"Apa maksud ucapan itu Ahsley Warren?, apa kau baru saja meragukanku?, apakah selama ini itu yang ada dipikiranmu?, kau tidak mempercayaiku?" sekarang wajah itu menatapku dengan amarah bercampur kekecewaan.

"Semenjak aku dilahirkan ke dunia ini, keadaan mengajarkanku untuk tidak mempercayai siapapun, aku tidak bisa mempercayai ayahku yang meninggalkanku, aku juga tidak bisa mempercayai ibuku yang bahkan tidak menginginkanku, jadi ini sedikit sulit untukku" aku beranjak dengan menundukkan kepalaku, kini aku takut untuk melihat wajahnya.

"Aku akan melindungimu dari apapun didunia ini, kau adalah jiwaku Ashley, aku akan menjagamu seperti aku menjaga jiwaku sendiri, aku bahkan tidak bisa lagi memikirkan hidup tanpamu, semua seakan mustahil untukku jalani"

"Sean..."

"Jangan lagi mengatakan hal yang tidak masuk akal!, aku akan menghukummu jika kau mengatakan hal itu lagi" dia kembali membenamkan wajahnya ke rambutku, aku merasakan dia menghela nafas dalam-dalam.

"Maaf" Sean mendongakkan kepalanya menatapku ketika aku mengatakan permintaan maaf itu, kemudian dia tersenyum.

"Jadi kau memasak?" dia bertanya padaku.

"Ya, hanya bacon dan telur, kuharap kau tidak keberatan memakannya"

"Bukan hal itu yang kukhawatirkan sayang" Sean berkata sambil mengecup puncak kepalaku.

"Lalu apa?" tanyaku polos.

"Coba kulihat tanganmu" Sean berujar, dan tanpa persetujuanku dia langsung meraih telapak tanganku kearahnya, dia melihatnya dengan teliti, dan setelah menemukan apa yang dicarinya dia langsung mengerutkan dahi dan menatapku tidak senang.

"Terluka saat aku memanggang roti" aku menjelaskan karena dia menuntut penjelasan, astaga dia benar-benar sangat berlebihan, aku bukanlah orang penyakitan yang akan sakit jika melakukan pekerjaan berat, ini benar-benar konyol, sikapnya sangat menggelikan.

"Kau membakar jarimu, aku tidak menyukainya Ash, jika sekali lagi kau menyentuh peralatan sialan itu, aku akan merantaimu dikamarku, aku sungguh-sungguh dengan ucapanku" dia memang berujar dengan lembut, tapi dia menatapku dengan tajam, benar-benar mengancam.

"Aku mengerti Sean, maafkan aku" aku menjawabnya sambil menundukkan kepalaku lagi, tapi tak lama kemudian dia mengangkat daguku dengan jemarinya.

"Jangan menundukkan kepalamu, kau sangat cantik, dan orang harus tau hal itu, jangan menyembunyikannya" kata-katanya begitu membuat dadaku bergetar,bagaimana dia bisa melakukannya, aku hanya mengangguk membalas pertanyaannya.

"Sekarang peluk aku" kata-katanya bagaikan perintah untukku, dia menatapku lekat-lekat setelah dia mengatakan hal itu, aku mendekatkan tubuhku padanya lalu melingkarkan kembali lenganku padanya, kemudian aku memeluknya entah untuk berapa lama, aku bahkan tidak bisa mengingat berapa kali dia memintaku untuk memeluknya seperti itu, rasanya sudah terlalu banyak, sampai-sampai sulit untuk mengingatnya.

***

Setelah sarapan, aku dan Sean langsung berangkat menuju kantor, Sean mengantarku menuju Maxwell Company setelah itu barulah Richard membawanya menuju Blackstone Company. Sesampainya aku dikantorku tiba-tiba saja ponselku bergetar, aku segera mengambilnya dari tas Gucci-ku, aku melihat nama Liam terpampang di sana, ada apa pagi-pagi begini!, runtukku dalam hati, jika dia bukan atasanku mungkin aku sudah membunuhnya saat ini juga, begitu juga keluarga Maxwell yang lainnya.

"Selamat pagi Mr Maxwell" aku menjawab dengan tenang dan dengan nada yang telah kujaga sedatar mungkin.

"Dimana kau saat ini?" tanyanya, aku mendengar ada yang aneh disuaranya, tapi aku menolak untuk perduli, apapun yang terjadi padanya itu sama sekali bukan urusanku.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang