13

1K 93 11
                                    


.

.

.

"Na, Ayah sakit"

Jaenar mengigit bibir bawahnya menahan tangis saat mendengar ucapan Dejun.

"Gua gak bisa balik Jun, gua belum bisa. Gua juga belum ngasih tau semuanya sama Jiendra"

"15 tahun lo pikir sebentar Na? Lo egois kalo Lo gak pulang . Ayah bener-bener butuh lo sekarang. Kalo Lo mau dihantui penyesalan seumur hidup itu terserah Lo"

Jaenar bingung harus menjawab apa, dia takut, Jovan mengambil Jiendra dan menjelaskan semuanya sebelum dia sendiri yang menjelaskannya.

"Minggu depan gua balik. Kasih gua waktu buat cerita semuany ke Jiendra."

Terdengar helaan nafas panjang dari ponsel milik Jaenar. "Gua harap lo beneran pulang" ucap Dejun mengakhiri sebelum mengakhiri sambungan teleponnya bersama Jaenar.

Jaenar kalut, tidak tau harus berbuat apa, sungguh dirinya sangat bingung. Menghembuskan asap yang berasal dari gulungan kertas berbahan nikotin adalah hal yang ia butuhkan sekarang. Membuka laci nakasnya mengambil barang yang ia butuhkan dan menikmati rasanya di balkon kamarnya yang menghadap ke jalanan kota Osaka, yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama 5 tahun belakangan ini. Setalah mendapat kabar putranya dirundung di sekolah dasar Jaenar langsung membawa Jiendra pergi dari kehidupannya di Tokyo. Meninggalkan orang yang sudah ia anggap seperti Ibu dan temannya, dan akhirnya memilih kota Osaka untuk membesarkan putranya yang sekarang sudah berusia 15 tahun.

Jiendra tertegun melihat Papanya menghembuskan asap dari bahan nikotin itu. Tidak sekali dua kali Jiendra mendapati papanya yang selalu berteman dengan benda berbahan nikotin itu. Selama ia pindah ke Osaka terlihat papanya semakin kacau, dia sendiri tidak tau apa yang membuat Papanya seperti ini.

"Pa"

Jaenar langsung menginjak rokoknya saat suara Jiendra terdengar. "Ada apa Jie?"

Jiendra hanya menggelengkan kepalanya. Tadi dia hanya lewat ingin ke kamarnya namun saat melihat pintu kamar papanya terbuka dan melihat samar papanya yang menghembuskan asap rokok membuat ia penasaran.

"Jie, ada yang ingin papa bicarakan. Ganti pakaianmu, nanti papa ke kamarmu"
Jiendra hanya menganggukkan kepalanya. Tidak tau harus menjawab apa.

Melihat putranya yang hanya menganggukkan kepalanya membuat Jaenar menghembus nafas beratnya. Selama dirundung putranya semakin pendiam, tidak memiliki teman sepertinya, karena dari apa yang Jaenar lihat putranya kurang dalam bergaul.

.

.

"Om, Dady lele mana?" Pria yang di panggil Om tadi memijat pelipisnya saat mendengar suara cempreng dari anak sahabatnya.

"Dady kamu ada rapat, tunggu sebentar di sini"

pria manis yang kita kira berusia 15 tahun itu mengangguk mendengar ucapan pria yang lebih tua darinya.

"Om" Jovan mengangkat alisnya mendengar panggilan dari anak sahabatnya itu. Charle Mahesa, putra dari Marvel Mahesa dan Harry.

"Kata momy, Om punya anak? Kenalin dong Om"

"Mungkin anak saya tidak mau mengenalmu, suaramu terlalu berisik le"

Charle merenggut kesal, apa apaan org tua di hadapannya ini. "Apa yang dikatakan momy mu tentang anakku"

"Tidak ada, cuman bilang kalo om Jovan punya anak seusia lele"

Jovan hanya mengangguk samar
"Sekarang ada di mana om?"

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now