Twenty Eight : An Accident

430 87 5
                                    

Seolah sudah menjadi kebiasaan, acapkali lelaki berjubah hitam tersebut memasuki kelas, pintu akan terbanting dengan suara keras dan membuat penghuni di dalamnya mengalami serangan jantung dadakan karena terkejut. Profesor Snape kemudian berjalan mendekati meja kami dengan wajah datarnya, lantas memberi intruksi agar kami segera menyiapkan alat dan bahan untuk membuat ramuan.

"Tak perlu buang-buang waktu, segera siapkan alat dan bahan kalian lalu bergabung dengan kelompok masing-masing."

Hermione kontan menginterupsi, "Maaf, Sir. Bukankah kelompoknya belum dibagikan?"

"Gunakan kelompok minggu lalu ketika kalian membuat swelling solution. Meski drafling draught mudah dibuat, aku tak akan menoleransi nilai kalian jika gagal dalam membuatnya." Perintah Profesor Snape mutlak.

Entah ini sebuah kesialan atau keberuntungan, aku mendapat satu kelompok dengan Theo dan Draco yang notabene adalah murid Slytherin yang handal dalam pelajaran ramuan. Bukan berarti aku bodoh dalam pelajaran ini, hanya saja mereka berdua lebih mahir dalam membuat ramuan ketimbang diriku. Terkadang, aku merasa begitu insecure ketika mereka dengan mudahnya membuat ramuan tanpa harus melihat prosedur dalam buku berkali-kali sepertiku.

Melihat sosok Draco, kalimat penuh sarkasme yang kami ucapkan semalam entah bagaimana kembali terlintas di pikiranku. Tak bisa kupungkiri, ucapan Draco ttetang'ia yang terpesona padaku saat pesta Yule Ball' itu cukup mengganggu pikiranku. Padahal, aku yakin betul bahwa lelaki itu pasti hanya berniat bermain-main saja. Ya, ucapannya itu pasti tidak serius sama sekali, tapi kenapa aku sulit melupakannya?!

"Jika kau hanya ingin melamun di sini, lebih baik keluarlah dari kelas, Diggory. Kau benar-benar mengganggu," cibir Draco yang seketika menyadarkanku dari lamunan.

Tak berniat menjawab ucapannya dan kembali memulai perdebatan seperti semalam, aku kembali melanjutkan kegiatanku memotong limpa tikus menjadi tiga bagian dan meletakkannya pada sebuah wadah. Agak jijik sebenarnya, tapi setidaknya itu lebih baik ketimbang wujud utuhnya.

"Nott, ambilkan aku taring ular dan alat tumbuk." Lelaki itu kemudian menoleh padaku, "kau, siapkan kuali lalu rebus getah karet dan belerang. Kuingatkan kau untuk mengikuti petunjuk cara mengaduknya."

Aku hanya mengangguk mengiyakan. Sifat Draco yang sangat bossy saat membuat ramuan memang agak sedikit menyebalkan, tapi justru dengan sifatnya itulah tugas kami menjadi teroganisir dan berjalan dengan baik. Selain itu, jika kau satu kelompok dengan Draco, maka siap-siap saja untuk mendapatkan nilai yang tinggi meskipun kelompok Hermione hasilnya lebih baik daripada kami. Itulah mengapa aku mengatakan jika satu kelompok dengan Draco itu sebuah kesialan juga sebuah keberuntungan, sebab gurunya pun ikut pilih kasih dalam memberikan nilai.

Aku tersentak terkejut begitu Draco dengan tiba-tiba bersuara dengan nada tinggi sembari berkacak pinggang, kedua alis lelaki itu mengerut kesal seolah tak puas dengan kegiatanku. "Bukankah aku sudah memperingatimu untuk mengikuti petunjuk cara mengaduknya? Jika kau sudah membacanya, harusnya kau mengaduk tiga kali searah jaruh jam, dan empat kali berlawan dengan arah jarum jam. Bukan malah sebaliknya!"

Draco lantas merebut sendok kuali pada tanganku dan mengambil alih tugasku dengan hati-hati. Aku yang masih linglung karena dimarahi tiba-tiba langsung membaca buku ramuan milikku yang kuletakkan di atas meja. Dan benar saja, aku salah membaca. Kukira aku harus mengaduk searah jarum jam sebanyak empat kali, dan yang berlawanan arah jarum jam sebanyak tiga kali, tapi ternyata justru sebaliknya. Dasar Lucy pintar! Bisa-bisanya kau salah membaca sampai dimarahi Si Pirang, padahal biasanya aku yang memarahinya. Oh, God! Mungkinkah ini sebuah karma?

"Nott, geprek kacang kemiri yang sudah kusiapkan. Dan kau Diggory, ambil taring ular yang sudah kuhancurkan dan masukkan ke dalam kuali. Jangan lupa masukkan juga lendir lintah sebanyak dua tetes," titah Draco kemudian yang dengan sigap langsung kami patuhi.

The Other SideHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin