8. Misi Pertama

2K 236 33
                                    

8. Misi Pertama

Atmosfir udara kota Feyre menunjukkan angka 9°. Udara sangat dingin hingga beberapa kali Shaka menaikkan suhu ruangan agar tetap terasa hangat.

Setelah sarapan bersama Ara, anak laki-laki itu tanpa berpamitan dengan sang Mommy keluar dari kamar inapnya menuju kamar rawat Ruby. Sejak semalam, setelah sadar dari pingsan, Shaka cukup mengkhawatirkan kondisi Ruby karena gadis itu terpental paling jauh darinya dan seingat Shaka, Ruby mengalami luka cukup parah.

Kaki panjang milik laki-laki itu melangkah tertatih menyusuri koridor ruangan.

Suara mesin detak jantung menyambut kehadiran Shaka. Di atas brankar sana Ruby terbaring masih menutup mata dengan selang oksigen terpasang di hidung untuk membantu gadis itu bernafas.

Kemarin Shaka tidak sengaja menguping ketika Erlan bertanya pada dokter mengenai kondisi Ruby. Dokter mengatakan jika Ruby mengalami reaksi alergi hingga membuat pernafasannya sedikit terganggu. Shaka menutup kembali pintu kamar Ruby dan berjalan mendekat ke ranjang.

Kamar mereka berdua dijaga ketat oleh anggota kepolisian. Saat Shaka keluar kamar, dia bisa melihat sekitar 7 orang menjaga di luar kamar memenuhi lorong kamar mereka berdua. Setelah insiden kemarin, sekolah Delion ditutup sementara untuk dilakukan penyelidikan. Area sekolah harus steril, bagi orang yang tidak berkepentingan atau tidak memiliki wewenang tidak akan bisa masuk.

Shaka memejamkan mata sejenak. Kejadian kemarin benar-benar membuatnya susah mengendalikan diri. Bayangan teriakan Ruby dan rasa sakit kemarin masih terasa. Telinga Shaka juga masih berdengung akibat suara ledakan bom kemarin.

Tidak lama terdengar suara pintu digeser membuat Shaka mengalihkan pandangan ke arah pintu. Seorang pria seumuran Erlan berjalan masuk dengan pakaian serba hitam lengkap dengan jaket kulit di tubuh tegap itu.

"Maaf mengejutkan kamu. Saya Detektif Keita dari kepolisian Feyre." Senyum canggung yang diperlihatkan Keita membuat Shaka sangat segan dengan pria itu.

"Halo, Paman." Shaka membungkukkan badan menunjukkan rasa hormat dan di balas anggukan oleh Keita.

"Kalian berdua berteman?" tanya pria itu kepada Shaka.

Shaka mengangguk sebagai balasan, kemudian Keita melanjutkan lagi menanyakan beberapa hal penting untuk dia ketahui sebagai bukti penyelidikan.

"Saya akan merekam pembicaraan kita. Karena kondisi kalian masih cukup lemah, saya sudah meminta izin orang tua kalian untuk melakukan wawancara di rumah sakit saja."

Keita memandang Shaka sejenak.

"Saya harap, kamu dan Ruby menjawab dengan jujur untuk membantu penyelidikan kami," lanjutnya lagi.

Keita meletakkan ponsel di ranjang tidur Ruby. Dia memberi kode akan memulai wawancara.

"Pertanyaan pertama. Beberapa menit sebelum kejadian, dari rekaman cctv kalian berdua terlihat berada di radius beberapa meter dari titik bom diletakkan. Sedang apa kalian disana?"

"Kami sedang mengobrol mengenai tanggal bazaar sekolah yang di undur. Namun di tengah pbrolan kami, Ruby melihat sesorang bertingkah aneh dan orang itu langsung kabur ketika kami teriaki. Tidak lama kemudian ledakan terjadi membuat kami terpental cukup jauh." Shaka memejamkan mata dan menetralkan emosinya.

SHAKARUBY (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang