Sering kali sebelum tidur Ryan menghubungi Hara. Seolah konversasi dipertemuan yang tak lama terjadi belum cukup hingga berlanjut ke percakapan via ponsel."Harus banget ya, Kak, kita telfonan sambil kamu ngerjain tugas dari rumah sakit?" tanya Hara sambil mengusap matanya yang setengah sayu sementara Ryan tertawa ringan lalu memalingkan wajahnya dari layar telepon genggam ke komputernya lagi sambil mengetik kata demi kata—menyusun laporan kerjanya.
"Deadlinenya sebentar lagi, Sayang." nadanya mendayu pelan. "Kenapa? Kamu udah ngantuk?"
Hara terdiam sesaat masih menatap ponsel, lalu ia mengangguk. "Lumayan." singkatnya. "Bosen juga. Ngga biasanya kamu sibuk ngerjain hal lain kalau kita lagi telfonan."
Melirik layar ponsel lagi sambil membenarkan kacamatanya, Ryan membalas. "Maaf, Ra." nampaknya Ryan juga sadar kalau Hara mau sang kekasih meluangkan waktunya dan bukan malah sibuk dengan hal yang lain.
Tapi ya, mau bagaimana lagi? Ryan juga mau berduaan dengan Hara tapi pekerjaannya juga tidak bisa dikesampingkan mengingat atasan Ryan di rumah sakit sangat percaya kepadanya. Sudah pasti tugas Ryan bukan hanya satu dua kasus. Di rumah sakit, Ryan bisa saja ditugaskan untuk meneliti sebuah penyakit yang dialami pasien sekaligus bagaimana memecahkan permasalahan itu. Menjadi dokter tidak hanya sekadar menolong dalam arti melakukan sebuah aksi penyelamatan. Tapi juga tugas-tugas lain seperti melakukan riset dan menguji coba sampel.
Ryan pada akhirnya mengalah kemudian menutup komputernya, setelah itu ia fokus menatap Hara—yang terlihat jelas bagaimana raut wajah lelah dan kesalnya wanita itu terhadap Ryan.
"Tuh, udah. Jangan cemberut lagi."
"Beneran udah selesai?"
Tak tega karena sang gadis terus-terusan menekuk wajahnya, walau pun kerjaan Ryan belum selesai, ia menganggukkan kepalanya—berbohong. "Udah."
Hara menghela napas. "Kerjaaa terus. Ngga capek apa?" ujarnya sambil memanyunkan bibir.
"Kamu juga." balas Ryan membuat Hara menautkan alis bingung.
"Aku?"
"Iya. Kamu bucin terus apa ngga capek?"
Sontak Hara membulatkan sepasang matanya lalu membalas dengan tegas. "Itu kerjaan aku!" dan kemudian Ryan tertawa sambil menutup piltrumnya dengan telunjuk. "Itu kerjaan aku! Jangan ketawa kamu, Kak! Jangan ketawa!"
"Oke-oke. Jangan marah-marah gitu. Sekarang aku tanya, besok kamu mau jajan apa? Biar aku pesanin online ke kantor magang kamu."
Merasa tak sebosan tadi dan perlahan sebalnya menghilang, Hara lantas menggeleng. "Jangan ah, malu, nanti diliatin temen-temen di kantor. Lagian di kantor tuh sibuk kerja, Kak. Bukannya sibuk makan. Kamu tuh kalau mau beliin aku makan, harusnya kamu ajak aku keluar sekalian. Kan kita bisa makan bareng." cerocosnya panjang lebar.
YOU ARE READING
HOME || KNJ
FanfictionKOONSTAN BOOK 2 (RYAN-HARA ver) "Ra, kamu mau ngga jadi...," "Jadi pacar kakak?" sela Hara tak sabaran diiringi suara detak jantungnya yang berdegup tak teratur. "Bukan, Ra. Tapi jadi ibu dari kelima anak-anakku nanti. Mau ngga?" ucap Ryan lembut. K...