13. Welcome to the (Literal) Jungle

Start from the beginning
                                    

⠀⠀"Ada bekantan. Hidungnya besar." Chanyeol menunjuk ke tepi sungai, bibirnya menyeringai jahil. "Annyeong, Sehuna!"

⠀⠀Aku tertawa kecil. Dari tadi, kami tidak hanya melihat orang utan dan bekantan, tetapi juga binatang hutan lain, seperti burung enggang, babi, hingga buaya yang berendam dengan tenang dalam air.

⠀⠀Perahu kami kembali membelah sungai dengan anggun, sesekali bergoyang ke kanan-kiri. Aku memutuskan untuk mandi, di kamar mandi yang tersedia di atas kapal. Jangan salah, kamar mandinya bersih, dilengkapi toilet modern dan shower. Selesai mandi, aku beranjak ke arah haluan kapal, dimana terdapat dek dengan sepasang kursi santai. Chanyeol berbaring di salah satunya, mengenakan kacamata hitam dan celana pendek.

⠀⠀"Suasananya tenang sekali," ujar laki-laki itu, "dan suara-suara binatang hutannya… tidakkah kau merasa damai? Semua permasalahan yang membebaniku seolah mengecil."

⠀⠀"Memang damai sekali." Aku mengangguk paham, menempati kursi santaiku sendiri dan berbaring juga. Angin sore menghembus semilir, menggoyangkan pucuk-pucuk pohon di pinggiran sungai. Kami beruntung karena ini bukan musim liburan, jadi Tanjung Puting cukup sepi. Tidak banyak perahu kelotok lain yang kami temui sejauh ini. Burung-burung hutan berkicau, menimpali suara mesin perahu yang khas.

⠀⠀"Aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi Baekhyun tanpa kau nanti," tiba-tiba saja, Chanyeol berkata, "aku takut tidak bisa menahan diri lagi. Kau lihat kan seperti apa dia? Ketika dia bilang aku sudah menyakitinya, aku benar-benar merasa bersalah."

⠀⠀"Jangan. Jangan merasa bersalah sedikitpun. Dia yang lebih dulu menyakitimu, tapi dia tidak mau mengakuinya dan malah melemparkan kesalahan padamu. Bukankah itu namanya gaslighting?"

⠀⠀"Mungkin."

⠀⠀"Sesulit apapun, kau harus bisa menyadari bahwa dia hanya sedang memanipulasimu agar kembali padanya. Dan aku tidak akan melarangmu kalau kau memang mau… tapi aku yakin kau tahu apa yang akan terjadi kalau kau kembali padanya, kan?"

⠀⠀Laki-laki itu mengangguk. "Aku tahu. Dia hanya akan mencampakkanku lagi. Dan aku hanya akan tersakiti sendirian, lagi."

⠀⠀"Nah. Kau berhak bahagia tanpa perlu membayarnya dengan rasa sakit, Yeol. Ingat itu baik-baik, karena aku tidak bisa menarikmu pergi setiap saat." Aku tersenyum tipis, menoleh pada Chanyeol. "Tapi kalau kau butuh sedikit energi negatif, telepon aku. Kapan saja, pasti aku akan menjawabnya."

⠀⠀Ia membuka kacamata hitam, balas tersenyum manis hingga lesung di pipi kirinya muncul. "Kau juga. Kalau kau butuh aku… I'm only one call away."

⠀"I'll be there to save the day," aku menyanyi, dan tertawa kecil.

⠀⠀Kami duduk di sana hingga malam menjelang, dan Bang Arif mengumumkan bahwa sudah waktunya night trekking. Rencananya, kami akan mencari sarang tarantula khas Borneo, dan mungkin juga menemukan binatang-binatang malam lain di perjalanan.

⠀⠀Baru saja hendak turun dari kapal, Chanyeol kembali menunjuk ke satu arah. "Ar-ah, fireflies!"

⠀⠀"Kunang-kunang?" Aku menoleh cepat, dan melongo saat mataku menemukan sekumpulan serangga yang berkelap-kelip, beterbangan di tepi sungai. Tampak sangat cantik, bagai bintang-bintang mungil yang dibawa dari langit ke hadapan kami. "Bagus banget!"

⠀⠀Selama beberapa saat, kami masih terpana memperhatikan cahaya dari para kunang-kunang hingga Bang Arif memanggil. Cepat-cepat aku turun dari kapal, Chanyeol menyusul tepat setelahku.

⠀⠀Meski Bang Arif dan kru kapal yang ikut bersamanya membawa senter besar, dan aku serta Chanyeol juga membawa senter, tetap saja aku sedikit takut. Diluar dari cahaya senter-senter kami, hutan ini gelap gulita. Benar-benar hanya warna hitam pekat, seperti tinta yang ditumpahkan ke kertas.

The VillainWhere stories live. Discover now