"Aku baru saja tiba diruanganku, dan jika tidak ada keperluan lain aku akan mulai bekerja Mr Maxwell" aku sudah bersiap-siap mengakhiri panggiilanku, aku mendengarnya menggerang pelan.

"Apa kau baik-baik saja sir?" tanyaku mulai khawatir.

"Tidak, aku tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhku, rasanya seluruh tubuhku kesakitan" dia berujar dengan suaranya yang serak.

"Apa kau sudah kerumah sakit?" tanyaku lagi, dia mendengus disana, lalu kembali menjawab.

"Aku sudah minum obat"

"Sebaiknya kau segera kerumah sakit Mr Maxwell"

"Ashley?...."

"Ya sir?"

"Bisakah kau kemari?, aku tidak tahu lagi harus menghubungi siapa" nada bicaranya terdengar sangat putus asa.

"Aku punya pekerjaan disini Mr Maxwell, kusarankan untuk menelpon salah satu anggota keluargamu untuk mengurusmu, mungkin ibumu, dia pasti akan datang" aku berujar padanya sambil menyalakan komputerku, aku harus mengecek e-mail hari ini.

"Tidak Ashley, dia tidak akan memperdulikanku" kali ini nada suaranya bertambah menyedihkan, astaga sebenarnya kehidupan macam apa yang dijalani oleh orang-orang kaya ini, mereka memiliki uang yang berlimpah, tapi bahkan ibu mereka sendiri tidak menginginkan mereka.

"Maafkan aku Mr Maxwell, aku punya banyak pekerjaan disini, semoga anda cepat sembuh" aku berkata dengan cepat dan langsung mengakhiri panggilannya.

Aku mencoba fokus pada pekerjaanku tapi pikiranku seolah tidak berada disana, pikiranku seolah mengembara melewati semuanya, setelah aku mengakhiri panggilan itu rasanya aku begitu gusar, aku sangat khawatir padanya.

"Oh sial!" aku mengumpat lirih sambil mengambil tasku dan beranjak meninggalkan Maxwell Company.

***

Aku menekan bel apartemen itu, ketika pintu itu tak kunjung dibuka aku langsung menekannya lagi, aku kembali menekannya berulang kali ketika pintu itu tidak kunjung terbuka, aku benar-benar sangat khawatir jika terjadi sesuatu padanya, astaga bagaimana jika dia mati didalam sana, batinku berbicara, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini, aku bahkan hampir menangis karena cemas.

Demi tuhan dan seluruh alam semesta ini, perasaanku begitu lega saat pintu itu terbuka dengan perlahan-lahan, aku segera menengok kedalam, dan aku mendapatiseorang Liam Maxwell disana, sangat pucat dan sangat kacau, apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Ashley?" Liam masih tidak percaya ketika dia melihatku didepan pintu apartemennya.

"Kau tidak telihat baik Mr Maxwell" kataku sambil menatapnya dengan cemas, dia memejamkan matanya sebentar seolah menahan rasa sakit dikepalanya.

"Sebaiknya kau kembali berbaring sebelum kau terjatuh, ayolah..., aku akan membantumu" aku memapah Liam kembali ke tempat tidurnya lalu membaringkannya keatas ranjangnya lagi. Aku meyelimutinya dengan selimut tebalnya lalu mengedarkan pandangan kesekelilingku mencari dimana kotak obatnya, aku harus mengukur suhu tubuhnya, dan untuk itu aku memerlukan thermometer, setelah aku menemukan apa yang kucari aku kembali padanya.

"Aku harus mengukur suhu tubuhmu Mr Maxwell" aku berkata padanya dan dia hanya mengangguk mengiyakan, setelah itu aku berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan kearah dapur, aku berniat untuk membuatkannya bubur, dia pasti belum sempat sarapan, aku sangat bersyukur bahan-bahan yang aku perlukan tersedia dilemari pendingin, aku yakin Sean pasti tidak akan suka ketika melihatku berada didapur, apalagi dapur pria lain, dia pasti akan langsung merantaiku di kamarnya.

Forever MineTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon