5. Duo Winston On Action

5 1 0
                                    

"Pak!" sapa petugas keamanan yang membukakan pintu dan menyambut kedatangan Victor serta Evan, Tuan baru dari perusahaan tempatnya bekerja ini.

"Terima kasih," ujar Victor yang kemudian disusul oleh Evan. Tapi sebagaimana watak dan kepribadian pria itu, bukannya menyapa Evan malah hanya memberikan anggukan singkat masih dengan ekspresinya yang super dingin tak tersentuh.

Petugas keamanan tersebut seketika langsung menciut ketika melihat ekspresi dingin Evan yang walaupun terlihat ramah, tapi tetap saja menakutkan untuk dirinya. Atau lebih tepat dikatakan kalau petugas keamanan tersebut merasa segan untuk berinteraksi lebih lanjut ketika melihat sikap dingin penuh wibawa yang ditunjukkan oleh pria muda itu.

Victor yang menyadari Adik bungsunya ini menampilkan ekspresi yang tidak mengenakkan untuk dilihat seketika menoleh dan menyenggol pelan lengan Evan, "Senyum! Dikasih Tuhan kemampuan buat berekspresi kok malah yang ditunjukin wajah datar melulu!"

Evan diam. Tetap memilih untuk mempertahankan wajah datar dan ekspresi dinginnya tanpa sama sekali memiliki niatan untuk membalas ucapan sang Koko. Melainkan malah melenggang pergi begitu saja memasuki perusahaan yang terlihat normal namun faktanya sedang berusaha tetap bisa bertahan. Tingkah pria itu spontan membuat Victor berdecak, sebal dengan kelakuan Evan yang benar-benar menyebalkan untuknya ini.

"Punya Adek bontot kok ya nyebelin banget ya Tuhan! Pegel deh gue lama lama. Kayaknya jodohnya Evan besok bakalan makan ati mulu deh kalau saben hari disuguhi sama wajah datarnya yang kaya ngak bisa keluarin ekspresi lainnya," gerutu Victor sebelum akhirnya pria itu ikut angkat kaki dan mengikuti langkah Evan yang sudah lumayan jauh di depannya.

Diikuti dengan Tian yang sama sekali tidak berani, dan juga tidak merasa perlu, untuk angkat bicara. Asisten pribadi Evan sekaligus sekretaris utamanya di kantor itu melangkah membuntuti Victor tanpa banyak bicara. Dan mungkin juga bisa dikatakan kalau Tian sedang berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlibat dalam perdebatan yang terus saja terjadi antata adik dan kakak ini.

"Selamat pagi, Tuan Evan!" sapa seseorang yang dikenal Evan sebagai salah satu jajaran petinggi, atau mungkin bisa dikatakan salah satu jajaran pimpinan divisi yang masih memutuskan untuk bertahan dan tidak keluar dari perusahaan yang hampir rata dengan tanah ini.

Pria itu menjabat tangan Evan yang langsung dibalas bungsu Winston itu tanpa banyak bicara. Pria itu kemudian beralih menjabat tangan Victor yang sudah sampai dan berdiri tegap di sisi Evan, "Selamat pagi juga Pak Victor! Sangat senang karena akhirnya kita dapat diberikan waktu dan juga kesempatan untuk bisa bertemu dan membicarakan permasalahan rumit yang terjadi pada perusahaan saat ini."

"Selamat Pagi. Senang sekali bisa bertemu dengan pegawai setia perusahaan ini," ujar Victor dengan senyuman dan tidak lupa memberikan sanjungan atau mungkin bisa dikatakan sebagai suatu ungkapan simpatinya atas keputusan pria itu untuk tetap bertahan ditengah kondisi krisis yang melanda perusahaan ini.

Pria paruh baya itu hanya tersenyum tipis dan mengarahkan tangannya untuk menekan lift yang akan segera mengantarkan mereka menuju ke lantai tempat ruang rapat berada.

Ting...

"Mari, Pak!" ujar pria itu yang kemudian membuat sepasang Winston itu akhirnya melangkahkan kaki masuk kedalam lift kosong yang sudah terbuka.

Keadaan hanya hening ketika lift tersebut melaju dengan kencangnya menuju ke lantai 15, yang kemungkinan besar merupakan tempat dimana ruang meeting mereka berada.

Masih dengan formasi di mana Kepala Divisi senior tersebut melangkah paling depan untuk membimbing calon atasan mereka memasuki ruang meeting. Yang kemudian disusul oleh Victor dan Evan yang berjalan sejajar, kemudian Tian dan juga Timothy, asisten pribadi Victor yang berjalan sejajar pula dengan Tian.

"Selamat datang, Pak Victor! Selamat datang, Pak Evan!" sapa semua orang tepat ketika Evan dan Victor melangkah memasuki ruang meeting.

"Terima kasih," ujar Victor yang sangat bertolak belakang dengan Evan yang hanya mengangguk singkat sebelum akhirnya mengedarkan pandangan mengelilingi orang-orang yang hadir di ruang meeting ini.

"Silahkan duduk, Pak!" ujar Kepala Divisi senior itu menunjukkan posisi duduk mereka yang sebenarnya sudah terdapat name tag masing-masing dan membuat keduanya serentak mengangguk sebelum akhirnya melangkah menuju ke tempat tersebut.

"Vina, bagikan bahan serta beberapa proposal yang akan dibahas pada meeting kali ini!" titah Kepala Divisi senior itu yang kemungkinan kepada sekretarisnya karena wanita yang sedari tadi membuntuti pria itu mengangguk sebelum akhirnya membagikan masing-masing kertas yang ada di pelukannya kepada orang-orang yang hadir di ruang rapat ini.

"Bisa dimulai Pak?" tanya Kepala Divisi senior itu kepada sepasang kakak beradik Winston ini yang membuat keduanya mengangguk kompak.

"Silahkan," timpal Victor yang membuat Kepala Divisi itu mengangguk sebelum akhirnya proyektor yang tersedia mulai menyala dan menampilkan berbagai macam presentasi.

Evan dan Victor memperhatikan dengan seksama kata demi kata yang keluar dari mulut Kepala Divisi itu berkaitan dengan keadaan perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Victor yang walaupun ini bukan bidang utamanya, namun sempat mengambil pendidikan di bidang pemasaran dan marketing membuatnya mengerti sedikit banyaknya tentang kondisi perusahaan ini.

Apalagi Evan yang memang secara eksklusif memfokuskan diri untuk mengurus bisnis keluarganya dan tentu sudah sangat awam dengan hal-hal yang sedang dibicarakan oleh Kepala Divisi senior itu. Tidak lupa asisten pribadi masing-masing juga ikut mendengarkan dan juga mencatat poin-poin penting dari rapat yang dilakukan hari ini.

"Saya mau buka lowongan. Lalu saya juga minta adanya perlombaan terhadap kedudukan orang-orang yang masih bertahan di perusahaan ini. Berikan mereka ruang lebih untuk bisa memaksimalkan dirinya. Kedepannya mungkin karena ini merupakan usaha dibidang industri kecantikan, akan ada merger dengan Levels Entertainment. Karena saya yakin semua orang yang ada di ruangan ini mengerti kalau perusahaan ini sudah tidak bisa berdiri atas namanya sendiri.

Untuk masalah tuduhan tuduhan yang ditujukan kepada perusahaan ini, kalian tidak perlu khawatir karena saya sudah mengerahkan tim untuk segera membersihkan nama baik perusahaan. Kita harus mempersempit ruang lingkup perusahaan terlebih dahulu supaya dapat menemukan permasalahan aslinya. Dan mungkin saya juga akan mendatangkan beberapa karyawan dari perusahaan pusat untuk membimbing kalian dan menjelaskan sistem yang dijalankan di perusahaan pusat," ujar Evan membuat semua yang ada di ruangan itu mengangguk paham.

Sekaligus kagum tentu saja ketika melihat pria itu seakan dapat memprediksikan hal apa saja yang harus dilakukan untuk bisa menjaga perusahaan ini. Juga kagum dengan kecerdasan dan juga wibawa yang dimiliki oleh pria 28 tahun itu.

"Kami akan dengan senang hati mendapatkan bimbingan untuk bisa menyesuaikan diri dengan sistem yang berlaku di pusat Bapak. Dan untuk pembukaan lowongan pekerjaan saya selaku HRD dari perusahaan ini akan mengkomunikasikan hal ini kepada divisi saya," ujar salah seorang wanita yang membuat Evan mengangguk puas.

"Rapat selesai. Saya harus segera kembali," ujar Evan yang kemudian bangkit dari duduknya diikuti Tian dan semua orang dalam ruang meeting itu kecuali Victor dan juga Timothy.

"Adek balik Koh!"

-5th chapter-

Kekasihku Sang Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang