Thirty Eight (2) : Insiquitorial Squad

224 46 11
                                    

"Apa-apaan kau?! Lepaskan Lucy!" teriak Justin marah.

"Bukan urusanmu. Aku hanya ingin berbicara dengan Diggory sebentar," jawab Draco enteng.

"Tentu saja itu--"

"Setidaknya bertanyalah dulu pada Lucy, apakah dia mau berbicara denganmu atau tidak. Jangan asal menariknya seperti itu," celetuk Ernie, sengaja memotong perkataan Justin yang hendak melayangkan protesan.

Draco menarik sebelah alisnya ke atas, ia lantas menoleh padaku dan berkata, "Lucy, kau mau berbicara sebentar denganku atau tidak?"

Kacau sudah. Aku menutup mata dalam-dalam, rasanya ingin sekali aku menenggelamkan diri sekarang juga saking malunya. Aku paling tidak suka menjadi bahan tontonan gratis seperti saat ini.

Pada akhirnya, aku hanya menghela napas lelah dan berkata, "Jika sudah selesai, kalian kembalilah ke asrama lebih dulu. Tak perlu menungguku, aku akan segera kembali."

Tanpa banyak bicara lagi, aku berjalan lebih dulu meninggalkan aula disusul oleh Draco yang mengekor di belakangku. Panggilan dari Justin tak kuhiraukan sampai akhirnya suaranya menghilang ditelan jarak.

Draco membawaku ke menara jam. Begitu kami berdiri saling berhadapan, lelaki itu langsung mendekatkan wajahnya padaku dengan alis yang menukik tajam. "Kau tidak memakainya?"

Aku mengernyit tak mengerti, "Memakai apa?"

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Draco justru kembali bertanya, "Sejak kapan kau memakai kalung itu?"

Aku menunduk, menatap kalung milikku dengan liontin batu berwarna biru serta mutiara dan bintang laut yang menghiasi kedua sisinya. Baru menyadari bahwa kalung yang biasanya kusembunyikan dari balik baju itu keluar dari kerah seragamku.

"Sudah lama," ucapku singkat.

"Dari siapa?"

"Kenapa kau ingin tahu?" tanyaku semakin tak mengerti.

"Apa aku tidak boleh?" tanyanya dengan polos.

"Dari ibuku," jawabku cepat.

Draco lantas menjauhkan kepalanya dariku, tanpa sadar aku langsung menghela napas lega dan mengambil jarak satu langkah ke belakang. Jaga-jaga jika lelaki itu kembali melakukan hal-hal diluar dugaan. Demi keselamatan jantungku, posisi seperti tadi sangatlah berbahaya.

"Kau mengajakku kemari hanya karena ini?" tanyaku sangsi.

Lagi, Draco tak menghiraukan pertanyaanku dan malah bertanya balik. "Hadiah natalku tak sampai padamu?"

"Eh?" Aku mengerjap beberapa kali. Hadiah natal, katanya? Jangan-jangan hadiah yang dikatakan Mom waktu itu adalah hadiah natal dari Draco? Tapi kenapa? Kenapa Draco mengirim hadiah natal padaku?

Baru saja aku hendak menanyakannya langsung pada Draco, namun ucapanku terinterupsi oleh suara segerombolan langkah kaki yang berjalan menuju ke arah kami.

"Kerja bagus, Malfoy. Kami jadi tidak perlu susah payah menangkap gadis itu."

Aku menoleh, terkejut mendapati sosok Pansy, Crabbe, dan Goyle, dengan beberapa anak lainnya yang datang bersama Mr. Filch dan juga Umbridge. Seolah tak membiarkanku untuk berpikir sejenak, Pansy langsung menarik tanganku dan menodongkan tongkat sihirnya ke leherku.

"Bawa dia ke ruanganku!" titah Umbridge sebelum kemudian berjalan pergi dengan angkuhnya, membiarkanku dikelilingi anak buahnya yang kuduga berasal dari organisasi Inquisitorial Squad yang ia dirikan.

"Jangan mencoba-coba untuk kabur, Diggory!" bisik Pansy dengan nada mengancam. Tak lupa tongkat sihir miliknya ia tekan pelan pada kulit leherku, berusaha mengintimidasi. Detik berikutnya, ia mendorong bahuku kasar dengan maksud menyuruhku berjalan mengikuti kepergian Umbridge menuju ruangannya.

The Other SideWhere stories live. Discover now