga Yasa sudah biasa dengan penyimpangan, bahkan Yasa sendiri di besarkan oleh kedua orang pria yang menjalani hubungan layaknya suami istri. Teman-teman Yasa termasuk Jaenar sudah mengetahui ini. Jaenar tidak mempermasalahkan hal tersebut walau sedikit kaget saat dia berasa di rumah Yasa tidak menemukan ibunya melaikan Dady dan papa Yasa.

"Oke, gua tunggu jam setengah sepuluh ntar kita Dateng ke bar lebih cepat sebelum Jovan dan gengnya datang duluan" mereka bertiga mengangguk patuh dan melanjutkan makan mereka.

Di sisi lain Jovan Masi terlelap di kasurnya padahal jam sudah menunjukkan pukul 09:30, dia tidak bangun karena tidak ada mata kuliah dirinya jam segini. Sampai tidurnya terganggu dengan deringan telepon yang berada di atas nakas kamarnya.

"VAN, LO KOK GAK KE MARKAS!" suara teriakan di seberang sana membuat Jovan menjauhkan handphonenya dari telinganya. "Gua Masi ngantuk" jawaban singkat dan mematikan telpon nya. Namun dia tipe orang yang jika sudah bangun maka tidak bisa tidur lagi, alhasil dia memaki Marvel yang menelpon tadi. "Anjing lah, gua Masi ngantuk tapi gak bisa tidur argh" Jovan mengacak rambutnya dan berlalu kekamar mandi.

Maaf kalau ada typo yang susah di baca ya🙏
Makasih udah mau baca🥰









Love mistake || NOMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang