35. Love Bombing

18.9K 2.4K 1.6K
                                    

selamat malam, lovre

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

selamat malam, lovre. kalian apa kabar? aku update sebelum challenges di chapter sebelumnya terpenuhi, karena sudah ga tahan mau bikin kalian shock di chapter ini hahaha.

seperti biasa aku mau ngingetin kalau bulan july NCWP akan open pre-order versi cetak di IG beeverse_. semua informasi seputar karyaku dan book projects ada di sana ya. jadi cus follow.

challenges: 8k views, 1,9k votes, 1,5k comments.

happy reading!

.

"Astaga, aku merinding mendengarnya." Kedua tangan Hera menyilang di depan dada guna mengusap lengannya. Tubuhnya setengah bergidik dengan sirat wajah kengerian. "Seharusnya kau mendengarkanku sejak awal," sambungnya disertai helaan napas berat.

Di bawah temaram kamar hotel, aku berbincang bersama sahabat dan manajerku. Ketika mereka baru sampai di sini, tepatnya dua jam yang lalu, aku langsung disembur banyak pertanyaan dari keduanya. Rasanya aku seperti seorang buronan yang baru tertangkap dan sedang diintrogasi oleh polisi.

Menghilangnya aku selama hampir seminggu ini menyita perhatian banyak orang, terutama orang terdekatku. Hoseok selaku manajer sekaligus orang yang dapat kupercaya tak henti menanyakan kabarku setiap harinya, ia dan Hera selalu menungguku untuk dapat ditemui.

Maka ketika hari pertemuan kami tiba, aku berbagi kisahku kepada mereka. Mulai dari awal semua ini dimulai, hingga pengkhinatan termanis yang kualami. Semuanya kuungkap secara transparan tanpa ada yang kututupi.

"Seharusnya aku lebih bersikukuh untuk menahanmu waktu itu. Sekarang aku merasa menjadi manajer yang gagal karena tidak bisa menjaga reputasi artisku sendiri." Hoseok yang duduk membungkuk di sofa dengan jemari yang saling mengait di antara pahanya, menunduk lesu seolah merasa sangat amat bersalah atas semua hal yang menimpaku.

Refleks aku mengibaskan tangan di udara. "Tidak-tidak, semua ini salahku dan pengkhianat itu. Seharusnya aku yang mendengarkan kalian." Aku tahu Hoseok turut bersedih hati atas kejadian yang menimpaku, tetapi aku tak ingin ia menyalahkan dirinya sendiri. Semua ini terjadi bukan atas kesalahannya. Justru aku yang merasa sangat bersalah terhadap manajerku karena tidak bisa menjaga nama baikku sendiri.

Hera yang sejak tadi duduk di atas kasur lagi-lagi menghela napas, ia seperti telah pasrah denganku yang sejak dulu tak mengindahi peringatannya. "Aku memang sudah memiliki firasat buruk tentang kalian."

Menundukkan kepala sejenak, aku membuka lembaran buku lama. Saat di mana Hera memperingatiku dahulu, aku tak mendengarkannya sedikit pun. Ia memang sahabatku, dan aku sangat mempercayainya. Namun rasa cintaku terhadap Jeon mengalahkan semua itu. Aku lebih memilih mengabaikan peringatannya demi tetap berada di sisi pria yang kucintai.

Noona Can We Play? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now