21

735 59 0
                                    

HAPPY READING♥️

.

.

Jovan memandang pria manis yang melahirkannya. Pria manis itu menunduk memaikan jari-jarinya, pertanda ia gugup. Hatinya tak tenang saat dipandang oleh putranya yang ia kandung dan ia lahirkan. Ia takut putranya membencinya, ia juga takut kalau putranya ini enggan memaafkan apa yang ia perbuat dengan Januar.

Ia mengetahui bahwa Januar sudah menikah dan memiliki anak, namun seakan buta dan tuli untuk menerima kenyataan itu. Pria itu mengabaikan kenyataan yang dapat mengiris hatinya dan terus menjalin hubungan dengan Januar hingga melahirkan putra mereka.

Namun saat itu Januar memiliki dua pilihan, ia boleh membawa putranya tinggal di rumah keluar mereka dengan syarat membiarkan pria manis yang melahirkan anaknya pergi tanpa sepengetahuannya dan ia tidak boleh mencarinya lagi. Atau putranya Jovan, tidak akan pernah lahir kedunia. Syarat yang dibuat tetua sungguh membuat Januar bimbang, disatu sisi ia tidak maupun meninggalkan orang yang selalu ada disisinya mengisih rongga kosong dalam hatinya. Disisi lain ia tak mungkin membiarkan darah dagingnya pergi disaat belum melihat dunia.

"Jovan, ini Bubu kamu. Orang yang melahirkan kamu" suara Januar memcahkan keheningan di antara mereka.

Perlahan pria manis itu mengangkat wajahnya, memandang putranya yang tumbuh dewasa tanpa kasih sayangnya.
Hatinya berdesis menatap mata hitam legam milik putranya. Sedetik setelahnya air matanya mengalir, hatinya tidak kuat menahan gejolak rasa sakit yang ia rasakan saat melihat wajah putranya.

Taery- pria manis blasteran Korea, yang tak hentinya menangis dan sesekali bergumam kata maaf membuat hati Jovan teriris. Ia tau bahwa Bubunya ini salah karena memberikannya kepada Ayahnya. Tapi ia tidak menyalahkan pria manis itu.

Segalanya telah berakhir, biarkanlah yang lalu berlalu. Ia ingin membuka lembaran baru dengan keluarga barunya, ia ingin merasakan kasih sayang seorang Ibu yang selama ini belum ia rasakan sepenuhnya. Di usiannya yang sudah dewasa Jovan ingin kehidupan selanjutnya berjalan dengan baik.

"Bubu"

Jovan mendekat, mendekap tubuh kecil Bubunya yang bergetar karena tangis. Januar yang melihat itu juga menitikkan air matanya.

Pemandangan yang seharusnya ia lihat puluhan tahun lalu, pemandangan yang seharusnya ada sejak dulu. Namun baru ini ia bisa melihatnya.

"Maafin Bubu sayang. Bubu tau bubu salah, tidak seharusnya bubu biarin Jovan di ambil gitu aja sama papa kamu" Taery menunduk, menyembunyikan wajahnya di dada bidang putranya.

"Bubu jangan salahin diri bubu, ini semua udah takdir tuhan. Bubu gak salah" Jovan mengelus punggung pria manis yang melahirkannya ini. Sesekali menggenggam tangan pria manis itu yang sudah menampakkan keriputnya.

Januar tersenyum dan ikut mengelus punggung sang pujaan hati yang masi bergetar.

"Seharusnya yang salah disini Papa. Karena papa semuanya terjadi, termasuk takdir kamu Van" ucap Januar dengan nada menyesalnya.

Memang ia seharusnya yang bersalah disini. Ia yang seharusnya meminta maaf kepada putrany dan juga pria manis ini. "Maafin Papa yang dulu selalu menuntut kesempurnaan dalam diri kamu" menjeda kalimatnya sebentar Januar menarik nafasnya dalam.

"Maafkan Papa karena dulu terlalu egois sama kamu. Papa selalu ingin kamu sempurna biar semua dunia tau, biar keluarga besar kita tau bahwa anak yang mereka bilang anak yang tidak seharusnya lahir bisa menjadi berguna bahkan berpengaruh terhadap mereka"

Masa lalu yang kelam membuat Januar takut akan ketidak berhasilan putranya, ia takut putranya tidak bisa menjadi apa yang ia harapnya. Itu sebabnya ia selalu menuntun hal yang sempurnah dari putranya.

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now