Thirty Six (2) : To the Unexpected

267 61 16
                                    

Tahu apa hal yang paling kusesali dari rencana Draco tempo hari?

Ya, Umbridge membawa kami berdua ke kantornya karena ketahuan tidak hadir dalam Educational Degree No. 82 yang ia umumkan kemarin. Untungnya, yang mengajakku kabur adalah salah satu anak dari orang penting di kementerian sehingga Umbridge tidak berani membuat detensi aneh-aneh selain merangkum catatan materi sebanyak empat bab. Memang tidak sebanyak sebelumnya, tapi cukup membuat tanganku mati rasa selama beberapa jam.

Itupun karena Draco yang memberi dalih bahwa kemarin aku tidak bisa hadir karena sedang sakit dan harus bersemayam di Hospital Wings untuk mendapatkan pengobatan. Sedangkan, Draco yang katanya baik hati dan tidak sombong itu mengaku bahwa sebagai seorang prefek ia harus memperhatikan temannya yang sedang sakit. Selain itu, ia juga merasa yakin bahwa prefek kebanggaan Slytherin sepertinya tidak perlu ikut andil dalam interogasi karena faktanya ia memang bersih dari aktivitas ilegal.

Bagaimana dengan Hermione? Ya, dia sempat menatapku curiga karena menghilang begitu saja setelah memberitahukan rencanaku padanya. Tapi, aku sudah menyiapkan alasan yang mampu diterima akal pintarnya, sehingga ia tidak begitu menyalahkanku dan bertanya aneh-aneh dari mana aku mengetahui rencana Umbridge tempo hari.

"Aku tidak sengaja mencuri dengar percakapan Umbridge dan Profesor Snape di koridor. Umbridge meminta veritaserum pada Profesor Snape untuk menginterogasi murid-murid yang terlibat aktivitas ilegal di Hogwarts. Dan rupanya, Profesor Snape tahu jika aku menguping percakapan mereka, ia bahkan tahu jika aku telah mengubah dosis veritaserum miliknya diam-diam. Karena itu, kemarin malam aku tidak bisa datang karena ditahan Profesor Snape di ruangannya untuk menjalankan detensi." Kurang lebih seperti itulah alasan yang kuberikan pada Hermione tadi pagi.

****

"Bukankah ini sangat cantik?"

"Tampak mirip seperti cokelat pada umumnya, bukan?"

"Kau tahu, ini formula baru kami!"

"Penemuan baru yang tak akan pernah dimiliki oleh siapapun!"

Kedua netraku menatap dua lelaki bongsor di hadapanku silih berganti, memperhatikan ucapan mereka yang saling bersahutan bak burung beo yang berisik. Tapi, jika burung beo tampak menyebalkan, maka kedua lelaki yang memiliki wajah seiras di hadapanku ini tampak terlihat lucu dan menyenangkan untuk dipandang.

"Jadi, apa ini?" tanyaku akhirnya.

"Sekotak cokelat," jawab George dengan polosnya.

Fred memutar bola matanya jengah, mewakilkanku. "Ya, benar ini cokelat. Tapi, setelah kau memakannya akan banyak bisul muncul di wajahmu."

"Semacam mantera fernunculus?" tebakku yang dijawab anggukan setuju oleh keduanya.

"Benar! Tapi dalam bentuk ramuan!"

Aku lantas mengernyit, menatap keduanya penasaran. Mereka tak mungkin menunjukkan barang seperti ini tanpa ada maksud terselubung di dalamnya, bukan? "Then, why did you show it to me?"

Fred merendahkan tubuhnya, lalu berbisik, "Because we want to invite you to carry out a plan with us."

"A very cool plan!" bisik George antusias.

Tanpa mendengar jawabanku, mereka langsung menyeret kedua tanganku bersama mereka menuju lorong lantai tujuh, di mana di sana terdapat sepasang meja dan kursi menghadap dinding lorong. Seolah, mereka tengah mempersiapkan hal itu untuk seseorang.

"Coba tebak, apa yang akan kami lakukan?" tanya keduanya serempak seusai meletakkan kotak cokelat yang mereka bawa di atas meja.

Mengangkat alis kananku, aku mencoba menebak. "Kalian akan memberikan cokelat ini untuk seseorang?"

The Other SideTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon