10. Demi Apa?

9 0 0
                                    

"Anneliese!" panggil Tian yang spontan membuat gadis manis itu menoleh dan memberikan tatapan penuh tanya kepada pria itu.

"Iya Kak Tian?"

"Saya baru saja kirim tiket pesawat ke nomor WhatsApp kamu," ujar Tian yang diangguki oleh Anne dan membuat gadis manis itu sontak membuka aplikasi pesan tersebut di handphonenya.

"Masuk kok Kak!" ujar Anne yang melihat ada notifikasi dari nomor baru yang belum tersimpan di WhatsApp miliknya.

"Nunggu berapa lama Tian?" Evan akhirnya buka suara dan menanyakan hal ini kepada Tian. Setelah selama perjalanan hingga turun di bandara, pria itu sama sekali tidak buka suara ataupun memulai pembicaraan dan hanya terpaku pada layar iPadnya.

"Ini tinggal nunggu lima menitan sampai gate buat boarding dibuka kok, Mas Evan. Santai aja, kan kita mau pergi ke pantai," ujar Tian sedikit menyelipkan candaan yang sama sekali tidak sesuai dengan selera humor Evan.

"Jalan sekarang aja. Tunggu di depan gate gausah di sini," ujar Evan yang kemudian tanpa menunggu Tian menyetujui atau mengiyakan perkataannya langsung melenggang pergi begitu saja dengan tas tangan yang senantiasa terjinjing dan tidak lupa iPad serta handphonenya.

"Maafin Bos ya, Anne. Dia memang suka seenaknya kaya gitu," ujar Tian kepada gadis yang hanya diam dan menatap mereka tanpa banyak bicara.

"Nggak apa apa, Kak Tian. Udah lumayan biasa liat Pak Bos, santai aja. Anneliese mah tahan banting," ujar Anne sedikit bercanda kemudian mulai menarik kopernya membuntuti Tian yang membuntuti Evan.

"Soalnya biasanya nggak ada anak magang yang bisa masuk ke dalam kualifikasi asisten pribadi sekretaris kaya kamu. Baru kamu aja yang pertama. Soalnya HRD juga masukin anak magang nggak sembarangan. Mereka lacak dan caritahu kinerja kamu diluar kantor sebelum akhirnya acc. Makanya itu, kebanyakan anak magang ditaruhnya di divisi yang kurang lebihnya sesuai sama perkuliahan mereka.

Itu juga yang bikin Pak Bos mungkin terkesan agak sensitif atau gimana gitu. Tapi Pak Evan orangnya sebenernya baik kok. Cuma ya itu, agak dingin dan mungkin yang satu ini kamu sudah agak ngenalin, kalau dia ngomongnya jutek dan tajem," ujar Tian memulai perbincangan selama mereka berjalan menuju ke gate.

Anne yang mendengarnya hanya mengangguk paham, "Hehe udah agak biasa Kak. Soalnya Anne juga punya temen yang kalau ngomong sama judesnya sama Pak Evan. Cuma bedanya dia nggak dingin kaya Pak Bos. Kalau Pak Bos itu agak agak bikin ngeri. Kemarin aja waktu pertama kali ketemu sama Pak Bos, aku bener bener dibuat merinding dan takut sendiri," ujar Anne dengan begitu terang-terangan. Seakan melupakan kalau Tian merupakan atasannya, dan juga merupakan asisten pribadi dari seorang Evan.

Sedangkan Tian terkekeh mendengar ucapan yang sedikit banyaknya terdengar seperti sebuah gerutuan ini. Anak magang satu ini seakan memiliki banyak sekali kepribadian. Anne bisa menjadi sangat serius dengan pekerjaannya, namun diluar itu, Tian dapat melihat kepolosan gadis itu.

"Biasa lah, Anne. Pak Bos udah lama banget jomblo. Makanya dia jadi sensitif. Tapi kalau judes itu kayaknya udah dari sebelum sama aku deh. Dia juga nggak sedingin ini waktu aku pertama kali kerja sama Pak Bos," ujar Tian membuat Anne membola, merasa tertarik ketika mendengar kalau atasannya yang seperti puncak gunung dengan salju abadi itu ternyata dulu pernah tidak berlaku dingin.

Benar benar tidak bisa dipercaya dan dicerna oleh Anne yang bahkan baru bertemu Evan sebanyak 2 kali saja, "Emang Kak Tian udah kerja sama Pak Bos dari kapan? Udah lama ya?" tanya Anne.

Seperti inilah Anne yang biasa dikenal oleh teman temannya. Benar benar ceplas ceplos dan tidak bisa menahan dirinya. Walau sebenarnya Anne bukan tipikal orang yang kepo, tapi Anne memang sedikit banyak bertanya. Aliasnya Anne itu cerewet.

"Udah lama juga sih. Kayaknya udah dari 7 atau 8 tahun yang lalu deh. Soalnya saya juga kebetulan lebih tua 2 tahun dari Pak Bos. Jadi udah dari saya umur 22 tahun," ujar Tian yang membuat Anne kembali membola mendengarnya.

"Wah! Kak Tian udah tua ya ternyata. Mana udah kerja sama Pak Eva  lama banget juga! Kayaknya kalau Anne cuma panggil Kak kurang sopan deh! Anne sendiri aja masih 20 tahun!" ujar Anne heboh.

Dan penuturan gadis itu spontan membuat Tian terkekeh, "Terus kalau nggak mau panggil Kakak panggilnya apa? Tadi disuruh langsung nama kamunya nggak mau?"

"Panggil Om!" Ujar Anne dengan wajah polosnya tanpa merasa bersalah melihat perubahan air muka Tian ketika mendengar penuturan dari anak magang yang dibimbingnya.

"Saya juga nggak merasa kalau saya setua itu untuk bisa kamu panggil Om, Anne," ujar Tian datar yang membuat Anne akhirnya tidak bisa menahan tawa renyah keluar dari dirinya.

"Bercanda, Pak Tian! Bapak juga masih cakep dan cocok kok buat dipanggil Kakak!" Ujar Anne yang membuat Tian tersenyum kecut mendengarnya.

Kedua orang itu sibuk saling berbincang satu sama lain dan sama sekali tidak mengindahkan Evan yang sudah berdiri menunggu mereka berdua. Bedanya kalau biasanya pria dingin itu selalu menampilkan ekspresi datar di wajahnya, kali ini Evan sedikit mengeluarkan ekspresi. Kedua alisnya berkerut dan sangat jelas raut penuh ketidaksukaan muncul di wajah pria itu walaupun hanya samar.

"Selamat Pagi, bisa ditunjukkan tiketnya!" ujar petugas bandara yang bertugas dan membuat ketiga orang itu spontan mengeluarkan handphone untuk menunjukkan tiket mereka, tidak lupa dengan kartu identitas masing masing.

"Business Class, special gate, special boarding," ujar pegawai bandara itu kemudian mempersilahkan ketiganya untuk masuk dan berjalan ke dalam pesawat.

Anne lagi lagi hanya melongo, namun tidak bisa menolak selain ikut melangkah, karena dirinya shock ketika mendengar kalau penerbangan yang dilakukannya untuk pertama kali dalam kunjungan lapangan ini adalah business class.

"Kak Tian! Shut!" bisik Anne memanggil asisten pribadi Evan itu dan membuat Tian menoleh, serta spontan melambatkan langkahnya untuk mensejajarkan dirinya dengan Anne yang memang berjalan paling belakang.

"Ada apa?" tanya Tian yang tanpa sadar ikut berbisik kepada gadis itu.

"Memang setiap kali ada business field trip kaya gini selalu naik business class? Aku naik ekonomi aja gapapa kok. Mahal banget ini pasti," ujar Anne kembali berbisik dengan polosnya dan membuat Tian spontan langsung tertawa keras mendengarnya.

"Jangan khawatir, Anne. Justru kamu harus beruntung karena pergi business field trip nya bareng sama Pak Bos. Karena fasilitas ini cuma dikasih buat Pak Bos dan rombongan intinya. Kalau kamu di divisi bawah pasti nggak dapat fasilitas ini dari kantor," ujar Tian yang membuat Anne kembali kikuk sendiri.

"Saya baru pertama kali naik pesawat kelas bisnis Kak. Ini juga kali kedua saya naik pesawat," ujar Anne yang membuat Tian menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Anne.

"Ada ada aja kamu ini!"

-10th chapter-

Kekasihku Sang Tuan Mudaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن