06. Strange

386 106 3
                                    

"Terus gimana lo mau jelasin ini, Lee Haechan?" Bomin memperlihatkan sebuah pisau di tangannya.

Haechan membelalak, bagaimana bisa pisaunya berada di tangan Bomin?!

Semuanya menatap Haechan seakan meminta penjelasan.

"Ini gue temuin di tas lo dan gue lihat ada noda darah. Ya walaupun cuma sedikit karena mungkin pisaunya udah lo bersihin."

Haechan mengernyit. "Darah? Lo gila?" Teriaknya. "Gue akuin itu pisau gue dan udah jadi kebiasaan gue buat bawa senjata ketika pergi ke tempat-tempat yang menurut gue ngancam nyawa. Tapi gue belum pernah pake pisau itu selama disini!"

Bomin terkekeh geli. "Jadi itu alibi lo? Lo bawa senjata karena ngerasa gak aman? Lo pikir itu masuk akal?"

"Ya logikanya aja lo nyamperin tempat dari orang gak dikenal dengan ancaman dibunuh dan semacamnya, lo yakin gak bakal antisipasi kayak gue?" Tanya Haechan.

"Dan darah di pisaunya? Bisa lo jelasin?" Pertanyaan Jeno menginterupsi.

Haechan meremas rambutnya, dia bisa gila. "Udah gue bilang gue belum pernah pake pisau itu selama disini!" Teriak Haechan tidak sabaran.

"Gak bisa gini, mendingan kita serahin ini sama polisi. Biarin mereka yang investigasi masalah ini." Sambung Haechan.

"Wah, apa-apaan nih? Padahal tadi lo semangat banget nyudutin orang-orang dan ketika lo yang merasa tersudut lo mau lari gitu?" Sindir Bomin.

Haechan mencengkram kerah baju Bomin hingga membuat mereka yang ada disana cukup tersentak.

"Gue ngomong yang sebenernya, anjing. You better shut your fucking mouth." Gertak Haechan.

Bomin tersenyum miring terlihat seperti meledek. "Well, lo gak sadar dengan bertingksh gini lo beneran jadi tersangka utama sekarang, Lee Haechan."

"Mana ada! Kalian tahu kan bukan gue pelakunya?" Tanya Haechan sembari mengedarkan pandangan kepada semua teman-temannya.

Reaksi mereka cukup membuat Haechan kecewa. Tatapan macam apa itu? Kenapa mereka memandang Haechan dengan sinis?

"Gue rasa emang lo pelakunya. Alibi lo lebih gak bisa dibuktikan daripada alibi gue, kan?" Kata Eric meledek.

Haechan sudah siap beralih kepada Eric jika saja tidak dihadang oleh teman-temannya.

"Stop. Menurut gue lo emang mencurigakan." Perkataan Yangyang tadi berhasil menjadi kata-kata terakhir sebelum Haechan memutuskan untuk pergi dari ruangan tempat mereka berada sekarang.

Haechan berjalan menaiki tangga, tujuannya saat ini adalah kamar dan juga telepon genggam miliknya yang tengah diisi daya di kamar.

Yang berusaha dia lakukan adalah menelepon polisi dan kabur. Itu saja. Haechan tidak mau menanggapi hal-hal sialan yang tengah dibicarakan teman-temannya di lantai bawah. Menurutnya itu membuang waktu. Lebih baik dia yang berinisiatif untuk membuat langkah pertama keluar dari pulau sialan ini.

Disisi lain, teman-teman Haechan yang lain terlihat makin gelisah melihat kepergian Haechan. Ayolah, interogasi ini sama sekali tidak membantu keluar dari masalah. Yang ada mereka benar-benar makin kacau sekarang!

"Ini semua gak membantu. Kita kacau banget sekarang." Kata Jeno. Kemudian dia berbalik, bermaksud kembali ke kamarnya. "Ayo, Ric." Ajaknya pada Eric.

Eric mengangguk dan segera mengikuti di belakang Jeno.

Yang lainnya pun seperti Bomin dan Shotaro memutuskan kembali ke kamar. Sepertinya Jeno memang benar. Ini semua tidak membantu. Lebih baik mereka berkemas dan bersiap-siap untuk pulang besok pagi.

The Island | 00L ✓Where stories live. Discover now