Suamiku Jadul Penuh Hikmah dan Pelajaranepisode 15

684 21 0
                                    

Suamiku Jadul

Part 15

Suami melirikku, aku mengerti lirikannya, ya, aku memang salah, sempat aku cerita ke Rapi soal kami mau bayarkan zakat ke satu orang. Mungkin dialah yang cerita ke kakak iparku, sehingga kakak ipar berubah seratus delapan puluh derajat. Jadi ramah dan tiba-tiba bawa oleh-oleh.

"Dalam agama juga dianjurkan supaya memberi ke orang terdekat dahulu," kata kakak ipar lagi.

"Tapi itu zakat, Kak." Bang Parlin akhirnya bicara.

"Iya, gak apa-apa, zakat pun jadi," abangku tampak semangat.

"Apakah Abang merasa orang yang berhak menerima zakat?" kata Bang Parlin lagi.

Abang dan kakak iparku terdiam, mereka menunduk.

"Karena kebetulan Kakak singgung soal agama, menurut agama kita orang yang berhak menerima zakat adalah. Fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, Gharimin, fisabilillah dan ibnu sabil, itu kata Allah dalam al-quran, surat At-Taubah ayat 60. Jadi pertanyaanku adakah diantara yang delapan itu termasuk Abang, apakah Abang fakir, apakah Abang miskin, atau mualaf, atau barangkali fisabilillah?" kata suami lagi.

Aku sampai melongo mendengar Bang Parlin bicara, makin yakin saja dia pernah mondok lima tahun, cara dia bicara mirip ustadz. Abang dan kakak ipar seperti kena mental, tak bicara lagi.

"Bergayalah sesuai isi dompet, kalau sampai minta warisan, minta zakat untuk gaya hidup, maaf, Bang, Kak, itu memalukan," kata Abang Parlin lagi.

"Ya, udah, kami permisi dulu," kata abangku akhirnya. Baru kali ini kulihat abang dan kakak iparku seperti ini, biasanya, abangku orang yang pandai bicara. Kini baru satu ayat dibilang Bang Parlin, dia sudah seperti kena mental.

"Maaf, Bang, hari itu kubilang si Rapi kita mau bayar zakat untuk satu orang, minta bantuan dia untuk menyelidiki orang yang aja kita bantu," kataku pada suami berharap dia tak marah.

Aku tak menyangka Rapi akan bicara ke kakak ipar, memang aku juga salah, tak kubilang kalau ini rahasia. Ah, kadang sebel juga punya suami begini, orang kasih zakat sedikit saja sudah pakai pengumuman di medsos, ini musti diam-diam. Kadang sesekali ada juga keinginan untuk pamer. Entahlah.

"Kenapa sih, Bang, harus diberikan ke satu orang, kita berikan saja ke panti asuhan, atau Lembaga Amil zakat resmi, kita jadi gak pusing." tanyaku pada suami.

"Karena begitu yang kudapat, Dek, karena ada orang yang memberikan zakat dengan cara seperti itu pada Abang dulu, makanya Abang bisa begini, abang ingin berbuat seperti itu juga, biar ada yang terselamatkan kehidupannya," kata suami.

"Pasti si Rara," kataku kemudian.

"Bukan, Dek, orang tuanya, dia dokter puskesmas di desa dulu, dia yang berbuat begitu pada Abang, Abang dikasih lahan, ketika abang mau bayar kembali pada bapak itu, dia justru bilang begini, "Nanti kalau kau sukses, lakukan seperti yang kulakukan padamu, modali orang yang benar-benar mau berusaha, anggap saja Zakat, harta bersih, orang terbantu." kata Bang Parlin.

"Oh, begitu,"

"Orang yang sudah kubantu pun pesan kita begitu, bila dia sukses, lakukan seperti yang dia dapatkan, jadi semacam arisan berantai, Ayahnya Rara bantu aku, setelah aku sukses, kubantu minimal tiga orang, yang tiga orang ini bantu tiga orang pula, begitu seterusnya, jadi ini akan menyebar, akan banyak orang yang terbantu."

Metode kebaikan yang sederhana, tapi hasilnya sangat nyata, luar biasa, aku jadi penasaran siapa pencetus ide tersebut, apakah Ayah Rara?

"Hebat sekali Ayah Rara ini ya, Bang, aku jadi penasaran ingin bertemu, ide kebaikannya bagus," kataku pada suami.

SUAMIKU JADUL Penuh Hikmah dan PelajaranOn viuen les histories. Descobreix ara