"Omong-omong, kamu akan pergi lewat barat, kan? Aku akan membantu mengalihkan penjaga sehingga kalian bisa lewat."

Mataku penuh binar. Aku begitu antusias karena bantuan yang aku dapat. "Terima kasih, Noah!"

Noah tersenyum. "Katakan itu setelah kalian kembali dengan selamat."

---

"Toko perhiasan?"

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Charles yang baru saja membeli daging tusuk di pedagang langganannya. Ren yang melihat itu mengangkat bahunya, tak tahu menahu apa yang sedang terjadi sekarang.

"Sepertinya tuan sedang membeli hadiah untuk nona muda. Hari ini ulang tahunnya, bukan?" Victor pun bangkit dari posisinya lalu berkata, "aku akan pergi membeli jus dulu, ya."

Sepeninggalannya, Charles sibuk menyantap makanannya. Ren sendiri hanya duduk dan memandangi orang yang berlalu lalang di jalan utama ibu kota. Sungguh, mereka layaknya anak terlantar.

Detik pun terus bergilir menjadi menit. Sudah lima menit berlalu, akhirnya Victor kembali dengan tiga jus jeruk yang dibelinya.

"Thanks, Vic."

"My pleasure." Victor kini duduk di sebelah Charles.

"Omong-omong, aku tadi melihat anak kecil yang seperti nona muda. Kecil begitu, jadi menggemaskan." Victor mulai menceritakan kejadian tadi saat melihat beberapa anak kecil manis yang berhasil menarik perhatiannya.

Charles berdecak. "Astaga, harusnya aku ikut denganmu. Aku juga ingin melihat mereka, daripada di sini saja." Ia merengut, seakan-akan menyesal.

Perbincangan di antara keduanya terus mengalir. Tentu saja topik utamanya adalah nona muda yang mereka layani. Walau tidak menimbrung, Ren turut mendengarkan percakapan itu.

Setelah hampir setengah jam berlalu, akhirnya Eugene keluar dari toko perhiasan tersebut dengan dua buah kantong belanja. Pandangannya jatuh pada bawahannya yang sibuk bercengkerama dan menikmati makanan dan minuman.

Mereka menikmati waktu mereka.

Eugene hendak mengajak yang lainnya untuk kembali, akan tetapi matanya tak sengaja jatuh pada gang di seberang jalan. Ia melihat seorang anak yang ....

Ara?

"Master? Ada apa?"

Suara Ren menyadarkannya pada kenyataan. Mengerjapkan mata beberapa kali, Eugene berusaha menemukan sosok kecil tersebut, namun ... gang itu kosong dan begitu gelap.

Ugh, apa aku terlalu lelah sampai berhalusinasi?

"Tidak ada. Beri tahu semuanya, kita akan kembali ke rumah."

"Baik, Master."

---

Jantungku hampir saja copot untuk ketiga kalinya hari ini.

"Hoi, kenapa kau diam di situ?"

Aku menoleh ke asal suara. Liam tengah menantiku di ujung gang ini. Wajahnya tampak kesal semenjak kami pergi bersama. Bahkan di sepanjang perjalanan pun ia tak berhenti mengomel. Entah itu perkara rencanaku atau keputusan Noah.

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang