13. Masih Pengalaman Pertama

3 0 0
                                    

"Tian, panggil mandornya kesini!" titah Evan yang membuat Tian mengangguk patuh sebelum akhirnya melangkahkan kaki mencari mandor dari proyek ini.

Anne masih berdiri di sebelah Evan namun pandangan gadis itu tidak bisa terlepaskan dari besarnya tanah yang digunakan untuk bangunan proyek ini. Dan dari berkas yang sudah dipelajarinya, luas tanah ini bahkan mencapai 30 hektare.

Benar benar besar namun sama sekali tidak mengherankan. Mengingat ini digunakan sebagai pusat cabang dari Winston Enterprises yang berada di Pulau Bali. Sehingga sedikit banyaknya akan sama dengan kantor pusat Winston Enterprises yang ada di Jakarta walaupun sedikit lebih kecil.

"Pak Evan!" Sapa seorang karyawan dengan helm putihnya sembari mengulurkan tangannya, bersiap menjabat tangan Evan.

"Sudah sejauh mana Hendra?" tanya Evan yang membalas jabatan tangan pria bernama Hendra yang merupakan mandor dari proyek ini.

"Untuk kasus ini saya bisa katakan kurang lebih 30%. Karena masih dilakukan pengukuran dan penyesuaian desain sesuai dengan gambar yang sudah diberikan oleh para arsitek dan teknisi sekalian. Namun sudah mulai dibuat jalan-jalan untuk kelistrikan dan juga pencahayaan. Pondasi dan juga kerangka bangunan sudah selesai dikerjakan hingga lantai 4 dan akan terus berlangsung sampai menuju lantai target yaitu 16 lantai," ujar Hendra dengan begitu cekatan menjelaskan progres dari bangunan ini sendiri.

Evan mengangguk paham, "Untuk pembangunan lift Saya ingin memaksimalkan kapasitas dengan menambah kuantitas lift dan juga kapasitas tampung. Beberapa minggu lagi kemungkinan besar akan di didatangkan tim khusus dari Jakarta yang bisa membantu kinerja kalian."

"Untuk lift kebetulan vendor sudah menemukan spesifikasi lift yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bapak setelah disesuaikan oleh para arsitek dan teknisinya. Jadi untuk masalah lift masih bisa diatasi, Pak. Yang jadi masalah utama saat ini adalah musim, Pak. Karena suhu terlalu panas membuat kita perlu berhati-hati untuk memasang berbagai perlengkapan," ujar Hendra.

"Saya mau keselamatan dan juga keamanan dari para pekerja tetap dan selalu menjadi prioritas utama disini. Lakukan segala macam cara yang bisa meminimalisir tingkat kecelakaan kerja. Tingkatkan safety dan pastikan kalau bangunan sudah aman untuk dilakukan proses secara langsung. Serta pastikan semua material yang digunakan sesuai dengan perjanjian. Saya tidak akan memberikan toleransi sedikitpun apabila nanti diketahui ada indikasi kecurangan dari pihak kita ataupun vendor terkait material yang digunakan.

Ini proyek besar kita di Pulau Bali. Dan saya tidak mau kalau sampai nanti ada sesuatu hal yang membuat proyek ini jadi terkendala dan mangkir," ujar Evan menekankan hal ini. Karena beberapa kali, hal ini seakan bukan lagi menjadi sebuah rahasia, ketika ada kecurangan atau bisa dikatakan sebagai upaya korupsi.

"Saya jamin Pak!" ujar Hendra tegas yang membuat Evan mengangguk mantap. Hendra bisa dikatakan sebagai orang kepercayaannya setiap kali ada proyek pembangunan besar besaran seperti ini.

"Saya mau berkeliling," ujar Evan yang membuat Hendra spontan langsung melangkah di depan. Membimbing ketiga orang itu untuk mengikuti langkah kakinya mengelilingi area depan proyek yang dipimpinnya ini.

"Rumputnya sudah sampai?" tanya Evan ketika Hendra menjelaskan mengenai rencana pembangunan taman perusahaan sekaligus hiasan di pelataran depan perusahaan yang masih saja terlihat kosong dan gersang.

"Belum Pak. Untuk rumput dan juga tanaman sendiri akan dilakukan di bagian finishing. Jadi setidaknya dua sampai tiga bulan lagi rumput dan juga tanaman tanaman outdoor baru akan dikirimkan," ujar Hendra yang membuat Evan mengangguk mengerti.

Keempat orang itu, ditambah dengan empat ajudan Evan, melangkah mengelilingi kawasan proyek itu selama kurang lebih 30 menit. Terus terlibat kedalam berbagai pembicaraan ketika melihat hal hal yang diharapkan Evan bisa berlangsung sesuai dengan harapannya.

"Terima kasih, Pak. Saya dan tim akan semakin meningkatkan kinerja kami!" ujar Hendra sembari menjabat tangan Evan dengan mantap yang membuat Evan mengangguk tegas dan puas dengan pekerjanya yang satu ini.

"Saya dan tim kembali dulu, Hendra!" ujar Evan kemudian berjalan keluar dari area proyek.

"Balik ke hotel, Pak?" tanya Anne yang membuat Evan menoleh. Menatap gadis itu dengan pandangan penuh tanya.

"Kita mau balik ke hotel, Pak? Berarti jam kerja saya sudah selesai?" tanya Anne menjelaskan maksudnya dan membuat Evan berdehem mendengarnya.

"Saya mau pisah mobil, ya Pak. Saya cari taxi online aja gapapa. Saya mau main ke pantai, kan sayang kalau ke Bali tapi nggak main dan mampir ke pantainya, Pak. Apalagi ini pengalaman pertama saya dateng ke Bali," ujar Anne yang membuat Evan menaikkan sebelah alisnya.

"Akan ada waktu untuk ke Pantai, Anneliese. Kamu akan kelelahan kalau pergi diantara jam kerja seperti ini. Karena besok kita masih harus datang kesini untuk meeting dengan vendor," ujar Tian ketika melihat dari spion tengah mobil, wajah sang atasan yang terlihat tidak suka ketika mendengar Anne.

Anne yang menyadari kapasitasnya seketika langsung terdiam, "Ah, maafkan saya kalau saya terkesan lancang Pak! Saya menarik apa yang baru saja saya ka-" "Ke Beach Club langganan, Tian!" ujar Evan memerintahkan Tian dan tanpa segan memotong ucapan Anne.

Sontak saja perintah itu membuat Tian terkejut. Evan tidak pernah berbuat selunak ini kepada siapapun, terutama para wanita yang mengelilingi kehidupan pria itu tanpa Evan mau.

Tapi dengan Anne, pria itu bahkan tanpa merasa perlu berpikir panjang lagi langsung mengatakan hal itu dan membuat Tian benar-benar terkejut ketika mendengarnya, "Langsung Pak?"

Pertanyaan Tian itu sontak membuat Evan memberikan tatapan mautnya dengan wajah yang berubah datar kepada Tian yang melihat dari spion tengah. Dan perubahan ekspresi itulah yang membuat asisten pribadinya itu kagok sendiri, "Pak. Tolong ke Beach Club yang ada di Jalan Pantai Berawa itu ya."

Supir mereka berkerut mendengar permintaan Tian yang kurang spesifik itu, "Yang mana Mas? Finns Finns itu Mas?"

"Nah iya! Finns! Iya Pak kesitu," ujar Tian yang baru teringat akan nama dari Beach Club yang memang sudah menjadi langganan Evan dan rombongan ketika berkunjung ke Bali.

"Eh! Gausah Pak! Kita langsung balik ke hotel saja!" seru Anne panik karena dirinya kini malah benar-benar merasa tidak enak karena sudah merepotkan Evan, Tian, dan juga sopir hanya untuk memenuhi keinginan isengnya.

Sopir itu diam. Bingung harus menuruti perkataan siapa, "Jadi ini gimana Mas? Mbak? Jalan ke pantainya atau ke hotel? Saya bingung ini, soalnya jalannya kan nggak satu arah dua duanya."

"Pantai Pak," ujar Evan tegas dan singkat. Hingga mampu membuat sopir mereka akhirnya mengangguk paham dan mulai menjalankan mobil sesuai perintah Evan.

-13th chapter-

Kekasihku Sang Tuan MudaOnde histórias criam vida. Descubra agora