Bab 10. Bagian 2

1.1K 59 11
                                    

Dua hari ini kuputuskan untuk berpura-pura tak tahu di hadapan Mas Arga. Seolah tak tahu dengan segala pengkhianatannya untukku. Meski rasa sakit kerap hadir ketika mengingat semua itu. Akan tetapi, diri ini masih berharap suamiku akan sadar. Selain itu kutunggu kejujuran Mas Arga.

Aku memang bodoh telah memberikan Mas Arga kesempatan. Namun, karena rasa cinta yang masih bersemayam. Aku tak mau mengorbankan hubungan yang sudah lama terjalin.

Seorang Arum akan berusaha berubah menjadi seorang yang Mas Arga inginkan. Berharap akhirnya dia akan memutuskan meninggalkan wanita itu. Seseorang yang telah tega menjadi duri dalam rumah tanggaku dan Mas Arga.

Hampir sebulan aku menunggu Mas Arga menyadari kesalahannya. Namun, itu sepertinya hanya harapan semu. Kulihat dia sering sekali menerima pesan dan telepon dari wanita secara diam-diam. Aku tahu itu siapa. Kalau bukan istri muda Mas Arga siapa lagi? Padahal diri ini sudah berusaha untuk menjadi wanita sesuai yang dia impikan, tetapi Mas Arga sama sekali tak sadar dengan perubahanku.

Saat secara tak sengaja kulihat notifikasi di ponsel Mas Arga yang tertinggal di rumah. Terpampang nama sweety mengirim pesan pada gawai suamiku. Semanis itu Mas Arga memberi nama kontak untuknya. Membuat diriku merasa sudah tak berarti lagi dalam hidup suamiku. Mungkin raganya berada di sisiku. Namun, jiwanya seolah tertinggal di tempat lain.

Setiap bersamaku, Mas Arga sibuk dengan ponsel di tangannya. Terkadang tersenyum sendiri seolah ada sesuatu yang lucu di ponsel itu. Hatiku sakit mengingat semuanya, tetapi terus berusaha agar tetap bersabar.

Karena rasa penasaran, dengan lancang kubuka pesan itu. Mataku terbelalak melihat isinya. Deretan chat suamiku dan wanita itu membuatku tak kuasa membekap mulut ini. Menahan Isak tangis yang hampir saja keluar.


Sakit! Ya Allah.

Dapat kubaca dengan jelas percakapan mereka, kalau Mas Arga memuji penampilan istri mudanya yang terlihat menawan dan s*ksi. Di bawahnya terdapat obrolan kalau suamiku menyukainya karena tak membosankan dan mandiri. Segala pujian yang lainnya selalu terlontar di sana.

Apa selama ini aku memang membosankan di mata Mas Arga? Mungkinkah dia juga berpikir kalau aku memang terlalu tergantung padanya sehingga membuat dia tak betah lagi di sisiku?

Dalam benakku terus saja berpikiran sesuatu yang membuat dadaku semakin sesak. Segala kemungkinan yang membuat Mas Arga berpaling.

Kembali pesan masuk kuterima di ponsel Mas Arga. Kali ini, wanita itu mengirim foto lingerie dengan bermacam-macam warna. Dia meminta suamiku memilihnya untuk dipakai saat bertemu nanti ketika Mas Arga ke Bandung beberapa hari lagi.

Untuk yang terakhir kalinya aku akan berusaha untuk membuat Mas Arga tak bisa mengeluh lagi tentangku. Mungkinkah aku harus merubah diri seperti wanita itu? Berpenampilan yang s*ksi di hadapan suami? Akan kucoba segalanya untuk membuat rumah tanggaku baik seperti semula.

Namun, harga diriku seakan terkoyak, ketika suatu malam Mas Arga dengan terang-terangan tak menghargai usahaku untuk membuatnya senang. Berjam-jam kurias diri ini agar terlihat cantik di matanya, kupakai pakaian berbahan tipis yang Mas Arga sukai saat bersama istri mudanya. Akan tetapi, suamiku sama sekali tak memandangku.

Dia membuatku hancur. Ucapannya membuat diriku seakan tak berharga. Segala yang kulakukan sia-sia. Sejak malam itu, hati ini seakan membeku. Mungkin malam itu malam terakhir aku melayaninya sebagai seorang istri. Tanpa rasa apa pun dalam hatiku.

‘Cukup, Mas! Kamu pikir aku wanita lemah yang hanya bisa bergantung padamu, kan? Sejak pengkhianatan kauhadiahkan untukku. Mulai detik ini, aku menyerah untuk berusaha mempertahankan ikatan di antara kita. Cintaku serta rasa hormat ini sudah sirna bersama rasa sakit yang kautorehkan. Berbahagialah, Mas. Mungkin dengan kepergianku, kamu akan terbebas dari beban yang selama ini membelenggu.”



Sesal (Alasan Menghilangkannya Istriku)Where stories live. Discover now