***

Suara rantai melengking menggema di ruangan gelap dan luas tersebut. Di antara kegelapan yang melingkupi, seorang pria dengan pakaian tersobek-sobek penuh luka cambuk terduduk di lantai sambil bersandar pada dinding dengan kedua kaki selonjoran dan kedua tangan terpasang rantai kuat. Wajahnya penuh luka lebam dengan kelopak mata kanan membengkak kemerahan. Satu-satunya yang meneranginya hanyalah lampu kecil berwarna kuning yang tergantung tepat di atasnya.

Karena kesunyian ruangan tersebut, sedikit pergerakan akan menimbulkan suara. Pintu besi yang awalnya tertutup rapat kini terbuka. Dari celah pintunya, secercah cahaya dari luar berlomba-lomba masuk mengalahkan kegelapan di ruangan tersebut. Namun ketika pintu berderit tertutup, cahaya dari luar tersebut segera terblokir, mengembalikan kegelapan asli ruangan itu.

Beberapa suara langkah kaki terdengar lebih jelas mendekati sosok pria mengenaskan itu, membuatnya berusaha mendongak dengan kebencian kental di matanya.

“Jehan, lepaskan aku!” Suara penuh penekanan dengan gelatuk gigi menjelaskan betapa marahnya pria itu saat ini.

Nakusha berjalan semakin dekat hingga menjangkau cahaya lampu, menampilkan sosoknya yang berkemeja hitam dengan celana bahan yang jahitannya terlihat detail. Kaki beralas sepatu pantofelnya berhenti tepat di hadapan Calisto dengan mantap. Karena perbedaan posisi, Calisto mau tak mau harus mendongak menatap ke atas dengan ekspresi sangar, yang dibalas dengan tatapan dingin tanpa fluktuasi di manik mata Nakusha.

“Bukankah kau suka memainkan hal ini?” Nakusha berjongkok, mensejajarkan tinggi mereka. Jari Nakusha mencengkram rahang Calisto kuat. “Pasti kau bosan selalu berada di peran pemain, sehingga aku berbaik hati menukar peranmu menjadi seperti mereka yang kau mainkan.”

“Apakah kau mengira bisa mengalahkanku di markasku sendiri, Jehan?” kata Calisto penuh penekanan lalu tertawa keras dan menarik tangannya untuk menjangkau Nakusha meski rantai menghalangi niatnya. Suara gerisik rantai semakin menjadi karena pergerakan Calisto tersebut. “TIDAK BISA, AKU PENGUASA DI SINI!”

Nakusha mundur dengan rapi, tidak ingin tersentuh olehnya sedikit pun. Mata dinginnya menonton Calisto yang memberontak dari kekangan rantai. “Give him sedatives. Don't forget to bathe him. (Berikan dia obat penenang. Jangan lupa mandikan dia.)

Sebelum berbalik, Nakusha melirik Calisto lagi dengan penuh makna. “Bathing with salt water will make him more obedient. (Mandi dengan air garam akan membuatnya lebih patuh.)” Setelah menyelesaikan perkataannya, Nakusha berjalan pergi.

“APA BEDANYA KAU DENGANKU, JEHAN? KITA SAMA! KAU KIRA GADIS ITU AKAN MENERIMA PEMBUNUH BERDARAH DINGIN SEPERTIMU?!”

Langkah Nakusha melambat sementara sebelum melanjutkannya dengan tegas. Begitu keluar dari ruangan tersebut, beberapa pria kekar berjas berdiri di samping pintu. Tanpa melirik mereka, Nakusha melangkah pergi meninggalkan ruang bawah tanah dan berjalan ke parkiran.

Pria berjas dengan rambut coklat sedang menunggunya di samping sebuah mobil Bugatti. Melihatnya mendekat, dia membuka pintu penumpang untuk Nakusha sebelum beranjak duduk di kursi pengemudi.

“Mansion.” Dengan satu kata, Nakusha memberi perintah. Sudah lima hari dia berada di negara ini. Karena menurunkan Calisto dari kekuasaannya secara paksa, organisasi menjadi berantakan. Nakusha harus mengembalikan kestabilan organisasi seperti semula. Meski menjadi pemberontak karena menyerang Calisto, Nakusha memiliki pendukung dalam organisasi karena kebencian sebagian orang terhadap Calisto di masa lalu sehingga tidak butuh waktu yang panjang untuk mengendalikan organisasi.

Mata Nakusha terpejam sejenak, kalimat Calisto terngiang kembali dalam pikirannya. Sejak mengikuti Calisto dan bersentuhan dengan hal-hal kotor di organisasi, Nakusha sudah berada dalam kegelapan. Baginya, tidak masalah untuk terus berkecimpung di kegelapan ini.

Sedangkan Azalea... Nakusha tidak yakin dia bisa menerima sisi gelapnya ini. Azalea adalah cahaya yang menerangi kegelapannya. Dia tidak bisa melepaskannya dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan. Dia membutuhkan cahaya, meski hanya sedikit. Dan yang bisa memberikan hal itu hanyalah Azalea seorang.

Nakusha memang egois. Dia tahu dirinya tidak baik dan pantas berada di sisi gadis yang bersih seperti Azalea. Tetap saja dia tidak bisa melepaskannya. Azalea hanya akan miliknya, dari awal mereka bertemu hingga selamanya. Dia akan selalu menjaga cahaya Azalea tanpa membiarkannya terkontaminasi oleh kegelapan di dunia ini. Dan hal-hal gelap itu akan menjadi urusan Nakusha.

TBC

June 24, 2022.

2 part lagi menuju ending, I think.

2K komen.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now