PROLOG

25 15 8
                                    

Qiarra Athaya Zovani, salah satu siswi kelas 11 di SMA GARUDA BANGSA memulai kebiasaan hari yang berbeda setelah bertemu seorang pria yang membuatnya berhasil menjadi cinta pertamanya sejak masih dibangku SMP, dia Liam Ethalio.

Qiarra menyukai Liam selama 4 tahun. Liam dikenal sebagai sosok pria yang sulit ditaklukkan hatinya oleh para kaum wanita maupun disekolah lamanya dan di sekolah nya sekarang. Tidak tahu apakah dia sedang menjaga hati seseorang atau tidak, dilihat dari tampangnya saja mana mungkin dia tidak punya pacar, semua orang yang mengenalinya pasti berpikir seperti itu.

Setiap hari Qiarra menghabiskan waktunya untuk bertemu dan selalu menyapa Liam setiap memasuki kelas, mengunjunginya saat jam istirahat, membuatkan bekal atau memberikan banyak makanan ringan untuk Liam meski selalu ditolak mentah-mentah. Dengan sontak menepis dan menghindar saat Qiarra menyentuhnya, bahkan mengajaknya ngobrol pun tetap diabaikan, menganggap Qiarra seperti angin lewat saja.

Sudah dari awal kelas 11 Qiarra telah menunjukkan segala usaha nya untuk mendapatkan hati Liam, dia tidak mau hanya berdiam diri menyimpan perasaan begitu saja seperti dulu. Berjuang demi cinta pertamanya.

Qiarra terlalu fokus mengejar Liam sampai-sampai dia tidak peduli apa reaksi yang Liam keluarkan. Setiap Liam memberi gertakan pun, dia tak peduli sama sekali. Sekali, dua kali, atau bahkan lebih, gadis itu dijadikan bahan pembicaraan dan bahan taruhan oleh kawanannya Liam tentang pukul berapakah Qiarra akan mengunjungi kelasnya.

***

"Apa yang sedang kau lakukan?!"

Liam mendekati Qiarra, kedua pipinya berubah merah muda. Kedua matanya melebar menatap Liam yang mendekat ke arahnya, Qiarra terus berjalan mundur dan berhenti saat punggungnya sudah bersandar di sebuah dinding.

Tatapan Liam tidak lepas dari wajah Qiarra yang sedang tersipu malu, Qiarra hanya menunduk menahan malu. Pandangan siswa/siswi di sekitar koridor tertuju kepada mereka berdua. Tidak lupa dengan mereka yang menyaksikan dari dalam kelas melalui jendela pada saat itu.

Qiarra mengangkat kepalanya perlahan. Ia mendongak ke atas, menatap wajah lelaki itu. Ekspresi wajah yang tersipu itu perlahan memudar ketika dia melihat wajah Liam yang sudah habis kesabaran. Rasa takut seketika terlukis di wajahnya.

"Kalau kamu masih menjaga harga diri dan martabatmu sebagai seorang perempuan, jagalah sikapmu jika berhadapan dengan lawan jenis yang sama sekali tidak mengenalimu. dasar memuakkan."

Deg.

"Teguran ku tidak berpengaruh sama sekali padanya, memberi gertakan di depan banyak orang mungkin akan lebih mudah untuk membuatnya sadar diri dan merasa malu."  seperti itulah isi pikiran Liam pada saat itu.

Qiarra menundukkan kepalanya. menggigit bibirnya. Badannya gemetar. bahwa bisa diartikan ia sedang menahan nangis sekarang. sakit, sakit sekali.

"Iya benar. aku memang memuakkan. Dan juga orang yang berada di sekitarku, pasti mereka juga sangat muak termasuk kau."

Liam hanya diam tidak menanggapi gadis itu sama sekali.

"Maaf," Ucap Qiarra memalsukan senyumnya. Mengepal kedua tangannya. Menghela nafas kasar berusaha untuk tetap sabar.

Siswa/siswi di sekitar sana yang menyaksikan itu saling membisik satu sama lain. Qiarra tidak tahan dengan itu, dengan kasar ia mendorong Liam dan lari begitu saja.

Liam tidak memunculkan reaksi apa-apa dengan aksi Qiarra barusan, melainkan hanya melihat langkah Qiarra yang sudah berlari menjauh dari hadapannya.

"kukira, dia hanya bisa bersabar saja."

"Apakah dia sadar, apa yang baru saja dia katakan?"

"Keduanya sama-sama tidak punya malu."

"Dasar, berani nya dia mempermalukan Qiarra seperti itu!"

"Mendengar perkataannya saja, sudah membuatku sakit hati.."

Bisik-bisikan dari siswa/siswi disana yang membuat telinga Liam mulai memanas, ia juga tak tahan jika terus berdiri diam di sana lama-lama. Liam bergegas pergi sebelum gosip yang dia dengar semakin menjadi-jadi.

Di sisi Qiarra, ia berlari tanpa tujuan hingga dia berhenti di suatu halaman belakang sekolah untuk menenangkan diri. Air matanya yang sudah menggenang akhirnya menetes.

"Apa yang aku lakukan, ini konyol sekali!"

"Tidak ada waktu untuk menangis, Cuma seorang Qiarra yang bisa mengejarnya sampai dapat!"

Gadis itu menghibur dirinya sendiri. menyeka air mata yang membasahi wajahnya. Menyerah? belum saatnya. masih ada banyak cara untuk Qiarra mendapatkan hatinya. Tidak ada gunanya merasa putus asa, ini masih di tengah jalan. Sudah seharusnya dia menghadapi fase itu.

***

Liam berjalan menuju ruang kelas dan menduduki kursi nya sambil melihat ke arah jendela dengan tatapan kosong seakan-akan dia tidak ingat apa yang sudah terjadi. Lamunan itu di buyarkan oleh suara bel sekolah berbunyi. dengan lantang yang menandakan waktu jam belajar dimulai kembali.

Di saat jam pembelajaran berlangsung, Liam hanya melamun dan mengangguk-angguk paham saja. Tidak tahu apa yang dia lamunin, secara tiba-tiba gadis itu terlintas di pikirannya. memikirkan nya saja, membuat dia langsung berdecak kasar karena saking menjengkelkan.

'Sudah cukup. Aku sudah muak melihatmu selalu datang kehadapanku, kehadiranmu sangat tidak aku harapkan.'

'Aku tidak memintamu untuk berharap, hanya saja, Kalau melihatmu dari jauh itu tidaklah cukup. selain hatimu yang inginku dapatkan, yang kuinginkan juga adalah mendekatimu sampai hembusan nafas kita bisa dirasakan satu sama lain.'

Menanggapi perasaan cinta dengan berlebihan bukan hal yang baik untuk dilakukan. Jadi, saat kamu jatuh cinta cobalah untuk selalu berpikir dengan logika.

Dicintai dan mencintai adalah dua hal yang selalu diinginkan banyak orang, akan tetapi selalu tanggapilah dengan bijak agar tidak kelewat batas.

Dengan menyikapi perasaan cinta secara bijak, akan membuatmu tidak terlalu sakit hati apabila suatu hari cintamu bertepuk sebelah tangan atau harus bubar di tengah jalan.

Perasaan cinta terkadang memang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata karena saat jatuh cinta, perasaan kita akan terasa campur aduk tak keruan.

[NEW] PERSEGIWhere stories live. Discover now