Suamiku Jadul Penuh Hikmah dan Pelajaran episode 29

1.2K 44 15
                                    

_part 29
Suamiku Jadul

*CERBUNG PASKA IBADAH RAMADAN*

Sebagai anak yang lahir dan besar di desa, hidupku tak jauh dari lumpur, rumput dan lembu. Kebetulan desa kami adalah desa peternak lembu dan kerbau. Sejak umur sepuluh tahun aku sudah biasa menggembala ternak. Waktu itu menggembala ternak milik orang. Gajinya waktu itu seratus rupiah per sapi perhari. Sepulang sekolah langsung keluarkan sapi dari kandang, membawanya ke padang rumput yang luas di daerah kami.

Kehidupan kami berubah setelah ada puskesmas di desa, dokternya dari kota, kebetulan pula bangun rumah tepat di depan rumah kami. Anak Pak Dokter ini ada yang sebayaku, Rara namanya. Dia baik, sering kasih aku makanan dari kota.

Selepas tamat SD, aku dimasukkan ke pesantren yang jauh dari desa, pulang hanya dua Minggu sekali. Sehingga jarang bertemu Rara. Jika pulang, kami akan bertemu, beramai-ramai nonton VCD di rumah Rara, di desa kami hanya Rara yang punya VCD. Rara suka sekali film India, apalagi yang pemerannya Sanjay Dut. Jika kami bermain, sering Rara menyuruh aku berperan sebagai Sanjay Dut.

Lima tahun di pesantren, prahara melanda keluargaku, ibu tercinta sakit keras sampai akhirnya meninggal dunia. Ayah seperti kehilangan semangat, bahkan pernah sampai lupa mengirim belanjaku di pesantren. Aku terpaksa putus sekolah, padahal dua tahun lagi tamat. Pesantren Mustafawiah Purba Baru Madina memang tujuh tahun baru tamat.

Setelah putus sekolah, aku seperti kehilangan semangat, Ibu sudah tak ada, sekolah pun putus, dua abangku pergi merantau, tinggal aku dan Pardamean-adik bungsuku.

Suatu hari Pak Dokter mengajakku ikut dengannya, katanya cari lahan untuk ditanami sawit, karena waktu itu memang di daerah kami lagi musim membuka kebun sawit. Tentu saja aku mau dan senang sekali, karena Rara juga ikut, kami melakukan perjalanan dari Padang Lawas utara menuju Mandailing Natal, perjalanan darat yang cukup jauh, memakan waktu delapan jam naik mobil.

Singgah sebentar di kota Padang Sidempuan baru melanjutkan perjalanan menuju Mandailing. Di tengah perjalanan, tiba-tiba mobil Rocky Pak dokter mogok, sementara berada jauh dari desa terdekat, kiri kanan jalan masih hutan belantara.

"Parlin, bisa kau dipercaya, jaga dulu Rara di sini, aku mau ke desa cari mortir," kata Pak Dokter.

"Bisa, Pak, bisa," kataku kemudian.

Berdua dalam mobil bersama gadis cantik di tengah hutan. Ah, dokter ini terlalu percaya padaku, aku harus menjaga amanah ini. Aku hanya diam saja, sementara Rara asik mendengar lagu India.

"Ngerti kau rupanya bahasa India, Rara," tanyaku memecah keheningan.

"Gak," jawabnya singkat, dia keraskan volume musik dari TV recorder yang dia bawa.

Tiba-tiba dua motor RX King berhenti di belakang mobil. Rara mematikan musik, jalanan sepi. Empat orang turun dari motor tersebut, salah satu di antara mereka ketok kaca mobil. Kubuka, dan ...

"Ada apa, Bang?" tanyaku pakai bahasa Batak Angkola.

Orang tersebut malah mengeluarkan parang panjang, dan menempelkan ke leherku, tentu saja aku tak bisa berkutik. Kemudian satu orang lagi membuka pintu, dua orang standby di atas motor.

"Serahkan semua uang kalian," kata pria tersebut.

"Gak ada uangku, bang," jawabku. Memang di kantongku tak ada uang.

"Hei, jangan banyak bacot kau, katanya seraya meraba-raba kantongku, sementara Rara sudah pucat pasi di jok belakang.

Karena memang tak ada uang, mereka lalu beralih ke Rara, kalung emas di leher Rara mereka rampas, Rara menjerit.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SUAMIKU JADUL Penuh Hikmah dan PelajaranWhere stories live. Discover now