26

30 3 2
                                    

"Di luar ada Jaemin Ya?" Tanya Mark dengan suara serak, matanya yang terlihat sedikit memerah karena efek demam masih memaksakan untuk menatap wajah Renjun.

"Gak ada, di luar cuma ada Jisung Haechan sama Chenle aja perasaan." Jelas Renjun sambil memeras handuk kecil yang baru saja di celupkan kedalam air hangat untuk mengompres jidat Mark.


"Jeno kemana lagi?"

"Tadi dia izin keluar, tapi gue gatau dia mau pergi kemana. Tapi dia bilang cuma sebentar katanya," jelas Renjun sambil memasangkan handuk kecil di kening Mark.

"Tapi tadi gue denger kayak suara Jaemin, Jun."

Renjun yang tengah membereskan piring makan bekas Mark tadi pun langsung berhenti melakukan aktifitasnya.

"Lo tidur aja ya bang, biar cepet sembuh." Jelas Renjun tanpa berani melirik Mark.

"Jangan pikiran hal hal yang berat berat dulu," tutur Renjun lagi, namun kalimat terakhir itu di ucapkan oleh Renjun dengan suaranya yang terdengar agak parau dari sebelumya.

Mark tertawa kecil, meskipun keadaannya masih terlihat belum sehat tapi ia masih memaksakan dirinya untuk tertawa meski tawa itu terdengar agak menyakitkan di telinga Renjun.

"Mungkin itu cuma halusinasi gue aja ya?" Tanyanya serak sambil sedikit terbatuk kecil.

Renjun mengambil segelas air minum, "Mau minum bang?" Tawar Renjun lembut.

"Gue cuma mau Jaemin balik kesini," ucapan serak itu sukses membuat Renjun meneteskan air matanya.

Renjun sudah tidak bisa menahan kerapuhannya lagi, tawa Mark yang terdengar menyakitkan sukses membuat hati Renjun jatuh mencelos.

Renjun sangat kasihan melihat Mark yang sekarang menjadi seperti ini, melihat Jisung yang cedera dan Jaemin yang sedang mencoba sembuh dari penyakitnya.

Renjun sedih melihat teman temannya yang menjadi seperti ini, disaat keadaan seperti ini Renjun dan yang lain harus memaksakan diri mereka agar tetap bisa bersikap profesional di depan orang orang.

Apalagi Renjun semakin kasihan saat Jisung yang mati Matian tetap mengikuti latihan meski kakinya sedang cedera. Jisung rela membuka perban yang ada di kakinya saat latihan agar orang orang tam mengetahui jika dirinya sedang cedera.

"Renjun? Lo nangis?"





Renjun menyeka air matanya kasar.






"Gue mau keluar dulu,"
































"Gue mau keluar dulu,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





"Maaf nomor ponsel ini tidak tersedia—"

Semuanya langsung bergeming, suara sambungan itu benar benar membuat mereka semua langsung terdiam.

Grayscale | Na JaeminWhere stories live. Discover now