4. Hari Pertama

8 2 0
                                    

"Pagi Mama! Pagi Adek!" sapa Anne dengan begitu riang sembari menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi dan tidak lupa menenteng satu tas tangan berukuran sedang di tangan kirinya serta heels berwarna hitam di tangan kanannya.

"Pagi Kakak. Cantik banget anak Mami. Udah siap banget ya buat hari pertama magang?" ujar Mami Gina ketika melihat putri sulungnya sudah sangat siap dengan pakaian formalnya dan tas serta heels di tangannya.

Anne duduk dan tersenyum sumringah hingga membuat mata bulatnya menyipit, "Iya dong! Kakak harus bisa bikin kesan bagus di hari pertama magang. Kakak juga nggak mau kalau sampai harus ada kata telat waktu hari pertama magang!" ujar Anne heboh yang membuat Mami Gina terkekeh.

Karena mendengar kata telat mengingatkan dirinya pada kebiasaan Anne. Ya, gadis itu selalu telat. Telat bangun, telat datang, pokoknya telat. Sepertinya itu kesukaan Anne.

"Mami jangan ketawa dong! Kan kakak udah usaha ini biar nggak telat!" rengek gadis manis itu seperti lupa kalau dirinya sudah kepala dua dan bukannya terlihat berlebihan atau dibuat buat, Anne malah terlihat lucu dan menggemaskan ketika merajuk seperti itu.

"Kan emang Kakak kebiasaannya, atau mungkin bisa dibilang hobinya suka banget sama yang namanya telat. Untung aja ini aku nggak perlu susah payah untuk pasang alarm banyak banget di kamar Kakak dan Kakak bisa bangun sendiri. Coba kalau enggak, aku yakin Mami udah gedor gedor panci sama baskom disebelah telinga Kakak," timbal Edward yang membuat Anne mendelik sebal kepada adiknya yang malah semakin mengejek dirinya.

"Mami, Edward Mi!" Lagi-lagi gadis manis itu merengek kepada Maminya yang tentu saja tanpa pikir panjang langsung membela Anne dari kejahilan Fahsya yang memang tidak pernah absen untuk menggoda Kakaknya.

"Adek, jangan jahilin Kakaknya pagi pagi gini. Ntar malah mood Kakak kamu jelek sampai nanti dia udah di tempat magangnya kan nggak enak, Dek!" tegur wanita paruh baya itu yang sebenarnya hanya satu upaya supaya tidak ada keributan pagi ini. Dia ingin kedua anaknya yang sudah rapih ini pergi dengan tenang tanpa harus membuat rumah mereka diwarnai keributan dua saudara ini.

"Maaf Mi!" ujar Edward tanpa merasa perlu repot repot untuk meminta maaf karena sudah berbuat jahil kepada Kakak perempuannya.

Anne yang mendengar itu mendengus sebelum tangannya meraih piring berisikan nasi dan lauk pauk yang disodorkan oleh Maminya itu. Memutuskan untuk segera memulai sarapannya karena ia harus segera berangkat sebelum pukul 8. Mengingat jarak dari rumah ke kantor tempatnya magang memakan waktu kurang lebih 45 menit, dan Anne tidak mau kalau sampai dia harus telat karena kemungkinan kemungkinan berupa macet yang harus dihadapinya.

"Makan Adek!" peringat Mami Gina kepada Edward yang membuat remaja lelaki itu terkekeh geli sebelum akhirnya mulai menyendok makanan yang memang sudah tersaji di hadapannya sedari tadi.

"Kakak mau bawa bekal?" tanya wanita paruh baya itu kepada Anne yang membuat gadis itu memberhentikan kunyagan makanannya, dan berpikir sejenak.

"Boleh Mami. Kakak juga belum tahu makanan makanan apa aja yang ada di kantin perusahaan nanti. Takut juga kalau makan sembarangan terus nggak tahu bahannya ternyata itu ada bahan yang bikin alergi Kakak kambuh," ujar Anne yang membuat Mami Gina mengangguk paham dan beranjak dari duduknya.

Apalagi kalau bukan mengambil kotak bekal untuk mempersiapkan bekal Anne dan Edward. Karena memang selain Anne yang alergi terhadap beberapa bahan makanan, Edward juga tidak terlalu bisa menikmati ketika dirinya makan di luar. Atau bisa dibilang, masakan sang Mami adalah comfort food untuk Edward.

"Mau pakai lauk apa, Kak?" tanya wanita paruh baya itu sembari menatap Anne yang membuat gadis manis itu kembali memberhentikan makannya. Mendongak dan menatap ke arah meja makan yang tersedia banyak sekali pilihan lauk untuk pagi ini, dan juga beberapa buah.

"Sama kaya yang Kakak lagi makan juga gapapa, Mi." Anne menjawab tanpa neko neko dan membuat Mami Gina mengangguk sebelum akhirnya tangan wanita paruh baya itu dengan sangat cekatan memasukkan satu persatu lauk yang tersedia di atas meja ke dalam kotak bekal Anne.

"Mau bawa air juga?" tanya Mami Gina yang membuat Anne menggelengkan kepalanya.

"Kakak mau beli aja. Kepengen minum susu!" ujar Anne lucu yang membuat wanita paruh baya itu terkekeh.

Dasar bocah. Anak siapa sih kok gemesin banget kaya gini hmm, batinnya menatap putri sulungnya yang masih saja menyukai susu kemasan dengan berbagai macam rasa itu.

"Oke deh. Ini bekal Adek," Mami Gina menjeda ucapannya dan menyodorkan satu kotak makan kepada Edward yang tanpa basa basi langsung memasukkan kotak bekal itu ke tanya, "Makasih, Mi!"

"Sama sama Adek. Yang satu ini buat Kakak. Nanti kalau misalnya nggak enak waktu dimakan siang, Kakak buang aja gapapa ya. Soalnya Mami bikinnya nggak sempet buat angetin lagi itu," ujar Mami Anne sembari menyodorkan kotak makan lainnya yang kali ini sudah dimasukkan tas khusus kepada Anne yang langsung juga diterima dengan senang hati.

"Oke Mami! Makasih!" ujar gadis manis itu kembali tersenyum cerah.

"Oke deh. Kalau udah pada kelar, buruan berangkat gih! Adek anter Kakak atau gimana?" tanya Mami kepada Edward yang langsung beralih menatap Kakaknya dengan wajah penuh tanya.

"Eh, Kakak kan langsung ke perusahaan, Mi. Belum tahu jauh dekatnya. Dan kalau dilihat dari maps, arahnya berlawanan sama sekolah Adek. Beda sama kampus Kakak. Kakak juga belum tahu itu jalannya entar macet atau gimana. Kasihan Adeknya nanti kalau ternyata jalannya itu suka macet, nanti pasti bakalan telat buat pergi ke sekolahnya," ujar Anne panjang lebar yang membuat Edward berhenti menatap sang Kakak dan kembali menatap sang Mami yang kini menatap kedua anaknya bergantian.

"Terus Kakak mau berangkat naik apa? Mami nggak izinin Kakak naik motor ya di hari pertama kerja. Yang ada malah nanti bahaya karena Kakak buru buru dan nggak hati hati," ujar Mami Gina mengingatkan Anne atas kecerobohan yang selalu saja terjadi atas kelalaian dirinya sendiri.

Tapi gadis itu tenang, karena ia sudah mengantisipasinya, "Kakak sudah pesen ojek online kok Mi! Jadi tenang aja. Kakak mah tinggal duduk manis aja udah bakalan sampai nanti di kantor!" ujar Anne sembari menunjukkan layar handphonenya yang menampilkan laman salah satu platform ojek online terkemuka.

"Oke deh kalau gitu. Adek berangkat Kak, Mi," pamit Edward yang kemudian beranjak dan menyalimi sang Mami dan mengecup kening wanita paruh baya itu.

Kemudian Edward beralih kepada Anne dan juga memyalami tangan kecil Kakaknya sebelum akhirnya juga mengecup kening Anne, "Hati hati di hari pertama magang. Jangan ceroboh dan buat hal aneh aneh. Kalau ada apa apa atau Kakak nanti minta jemput, langsung telepon atau chat Adek aja!"

"Sip!" ujar Anne yang seakan melupakan kejahilan Edward tadi dan mengangkat jempolnya penuh semangat.

Edward tersenyum tipis dan mengacak pelan rambut sang Kakak. "Adek berangkat ya Mi, Kak!" ucap Edward untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya remaja lelaki itu melenggang keluar untuk segera berangkat sekolah.

Ting..

"Mami! Ojek online pesanan Kakak udah sampe!" seru Anne yang kemudian mencium pipi dan menyalami sang Mami sebelum akhirnya ikut berjalan tergesa keluar yang diikuti oleh Mami Gina.

"Hati hati, Nak!" ujar Mami Gina melambaikan tangannya kepada Anne yang tersenyum dan ikut melambaikan tangannya.

-4th chapter-

Kekasihku Sang Tuan MudaKde žijí příběhy. Začni objevovat